{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 86.
فَرَجَعَ مُوسَىٰ إِلَىٰ قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا ۚ أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُمْ مَوْعِدِي ﴿٨٦﴾
fa raja’a mụsā ilā qaumihī gaḍbāna asifā, qāla yā qaumi a lam ya’idkum rabbukum wa’dan ḥasanā, a fa ṭāla ‘alaikumul-‘ahdu am arattum ay yaḥilla ‘alaikum gaḍabum mir rabbikum fa akhlaftum mau’idī
QS. Thaha [20] : 86
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Dia (Musa) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
Lalu Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah terhadap mereka lagi bersedih Dia berkata kepada mereka: Hai kaumku, bukankah Rabb kalian telah menjanjikan kepada kalian janji yang baik, dengan diturunkannya kitab Taurat? Apakah janji itu sudah terasa lama bagi kalian dan kalian menganggap lambat janji tersebut, ataukah kalian ingin melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan kalian ditimpa kemurkaan dari Rabb kalian, sehingga kalian melanggar perjanjian kalian denganku, menyembah patung anak sapi, dan tidak komitmen dengan perintah-perintahku?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.
sesudah Allah mewartakan kepadanya kisah tersebut. Musa kembali kepada kaumnya dengan rasa marah dan murka terhadap mereka, padahal saat itu Musa sedang menjalankan apa yang menjadi kebaikan bagi mereka yang karenanya ia menerima kitab Taurat. Di dalam kitab Taurat terdapat syariat buat mereka, terkandung pula kemuliaan mereka. Tetapi mereka adalah suatu kaum yang menyembah selain Allah, hal tersebut tidaklah dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Sudah jelaslah kebatilan perbuatan mereka dan hal itu menunjukkan akan kedangkalan serta kekurangan akal dan hati mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini bahwa Musa kembali kepada mereka dalam keadaan marah dan murka. Yang dimaksud dengan murka ialah kemarahan yang sangat atau marah berat.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dalam keadaan marah dan bersedih hati.
Yaitu dengan kesal hati,
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa al-asaf artinya bersedih hati atas perbuatan kaumnya sepeninggal dia.
Berkata Musa, “Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik?”
Yakni bukankah Dia telah menjanjikan kepada kalian melalui lisanku kebaikan dunia dan akhirat serta akibat yang terpuji, seperti yang telah kalian rasakan sendiri, yaitu Dia telah memberikan pertolongan-Nya kepada kalian dalam menghadapi musuh kalian sehingga kalian beroleh kemenangan atasnya, juga nikmat-nikmat lainnya yang telah diberikan oleh Dia kepada kalian.
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian.
Yakni masa tunggu kalian terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah untuk kalian dan kalian melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya, padahal masa itu masih hangat dan belum lama.
Atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian?
Am dalam ayat ini bermakna bal yang menunjukkan arti idrab (mengenyampingkan) kalimat pertama, lalu mengalihkan pembicaraan kepada kalimat selanjutnya. Seakan-akan dikatakan bahwa ‘atau kalian menghendaki dengan perbuatan kalian ini agar Tuhan menimpakan murkaNya kepada kalian, yang hal itu berarti kalian ingkar janji kepadaku’. Kaum Bani Israil menjawab apa yang diperingatkan oleh Musa kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kamauan kami sendiri. (Thaahaa:87)
Yakni dengan keinginan dan pilihan kami sendiri. Kemudian Bani Israil mengemukakan alasannya yang munafik itu yang lahiriahnya menggambarkan tentang kesucian mereka terhadap perhiasan orang Mesir yang ada di tangan niereka dari hasil pinjaman saat mereka keluar meninggalkan negeri Mesir, sedangkan perhiasan itu masih ada di tangan mereka. Mereka mengatakan, “Kami melemparkan perhiasan itu semuanya (ke dalam api itu).”
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan berkenaan dengan hadis fitnah, bahwa Harun a.s. adalah orang yang memerintahkan kepada mereka untuk melemparkan semua perhiasan itu di lubang galian yang telah dinyalakan api di dalamnya.
Kisah tersebut menurut riwayat As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Harun bermaksud agar semua perhiasan itu dikumpulkan di dalam lubang galian itu menjadi satu dan dilebur menjadi satu sambil menunggu kedatangan Musa, maka Musalah kelak yang akan memutuskannya menurut apa yang dikehendakinya.
Kemudian datanglah Samiri, lalu ia melemparkan ke dalam galian itu segenggam tanah yang telah diambilnya dari bekas telapak (kuda) Malaikat Jibril. Samiri meminta pula kepada Harun agar mendoakan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى semoga Allah memperkenankan suatu permintaannya. Harun berdoa kepada Allah, memohon perkenan bagi Samiri, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Samiri. Doa Harun diterima oleh Allah, lalu Samiri berkata saat itu juga, “Saya memohon kepada Allah agar apa yang saya lemparkan itu menjadi anak lembu.” Dan jadilah anak lembu yang dimintanya itu sekaligus ada suaranya. Hal ini terjadi sebagai istidraj, penangguhan azab, ujian, dan cobaan dari Allah kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
dan demikian pula Samiri melemparkannya, kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara. (Thaahaa:87-88)
Ketika Musa kembali pulang ke kaumnya dalam keadaan murka dan prihatin, maksudnya hatinya penuh dengan amarah, murka, dan kesedihan, beliau mengeluarkan pernyataan untuk memburuk-burukkan dan menjelek-jelekkan ulah mereka, يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا “Hai kaumku, bukankah Rabbmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik,” yaitu dengan menurunkan Taurat kepada kalian, أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ “maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu,” yaitu jarak waktu (perjanjian), maka apakah kalian menilai kepergianku terlalu lama, padahal merupakan masa yang pendek saja?! Ini adalah keterangan mayoritas ulama tafsir. Kandungan ayat ini juga bisa diarahkan ke pengertian: apakah sudah lama masa kenabian dan kerasulan dari kalian, sehingga kalian tidak mengetahui apa-apa tentang kenabian dan pengaruhnya, sudah lenyap bukti-buktinya dan kalian tidak menjumpai berita apa pun tentangnya. Bekas-bekasnya pun hilang karena panjangnya kurun waktu darinya, sehingga kalian menyembah selain Allah karena dominannya kebodohanmu dan tiadanya ilmu mengenai pengaruh-pengaruh kerasulan? Perkaranya tidak demikian. Bahkan kenabian itu di belakang kalian, sedangkan ilmu itu ada, dan udzur tidak bisa diterima. أَمْ أَرَدْتُمْ “Atau kamu menghendaki,” dengan tindakan kalian أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ “agar kemurkaan dari Rabbmu menimpamu,” kalian telah melakukan penyebab-penyebab yang mendatangkan kemurkaanNya dan kalian menerobos pemicu siksaNya. Inilah realitanya. فَأَخْلَفْتُمْ مَوْعِدِي “Lalu kamu melanggar perjanjianmu denganku.” Tatkala aku memerintahkan kepada kalian untuk beristiqamah, dan berpesan kepada Harun untuk mengawasi kalian. Tapi kalian tidak mau menunggu yang sedang pergi dan tidak menghormati orang yang ada.
Kemudian nabi musa kembali kepada kaumnya dengan marah karena menyaksikan mereka menyembah patung anak sapi. Dia marah dan bersedih hati karena kekafiran mereka setelah dia berusaha memberi mereka petunjuk. Dia berkata, ‘wahai kaumku! bukankah tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik bila kamu beriman, yaitu dengan menjamin keselamatanmu di dunia dan kebahagiaanmu di akhirat’ apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu sehingga kamu tidak sabar dan akhirnya menyembah patung anak sapi ini, atau kamu memang sengaja menghendaki agar kemurkaan tuhan menimpamu’ mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku yang telah kamu teguhkan sebelumnya”87. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, ‘wahai nabi musa, kami memang bersalah, namun kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat ketika meninggalkan mesir yang terdiri dari perhiasan kaum itu, yaitu orang-orang mesir, kemudian kami melemparkannya ke dalam api, dan demikian pula samiri melemparkannya ke api itu. ‘.
Thaha Ayat 86 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 86, Makna Thaha Ayat 86, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 86, Thaha Ayat 86 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 86
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)