{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 36.
قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَىٰ ﴿٣٦﴾
qāla qad ụtīta su`laka yā mụsā
QS. Thaha [20] : 36
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa!
Allah berfirman: Sesungguhnya Aku telah memberikan semua permintaanmu, wahai Musa.
Ini merupakan perkenan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada rasul-Nya (Musa a.s.) yang telah mengabulkan semua permintaannya, sekaligus mengingatkan Musa akan semua nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya di masa silam berkaitan dengan apa yang dialami oleh ibunya saat ibunya masih menyusukannya dan bersikap mawas diri terhadap Fir’aun dan bala tentaranya agar mereka jangan membunuhnya. Musa dilahirkan di masa Fir’aun dan bala tentaranya membunuh semua bayi yang lahir tahun itu. Maka ibu Musa membuat sebuah peti untuk Musa yang masih disusukannya, lalu meletakkan Musa di dalam peti itu dan menghanyutkannya ke Sungai Nil, tetapi dalam keadaan diikat dengan tali yang dihubungkan ke rumahnya.
Dan pada suatu hari ibu Musa pergi untuk memperbaharui ikatan talinya, tetapi ternyata peti yang berisikan Musa terlepas dan terbawa hanyut oleh arus Sungai Nil. Karena itu, hati ibu Musa dirundung rasa duka cita yang sangat mendalam dan kesedihan yang tak terperi kan. Hal ini di ungkapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. (Al Qashash:10)
Arus Sungai Nil membawa peti yang berisikan Musa itu ke istana Fir’aun yang terletak di pinggir Sungai Nil.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al Qashash:8)
Yakni sebagai suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dalam saat yang sama mereka membunuh bayi-bayi kaum Bani Israil karena mereka takut akan kelahiran Musa. Maka Allah memutuskan hal yang lain, karena Dialah yang memi liki kekuasaan Yang Mahabesar dan takdir yang sempurna, bahwa tidaklah Musa dipelihara kecuali di dalam asuhan Fir’aun dan makan serta minum dari makanan dan minumannya setelah Allah menanamkan rasa kasih sayang kepada Musa di dalam hati Fir’aun dan istrinya.
Allah berfirman, قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى “Sungguh telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa,” maksudnya engkau telah diberi segala yang engkau minta. Kami akan melapangkan dadamu, memudahkan urusanmu dan melepaskan kekakuan pada lidahmu, sehingga mereka akan memahami apa yang engkau kemukakan.,
سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
“Dan Kami akan meneguhkan kekuatanmu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu. (Berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang.” (QS. Al-Qashash: 35).
Permohonan dari Musa ini ‘alaihissalam menunjukkan kesempurnaan ma’rifah beliau terhadap Allah, kesempurnaan kecerdikan dan penguasaan beliau terhadap urusan-urusan dan kesempurnaan ketulusannya. Hal tersebut karena; seorang juru dakwah yang menyeru kepada Allah, yang menunjukkan jalan bagi manusia yang lain, terutama bila obyek dakwah dari kalangan orang-orang yang suka menentang, sombong dan berbuat melampaui batas, maka dia membutuhkan lapangnya dada, dan kelembutan yang penuh untuk menghadapi gangguan yang akan menimpanya, serta lisan yang fasih, yang sanggup mengungkapkan dengannya apa yang diinginkan dan dimaksud. Bahkan kelincahan berbicara dan penggunaan gaya bahasa yang menarik termasuk perkara yang sangat dituntut, karena banyaknya terjadi pertukaran pandangan dan saling mendebat serta karena unsur kebutuhannya terhadap (kemampuan) untuk memperindah potret kebenaran dan menghiasinya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Gunanya, biar dapat menyulap jiwa-jiwa mereka untuk bersimpati, juga untuk memperburuk gambaran kebatilan dan mencoreng-corengnya supaya lari darinya. Selain itu, seorang da’i berkepentingan agar urusannya menjadi mudah, maka dia memasuki ‘rumah melalui pintu-pintunya’ (menjalankan urusan melalui jalur yang tepat), mendakwahi dengan cara hikmah, nasihat yang baik dan mujadalah (adu argumentasi) dengan cara yang terbaik, berinteraksi dengan orang-orang yang sesuai dengan kondisinya. Lebih sempurna lagi, orang yang statusnya demikian seharusnya mempunyai pendukung-pendukung dan pembantu-pembantu yang akan meringankannya menjalankan misinya. Pasalnya, suara-suara bila berjumlah banyak akan berpengaruh. Karena itu, beliau ‘alaihissalam memohon hal-hal ini, lalu Allah langsung memberinya.
Kalau Anda memperhatikan kondisi para nabi yang diutus kepada umat manusia, maka Anda akan menyaksikan mereka berkarakter demikian sesuai dengan kondisinya, terutama nabi penutup mereka dan yang paling mulia, Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Sesungguhnya beliau berada di puncak tertinggi di setiap sifat kesempurnaan. Beliau mempunyai kelapangan dada, kemudahan urusan-urusan, kemampuan bicara yang bagus, keindahan pengungkapan dan tutur kata, serta memiliki para pendukung atas kebenaran dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah mereka, yang tidak dimiliki oleh nabi lainnya.
Mengabulkan permohonan nabi musa, dia berfirman, ‘sungguh, telah diperkenankan semua permintaanmu itu, wahai musa. Terimalah anugerah besar kami itu kepadamu. 37-38. Dan wahai musa, ketahuilah bahwa sesungguhnya tanpa engkau minta pun, kami telah memberi nikmat kepadamu pada kesempatan yang lain sebelum ini, yaitu ketika kami mengilhamkan kepada ibumu sesudah kelahiranmu sesuatu yang diilhamkan, yaitu cara menyelamatkanmu dari rencana keji fir’aun.
Thaha Ayat 36 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 36, Makna Thaha Ayat 36, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 36, Thaha Ayat 36 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 36
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)