{93} Adh-Dhuha / الضحى | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التين / At-Tin {95} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Insyirah الشرح (Melapangkan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 94 Tafsir ayat Ke 4.
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿٤﴾
wa rafa’nā laka żikrak
QS. Al-Insyirah [94] : 4
dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.
Wahai Nabi, bukankah Kami telah melapangkan dadamu untuk meneriman syariat agama, untuk menyeru kepada Allah dan berakhlak yang mulia? Kami telah menghilangkan beban berat yang ada di punggungmu dan Kami menjadikan semua kemuliaan yang diberikan kepadamu berada dalam tempat yang tinggi.
Dan mengenai firman selanjutnya:
{وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ}
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (Alam Nasyrah: 4)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ‘tidaklah Aku disebut melainkan namamu disebut pula bersama-Ku’ yaitu dalam kalimah ‘aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah’.
Qatadah mengatakan bahwa Allah meninggikan (mengangkat) sebutan namanya di dunia dan di akhirat. Maka tiada seorang khatib pun, tiada seorang yang membaca syahadat pun, dan tiada orang yang salat pun melainkan mengucapkannya, yaitu kalimah, ‘aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ دَراج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “أَتَانِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: إِنَّ رَبِّي وَرَبَّكَ يَقُولُ: كَيْفَ رَفَعْتُ ذِكْرَكَ؟ قَالَ: اللَّهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِذَا ذُكِرتُ ذُكِرتَ مَعِي”
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa’id, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Jibril datang kepadaku dan berkata, ” Sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu pernah berfirman, ‘Tahukah kamu bagaimana Aku meninggikan sebutan (nama)mu?’ Jibril menjawab, ‘Allah lebih mengetahui.’ Allah berfirman, Apabila nama-Ku disebut, maka disebutpula namamu bersama-Ku’.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Yunus, dari Abdul A’la dengan sanad yang sama. Abu Ya’la meriwayatkannya melalui jalur Ibnu Lahi’ah, dari Darij.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Al-Haudi, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa’ib, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Aku pernah menanyakan suatu masalah kepada Tuhanku, padahal aku tidak menginginkan untuk menanyakan hal itu kepada-Nya. Aku bertanya, “Sesungguhnya di antara nabi-nabi sebelumku ada yang telah Engkau tundukkan angin baginya, dan di antara mereka ada yang dapat menghidupkan orangmati.”Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Balik bertanya, “Wahai Muhammad bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang yatim piatu, lalu Aku melindungimu?” Aku menjawab, “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman, “Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Aku memberimu petunjuk?” Aku menjawab, “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman, “Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Aku memberimu kecukupan.” Aku menjawab, “Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman, “Bukankah Aku telah melapangkan dadamu, bukankah Aku telah meninggikan sebutan (nama)mu?” Aku menjawab, “Benar, ya Tuhanku.”
Abu Na’im di dalam kitab Dala’ilun Nubuwwah mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Al-Gatrifi, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Sahl Al-Juwaini, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Bahzan Al-Haiti, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Hammad, dari Usman ibnu Ata, dari Az-Zuhri, dari Anas yang mengatakan bahwaRasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Setelah aku selesai dari menerima apa yang diperintahkan kepadaku menyangkut semua urusan langit dan bumi, lalu aku bertanya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada seorang nabi pun sebelumku melainkan Engkau telah memuliakannya; Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kekasih), Musa sebagai Kalim (yang Engkau ajak bicara langsung), Engkau telah tundukkan gunung-gunung bagi Daud, dan bagi Sulaiman angin dan semua setan, dan Engkau hidupkan bagi Isa orang-orang yang telah mati. Maka apakah yang Engkau berikan kepadaku?”Allah berfirman, “Bukankah Aku telah memberimu dari hal tersebut seluruhnya, bahwa sesungguhnya tidaklah nama-Ku disebut melainkan engkau disebut pula bersama-Ku; dan Aku telah menjadikan dada umatmu sebagai kitab-kitab, mereka dapat membaca Al-Qur’an secara hafalan, dan hal itu belum pernah Kuberikan kepada suatu umat pun. Dan Aku telah memberimu suatu perbendaharaan dari ‘Arasy-Ku, yaitu kalimah ‘tidak ada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar’.”
Al-Bagawi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid, bahwa makna yang dimaksud dari ayat ini ialah azan, yakni nama beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ disebutkan dalam azan. Lalu Al-Bagawi menyitir bait-bait syair yang dikatakan oleh Hassan ibnu Sabit:
أغَرّ عَلَيه لِلنُّبُوَّةِ خَاتَم … مِنَ اللَّهِ مِنْ نُور يَلوحُ وَيشْهَد …
وَضمَّ الإلهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ … إِذَا قَالَ فِي الخَمْس المؤذنُ: أشهدُ …
وَشَقَّ لَهُ مِن اسْمِهِ ليُجِلَّه … فَذُو العَرشِ محمودٌ وهَذا مُحَمَّدُ
Kedudukannya (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sebagai penutup nabi Allah lebih terang dari cahaya yang kita lihat. Dan juga Allah telah menggabungkan nama Nabi dengan nama-Nya, bila seorang muazzin mengucapkan kalimah yang kelima dalam azannya, yaitu ‘asyhadu…’.
Dan Allah telah membelah buatnya sebagian dari nama-Nya untuk menjadikannya orang yang diagungkan. Tuhan Yang mempunyai ‘Arasy Mahmud (Yang Maha Terpuji), dan dia bernama Muhammad (orang yang terpuji).
Ulama lainnya mengatakan bahwa Allah meninggikan sebutan namanya di kalangan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. Dan Allah memuliakan namanya saat mengambil perjanjian dari para nabi, yaitu hendaknya mereka beriman kepada Nabi Muhammad dan hendaklah mereka memerintahkan kepada umatnya masing-masing untuk beriman kepadanya. Kemudian Allah memasyhurkan sebutannya di kalangan umatnya, maka tidak sekali-kali nama Allah disebut melainkan ia pun disebut bersama nama-Nya. Alangkah baiknya apa yang telah dikatakan oleh As-Sarsari rahimahullah dalam bait syairnya:
لَا يَصِحُّ الأذانُ فِي الفَرْضِ إِلَّا … باسمِه العَذْب فِي الْفَمِ المرْضي …
Tidaklah sah azan dalam salat fardu melainkan dengan menyebut namanya yang enak disebut oleh lisan yang diridai.
Disebutkan pula dalam bait syair lainnya:
[ألَم تَر أنَّا لَا يَصحُّ أذانُنَا … وَلا فَرْضُنا إنْ لَمْ نُكَررْه فِيهِمَا]
Tidakkah engkau perhatikan, bahwa tidaklah sah azan kita dan tidak sah (pula) salat fardu kita bila kita tidak menyebut-nyebut namanya dalam keduanya.
1-4. Allah berfirman kepada RasulNya, “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” yakni, Kami melapangkannya untuk syariat-syariat agama, dakwah kepada Allah, bersifat dengan akhlak yang baik, mengedepankan akhirat dan mempermudahkan kebajikan sehingga tidak terasa sempit dan tertekan hingga hampir (sebelumnya) tidak tunduk pada kebaikan dan hampir tidak merasakannya lapang. “Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,” yakni kesalahanmu “yang memberatkan punggungmu,” sebagaimana firman-Nya :
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,
(QS. Al-Fath :2)
“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,” yakni Kami tinggikan derajatmu dan Kami berikan pujian baik lagi luhur untukmu yang belum pernah dicapai oleh seorang pun sehingga tidaklah Allah disebut melainkan RasulNya juga disebutkan bersamaNya seperti kalimat syahadat masuk islam, adzan, iqamat, khutbah dan lainnya yang dalam kata-kata itu Allah mengagungkan sebutan RasulNya, Muhammad. Dan di hati umatnya, beliau dicintai, diagungkan, dan dimuliakan, yang tidak dimiliki oleh seorang pun selain beliau setelah Allah. Semoga Allah memberi beliau balasan atas jerih payahnya terhadap umat dengan balasan terbaik yang diberikan kepada seorang nabi atas jasa baiknya bagi umatnya.
1-4. Wahai nabi, bukankah kami telah melapangkan dadamu’ kami telah menjadikanmu seorang nabi yang menerima syariat agama, berakhlak mulia, berwawasan luas, santun, dan sabar dalam menghadapi kepahitan hidup. Dan kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu’ kami jadikan tugasmu yang sejatinya berat, seperti menyampaikan risalah dan mendakwahkan syariat, terasa ringan. Dan kami pun telah tinggikan sebutan namamu bagimu. Kami sebut namamu secara berurutan dengan nama-ku, seperti dalam syahadat, azan, tasyahud, dan sebagainya. Itu adalah kemu’liaan tersendiri yang tidak kami berikan kepada nabi-nabi yang lain. 5-6. Demikianlah nikmat-nikmat-ku kepadamu. Maka tetaplah optimis dan berharap pada perto’longan tuhanmu karena sesungguhnya beserta kesulitan apa pun pasti ada kemudahan yang menyertainya. Engkau hadapi kesulitan besar dalam menyampaikan dakwah kepada kaummu; mereka ingkar dan menentangmu, tetapi Allah memberimu kemudahan untuk menaklukkan mereka. Sesungguhnya beserta kesulitan itu pasti ada kemudahan.
Al-Insyirah Ayat 4 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Insyirah Ayat 4, Makna Al-Insyirah Ayat 4, Terjemahan Tafsir Al-Insyirah Ayat 4, Al-Insyirah Ayat 4 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Insyirah Ayat 4
Tafsir Surat Al-Insyirah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)