{23} Al-Mu’minun / المؤمنون | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفرقان / Al-Furqan {25} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nur النور (Cahaya) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 24 Tafsir ayat Ke 40.
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ ﴿٤٠﴾
au kaẓulumātin fī baḥril lujjiyyiy yagsyāhu maujum min fauqihī maujum min fauqihī saḥāb, ẓulumātum ba’ḍuhā fauqa ba’ḍ, iżā akhraja yadahụ lam yakad yarāhā, wa mal lam yaj’alillāhu lahụ nụran fa mā lahụ min nụr
QS. An-Nur [24] : 40
Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.
Atau semua amalan mereka adalah seperti kegelapan yang gulita di lautan yang paling dalam dan diliputi oleh ombak yang di atasnya ada ombak lagi, dan di atasnya ada awan yang tebal, sungguh gelap gulita yang bertumpuk-tumpuk. Apabila ada seseorang yang mengeluarkan tangannya, maka dia tidak dapat melihatnya karena gelap gulita. Orang-orang kafir itu tertutupi oleh tumpukan kegelapan: kegelapan syirik, kesesatan, dan rusaknya perbuatan. Maka barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah yang berasal dari kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya yang akan memberikan petunjuk, niscaya dia tidak memiliki pemberi hidayah sedikit pun.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa di hari kiamat kelak dikatakan kepada orang-orang Yahudi, “Apakah yang kalian sembah?” mereka menjawab, “Kami dahulu menyembah Uzair anak Allah.” Maka dikatakan, “Kalian dusta, Allah sama sekali tidak beranak. Lalu apakah yang kalian mau?” Mereka menjawab, “Wahai Tuhan, kami haus, berilah kami minum.” Dikatakan, “Tidakkah kalian melihat?” Kemudian diperlihatkan kepada mereka neraka yang menurut pandangan mereka kelihatan seperti fatamorgana, sebagian darinya menghantam sebagian yang lainnya bagaikan ombak. Lalu mereka berangkat menuju ke neraka itu, dan akhirnya mereka menjerit-jerit di dalam neraka. Perumpamaan ini merupakan gambaran tentang keadaan orang-orang yang jahil murakkab (bodoh kuadrat). Adapun orang-orang bodoh yang biasa adalah sejumlah besar manusia yang bertaklid kepada para pemimpin kekufuran yang bisu dan tuli, yaitu orang-orang yang tidak berakal. Perumpamaan mereka digambarkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam. (An Nuur:40)
Menurut Qatadah, lujiyyin artinya dalam.
Yang diliputi oleh ombak, yang diatasnya ombak (pula), diatasnya (lagi) awan, gelap gulita yang tindih bertindih, apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya. (An Nuur:40)
Yakni hampir saja tidak dapat melihatnya karena keadaan gelap yang sangat. Hal ini merupakan gambaran yang menceritakan keadaan kalbu orang kafir yang sederhana yang bertaklid (mengikut), dia tidak mengetahui keadaan orang yang memimpinnya dan tidak mengetahui ke manakah dirinya dibawa pergi.
Bahkan dapat dikatakan pula perumpamaan orang jahil seperti ini bila ditanya, “Hendak ke manakah kamu pergi?” Ia menjawab, “Mengikuti mereka.” Dikatakan lagi, “Kemana mereka pergi?” Ia menjawab, “Tidak tahu.”
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: yang diliputi oleh ombak. (An Nuur:40), hingga akhir ayat. Yang dimaksud dengan maujun dalam ayat ini ialah penutup yang meliputi kalbu, pendengaran, dan penglihatan. Dan pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. (Al Baqarah:7), hingga akhir ayat.
Sama juga dengan firman-Nya:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? (Al Jaatsiyah:23), hingga akhir ayat.
Ubay ibnu Ka’b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: gelap gulita yang tindih bertindih. (An Nuur:40) Dia berada dalam lima kegelapan. Perkataannya kegelapan, amalnya kegelapan, tempat masuknya kegelapan, tempat keluarnya kegelapan, dan tempat kembalinya kepada kegelapan kelak di hari kiamat, yaitu di dalam neraka. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan Ar-Rabi’ ibnu Anas.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (An Nuur:40)
Yakni barang siapa yang tidak mendapat petunjuk dari Allah, berarti dia binasa, jahil, terhalang, hancur, lagi kafir. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. (Al A’raf:186)
Hal ini merupakan kebalikan dari apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengenai perumpamaan orang-orang mukmin melalui firman-Nya:
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. (An Nuur:35)
Kita memohon kepada Allah, semoga Dia memberikan cahaya dalam kalbu kita semua, juga cahaya di sebelah kanan kita, di sebelah kiri kita, dan hendaknyalah Dia membesarkan cahaya-Nya bagi kita.
Perumpamaan kedua tentang kebatilan amalan orang-orang kafir {كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ} “atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam,” dasarnya dalam dan jangkauannya luas {يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ} “yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang bertindih-tindih,” kegelapan laut yang dalam, kemudian di permukaannya kegelapan gelombang yang bergulung-gulung, dan (dinaungi) di atasnya ke-gelapan awan yang hitam, lantas diselimuti kegelapan malam yang pekat. Maka, kegelapan semakin parah sekali, di mana keadaan seseorang pada saat itu {إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا} “apabila dia mengeluar-kan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya,” walaupun tangannya begitu dekat dengan dirinya. Lalu bagaimana dengan benda lain?
Begitu pula kaum kafir, kegelapan telah bertumpuk-tumpuk dalam hati mereka; sebuah kegelapan sifat bawaan yang tidak mengandung kebaikan sama sekali, ditambah dengan kegelapan kekufuran(nya), disusul kegelapan kebodohan(nya), dan dilanjut-kan oleh kegelapan dari perbuatan yang muncul sebagaimana yang telah disebutkan. Mereka pun mengalami kebingungan dalam ke-gelapannya, tidak bisa melihat dalam kesesatan mereka, membela-kangi jalan yang lurus, mondar-mandir pada jalur-jalur kekeliruan dan kesesatan. Demikian ini, lantaran Allah telah menelantarkan mereka tanpa hidayah dan tidak memberikan bagian dari cahaya-Nya kepada mereka. {وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ} “(Dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun,” karena dirinya zhalim lagi bodoh, tidak ada ke-baikan dan cahaya padanya kecuali apa yang telah Allah berikan dan anugerahkan.
Dua permisalan ini mengandung kemungkinan berlaku untuk amalan seluruh orang kafir. Keduanya bersesuaian dengannya (hakikat amalan orang-orang kafir). Allah telah menyebutkannya secara terperinci lantaran perbedaan karakternya. Dimungkinkan juga, setiap perumpamaan itu diperuntukkan bagi kelompok dan golongan tertentu. Perumpamaan pertama untuk orang-orang yang diikuti dan permisalan yang kedua bagi para pengikutnya. Wallahu a’lam.
Allah menyajikan perumpamaan lain terkait betapa sia-sianya amal orang kafir itu. Atau keadaan orang-orang kafir itu seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang tidak dapat dijangkau kedalamannya, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya yaitu di atas gelom-bang yang bertumpuk dan bergulung-gulung itu ada lagi awan gelap yang menutupi sinar matahari. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis; perpaduan antara laut yang begitu dalam, ombak yang bergulung-gulung, dan awan yang kelam. Begitu pekat kegelapan itu hingga apabila dia mengeluarkan tangannya untuk didekatkannya ke mata, hampir saja dia tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. 41. Allah menguraikan bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya pada ayat berikut agar manusia beribadah kepada-Nya dan mengakui keesaan-Nya. Tidakkah engkau tahu, wahai nabi Muhammad, bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi dengan keadaan atau cara masing-masing, dan bersama mereka bertasbih juga burung yang mengembangkan sayapnya; tidak ada yang mencegahnya jatuh kecuali atas kuasa dan izin Allah. Masing-masing makhluk itu sungguh telah me-ngetahui cara berdoa dan bertasbih-Nya sendiri, tetapi kamu tidak me-ngetahuinya (lihat juga: surah al-isr’/17: 44). Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Allah pada ayat ini secara istimewa menyebut burung karena penciptaan burung dan kemampuannya terbang terasa nyata menunjukkan keajaiban penciptaan dan kesempurnaan Allah.
An-Nur Ayat 40 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nur Ayat 40, Makna An-Nur Ayat 40, Terjemahan Tafsir An-Nur Ayat 40, An-Nur Ayat 40 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nur Ayat 40
Tafsir Surat An-Nur Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)