{113} Al-Falaq / الفلق | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الناس / An-Nas {114} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nas الناس (Manusia) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 114 Tafsir ayat Ke 6.
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
minal-jinnati wan-nās
QS. An-Nas [114] : 6
dari (golongan) jin dan manusia.”
Dari setan jin dan manusia.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6)
Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5) Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya: dari (golongan)jin dan manusia. (An-Nas: 6)
Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut ini: dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6) merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu(manusia). (Al-An’am: 112)
Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa:
telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-Khasykhasy, dari Abu Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu berada di dalam masjid. lalu ia duduk. maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?” Aku (Abu Zar) menjawab, “Belum.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Berdirilah dan salatlah kamu!” Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya ada.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin mempersedikitnya atau memperbanyaknya (hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya itu—). Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Amal fardu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak.” Aku bertanya, “Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi kepada orang yang fakir. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?” Beliau menjawab, “Adam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Tiga ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak.” Di lain kesempatan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Tiga ratus lima belas orang rasul.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah diturunkan kepada engkau?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Ayat kursi, yaitu, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”(Al-Baqarah: 255)
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar ibnu Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan hingga hanya sampai batas bisikan (belaka).
Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A’masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama.
1-6. Surat ini mencakup perlindungan diri kepada Rabb manusia, Penguasa dan Sesembahan mereka, dari setan yang merupakan pangkal dan materi dasar segala kejahatan. Di antara fitnah dan kejahatannya adalah bisikan dalam dada manusia. Keburukan dibuat seolah-olah baik untuk mereka dan diperlihatkan dalam bentuk yang indah, menggerakan keinginan mereka agar melakukannya, menghalangi mereka dari kebaikan dan kebaikan di perlihatkan pada mereka dengan wujud lain. Setan selalu berada dalam kondisi seperti itu, membisiki kemudian menunda bisikan bila manusia mengingat Rabbnya dan meminta pertolongan kepadaNya untuk menangkal bisikan tersebut. Maka manusia selayaknya meminta pertolongan dan perlindungan serta berpegangan pada pemeliharaan Allah, karena semua makhluk berada di bawah uluhiyah dan kekuasaanNya, semua ubun-ubun makhluk yang melata berada dalam genggaman Allah, dan di bawah uluhiyahNya yang menjadi tujuan penciptaan makhluk. Karena itu, tidaklah tujuan itu sempurna untuk manusia tanpa menangkal kejahatan musuh mereka yang ingin memutuskan mereka dan menghalangi mereka darinya dan ingin menjadikan mereka sebagai golongannya, agar mereka menjadi penghuni Neraka Sa’ir.
Bisikan, sebagaimana berasal dari setan juga bisa berasal dari manusia, karena itu Allah berfirman, “Dari jin dan manusia.”
Segala puji bagi Allah semata, Rabb semesta alam, secara permulaan, penutup, lahir dan batin. Kita memohon semoga Allah menyempurnakan nikmatNya, memaafkan dosa-dosa kita yang menghalangi kita dari berbagai berkahNya, semoga Allah mengampuni kesalahan dan keinginan hawa nafsu kita yang melenyapkan renungan ayat-ayat Allah dari hati kita. Kita berharap kepadaNya semoga tidak menghalangi kita dari kebaikan yang ada di sisiNya karena keburukan yang ada pada diri kita, karena sesungguhnya hanya kaum kafir dan orang-orang yang sesatlah yang berputus asa dari rahmat Allah.
4-6. Aku berlindung kepada-Nya dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi pada diri manusia dan selalu bersamanya layaknya darah yang mengalir di dalam tubuhnya, yang membisikkan kejahatan dan kesesatan ke dalam dada manusia dengan cara yang halus, lihai, licik, dan menjanjikan secara terus-menerus. Aku berlindung kepada-Nya dari setan pembisik kejahatan dan kesesatan yang berasal dari golongan jin, yakni makhluk halus yang tercipta dari api, dan juga dari golongan manusia yang telah menjadi budak setan.
An-Nas Ayat 6 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nas Ayat 6, Makna An-Nas Ayat 6, Terjemahan Tafsir An-Nas Ayat 6, An-Nas Ayat 6 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nas Ayat 6
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)