{93} Adh-Dhuha / الضحى | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التين / At-Tin {95} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Insyirah الشرح (Melapangkan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 94 Tafsir ayat Ke 1.
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ﴿١﴾
a lam nasyraḥ laka ṣadrak
QS. Al-Insyirah [94] : 1
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
Wahai Nabi, bukankah Kami telah melapangkan dadamu untuk meneriman syariat agama, untuk menyeru kepada Allah dan berakhlak yang mulia? Kami telah menghilangkan beban berat yang ada di punggungmu dan Kami menjadikan semua kemuliaan yang diberikan kepadamu berada dalam tempat yang tinggi.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ}
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyrah: 1)
Yakni Kami telah melapangkan dadamu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami telah menjadikannya bercahaya dan luas lagi lapang. Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلامِ
Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. (Al-An’am: 125)
Dan sebagaimana Allah telah melapangkan dada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, demikian pula Allah telah menjadikan syariatnya luas, lapang, toleran, lagi mudah, tiada kesulitan dan tiada beban serta tiada kesempitan padanya.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyrah:1) Yakni Allah telah melapangkan dadanya di malam Isra, sebagaimana yang telah disebutkan dahulu melalui riwayat Malik ibnu Sa’sa’ah. Imam Turmuzi telah mengetengahkannya dalam tafsir ayat ini. Dan jika memang hal itu terjadi di malam Isra sebagaimana yang telah disebutkan di dalam riwayat Malik ibnu Sa’sa’ah, maka pada hakikatnya tidaklah bertentangan dengan pendapat di atas. Karena sesungguhnya akibat dari pengaruh yang dilakukan terhadap dada beliau di malam Isra, terjadi pula pengaruh yang sama setelah dilapangkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى secara maknawi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdur Rahim alias Abu Yahya Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mu’az ibnu Muhammad ibnu Ubay ibnu Ka’b, telah menceritakan kepadaku Abu Muhammad ibnu Mu’az, dari Muhammad, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling berani menanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang berbagai masalah yang tidak ada seorang pun berani menanyakannya kepada beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selain dia. Maka Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang mula-mula engkau Iihat dari urusan kenabian ini?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Duduk tegak dan menjawab: Sesungguhnya engkau telah menanyakan hal yang berbobot, hai Abu Hurairah! Sesungguhnya ketika usiaku menginjak sepuluh tahun lebih beberapa bulan, aku berada di padang Sahara. Tiba-tiba aku mendengar pembicaraan di atas kepalaku, dan ternyata ada seorang laki-laki yang berbicara kepada laki-laki lainnya, “Apakah orang ini adalah dia?” Maka keduanya datang menyambutku dengan penampilan wajah yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya, dan sama sekali belum pernah pula aku melihat arwah seperti itu sebelumnya, dan belum pernah pula aku melihat pakaian yang dikenakannya pernah dikenakan oleh seseorang. Keduanya datang kepadaku dengan jalan kaki, hingga masing-masing dari keduanya memegang kedua lenganku, tetapi anehnya aku tidak merasa sentuhan tangan keduanya. Salah seorang berkata kepada yang lainnya, ‘Rebahkanlah dia.’ Lalu keduanya merebahkan diriku tanpa paksa dan tanpa sulit. Kemudian salah seorangnya berkata kepada yang lainnya, “Belahlah dadanya, ” maka salah seorangnya menurut penglihatanku membelah dadaku tanpa ada darah yang mengalir dan tanpa rasa sakit. Lalu berkata kepada yang membelahku, “Keluarkanlah iri hati dan dengki.” Lalu ia mengeluarkan sesuatu yang bentuknya seperti segumpal darah, kemudian ia membuangnya jauh-jauh. Dan berkata lagi ia kepada orang yang membelahku, “Masukkanlah lemah lembut dan kasih sayang.” Maka tiba-tiba kulihat sesuatu sebesar apa yang baru dikeluarkan, bentuknya mengilap seperti perak (dimasukkan ke dalam dadaku), kemudian ia mengguncangkan jempol kakiku yang sebelah kanan, dan berkata, “Kembalikanlah ke semula dalam keadaan utuh.” Maka setelah itu aku pulang dengan berlari dan terasa dadaku dipenuhi oleh perasaan lembut terhadap anak kecil dan kasih sayang kepada orang dewasa.
(1-4) Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman kepada RasulNya, أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” Yakni, Kami melapangkannya untuk syariat-syariat agama, dakwah kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ , bersifat dengan akhlak yang baik, mengedepankan akhirat dan mempermudahkan kebajikan sehingga tidak terasa sempit dan tertekan hingga hampir (sebelumnya) tidak tunduk pada kebaikan dan hampir tidak merasakannya lapang. وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ “Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,” yakni kesalahanmu الَّذِي أَنْقَضَ “yang memberatkan punggungmu,” senada dengan Fir-man Allah جَلَّ جَلالُهُ ,
يَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
“Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang.” (Al-Fath: 2).
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,” yakni Kami tinggikan derajatmu dan Kami berikan pujian baik lagi luhur untukmu yang belum pernah dicapai oleh seorang pun sehingga tidaklah Allah جَلَّ جَلالُهُ disebut melainkan RasulNya juga dise-butkan bersamaNya seperti kalimat syahadat masuk Islam, adzan, iqamat, khutbah dan lainnya yang dalam kata-kata itu Allah جَلَّ جَلالُهُ mengagungkan sebutan RasulNya, Muhammad a. Dan di hati umatnya, beliau dicintai, diagungkan, dan dimuliakan, yang tidak dimiliki oleh seorang pun selain beliau setelah Allah جَلَّ جَلالُهُ . Semoga Allah جَلَّ جَلالُهُ memberi beliau balasan atas jerih payahnya terhadap umat dengan balasan terbaik yang diberikan kepada seorang Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tas jasa baiknya bagi umatnya.
1-4. Wahai nabi, bukankah kami telah melapangkan dadamu’ kami telah menjadikanmu seorang nabi yang menerima syariat agama, berakhlak mulia, berwawasan luas, santun, dan sabar dalam menghadapi kepahitan hidup. Dan kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu’ kami jadikan tugasmu yang sejatinya berat, seperti menyampaikan risalah dan mendakwahkan syariat, terasa ringan. Dan kami pun telah tinggikan sebutan namamu bagimu. Kami sebut namamu secara berurutan dengan nama-ku, seperti dalam syahadat, azan, tasyahud, dan sebagainya. Itu adalah kemu’liaan tersendiri yang tidak kami berikan kepada nabi-nabi yang lain
Al-Insyirah Ayat 1 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Insyirah Ayat 1, Makna Al-Insyirah Ayat 1, Terjemahan Tafsir Al-Insyirah Ayat 1, Al-Insyirah Ayat 1 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Insyirah Ayat 1
Tafsir Surat Al-Insyirah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)