| {64} At-Taghabun / التغابن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التحريم / At-Tahrim {66} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Thalaq الطلاق (Talak) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 65 Tafsir ayat Ke 12.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
allāhullażī khalaqa sab’a samāwātiw wa minal-arḍi miṡlahunn, yatanazzalul-amru bainahunna lita’lamū annallāha ‘alā kulli syai`ing qadīruw wa annallāha qad aḥāṭa bikulli syai`in ‘ilmā
QS. At-Thalaq [65] : 12
Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.
Wahai manusia, hanya Allah semata yang menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi, dan Allah menurunkan perintah melalui wahyu kepada para rasul-Nya untuk mengatur hal ihwal makhluk-Nya diantara langit dan bumi, agar kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang membuat-Nya lemah. Sesungguhnya, ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang kekuasaan-Nya yang sempurna dan pengaruh-Nya yang besar. Dimaksudkan agar hal ini menjadi pendorong bagi umat manusia untuk mengagungkan agama yang lurus yang telah disyariatkan oleh-Nya.
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit. (Ath-Thalaq: 12)
Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya yang menceritakan tentang Nabi Nuh, bahwa dia berkata kepada kaumnya:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lainnya, yaitu:
Langit yang tujuh dan bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. (Al-Isra: 44)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12)
Yakni tujuh lapis. Seperti yang dijelaskan di dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab Sahihain, yaitu:
Barang siapa yang merebut tanah orang lain barang sejengkal, maka Allah akan mengalungkannya (pada lehernya) dari tujuh lapis bumi.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan dengan lafaz berikut:
maka di dibenamkan ke dalamnya sampai tujuh lapis bumi.
Jalur-jalur periwayatan dan lafaz-lafaz hadis ini telah diketengahkan, dan para ulama ahli hadis mengatakan bahwa hadis ini terdapat di dalam permulaan kitab Al-Bidayah wan Nihayah, sebagai sumbernya, yaitu dalam Bab “Penciptaan Bumi.”
Adapun mengenai pendapat orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh lapis adalah tujuh kawasan, maka sesungguhnya pendapatnya itu jauh dari kebenaran dan tenggelam ke dalam pertentangan serta menyimpang dari Al-Qur’an dan hadis tanpa sandaran.
Dalam tafsir surat Al-Hadid, yaitu pada tafsir firman-Nya:
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin. (Al-Hadid: 3)
telah disebutkan tujuh lapis bumi, dan bahwa jarak di antara masing-masing lapis serta ketebalannya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Mas’ud dan lain-lainnya. Demikian pula telah disebutkan dalam hadis yang lain, yaitu:
Tiadalah tujuh lapis langit dan semua yang ada padanya dan semua yang ada di antara tiap lapisnya, begitu pula tujuh lapis bumi dan semua yang ada padanya serta semua yang ada di antara tiap lapisnya, (bila dibandingkan) dengan Al-Kursi melainkan seperti sebuah lingkaran kecil (mata uang logam) yang tergeletak dipadang sahara yang luas.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kamj Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) Bahwa seandainya aku ceritakan kepada kalian mengenai tafsirnya, tentulah kalian akan mengingkarinya, dan keingkaran kalian itu ialah mendustakan makna ayat ini.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Abdullah ibnu Sa’d Al-Qummi Al-Asy’ari, dari Ja’far ibnu Abul Mugirah Al-Khuza’i, dari Sa’id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna firman-Nya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12), hingga akhir ayat. Maka Ibnu Abbas menjawab, “Apakah yang menjamin bahwa jika aku ceritakan kepadamu maka kamu tidak mengingkarinya?”
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Murrrah, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) Amr mengatakan bahwa Ibnu Abbas mengatakan, “Pada tiap-tiap lapis bumi terdapat orang yang seperti Nabi Ibrahim dan yang semisal dengan jumlah makhluk yang ada di atas bumi.”
Ibnul Musanna mengatakan dalam hadis yang diriwayatkannya, bahwa pada tiap-tiap langit terdapat (orang yang sama seperti Nabi) Ibrahim.
Imam Baihaqi telah meriwayatkan di dalam Kitabul Asma was Sifat asar ini dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang lebih rinci. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafrz, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Ganam An-Nakha’i, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Hakim, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ata ibnus Saib, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas, bahwa ia telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) Yakni tujuh lapis bumi, dan pada tiap lapis bumi terdapat seorang nabi seperti nabi kalian, Adam seperti Adam, Nuh seperti Nuh, Ibrahim seperti Ibrahim, dan Isa seperti Isa.
Kemudian Imam Baihaqi meriwayatkannya melalui hadis Syu’bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) Bahwa pada tiap lapis bumi terdapat nabi seperti Nabi Ibrahim a.s. Selanjutnya
Imam Baihaqi mengatakan bahwa sanad asar ini sampai kepada Ibnu Abbas sahih. Tetapi asar ini syaz sekali, dan aku tidak mengetahui bahwa Abud Duha merupakan salah seorang pengikut Ibnu Abbas; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Abu Bakar Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia Al-Qurasyi, telah mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul At-Tafakkur wal I’tibar bahwa telah menceritakan kepadaku Ishaq ibnu Hatim Al-Mada-ini, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, dari Usman ibnu Abu Dahras yang mengatakan bahwa telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjumpai para sahabatnya yang saat itu mereka sedang terdiam, tiada seorang pun yang berkata-kata. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Mengapa kalian tidak berbicara?” Mereka menjawab, “Kami sedang memikirkan makhluk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Memang demikianlah yang harus kamu lakukan. Pikirkanlah olehmu tentang makhluk Allah, dan janganlah kamu pikirkan tentang Allah. Karena sesungguhnya di sebelah barat (magrib) ini terdapat bumi yang putih, cahayanya putih— atau putihnya karena cahayanya— seluas perjalanan matahari selama empat puluh hari. Padanya terdapat suatu makhluk dari makhluk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Mereka tidak pernah durhaka kepada Allah barang sekejap mata pun. Mereka bertanya, “Kalau begitu, di manakah tempat setan selain mereka?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mereka tidak mengenal apakah setan telah diciptakan ataukah tidak.” Mereka bertanya, “Apakah mereka dari keturunan Adam? Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Mereka tidak mengenal apakah Adam diciptakan ataukah tidak.”
Hadis ini berpredikat mursal, dan munkar sekali. Dan Usman ibnu Abu Dahras disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam suatu kitabnya, bahwa Usman ibnu Abu Dahras meriwayatkan hadis dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Al-Hakam ibnu Abul As, juga telah meriwayatkan darinya (salah seorang keluarga Al-Hakam ibnu Abul As) Sufyan ibnu Uyaynah, Yahya ibnu Salim At-Ta-ifi, dan Ibnul Mubarak. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya berkata demikian.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh yang ada pada keduanya, tujuh bumi dan apa saja yang ada padanya dan yang ada di antara masing-masing tingkatannya. Allah جَلَّ جَلالُهُ menurunkan perintah yang berupa syariat dan hukum-hukum duniawi yang diwahyukan kepada para rasulNya sebagai peringatan dan nasihat untuk manusia. Begitu juga dengan undang-undang alam dan takdir yang mengatur seluruh makhluk. Semua itu bertujuan agar manusia mengetahui keluasan KuasaNya atas segala sesuatu. Semuanya berada dalam jangkauan ilmuNya. Jika manusia mengetahui nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang suci, mereka akan menyembah, mencintai, dan menunaikan hakNya. Dan inilah tujuan yang dimaksudkan dari penciptaan dan diturunkannya perintah (syariat dan hukum); yaitu mengenal dan menyembah Allah جَلَّ جَلالُهُ. Hamba-hamba Allah جَلَّ جَلالُهُ yang shalih yang mendapatkan taufik menunaikannya, sedangkan orang-orang zhalim berpaling darinya.
Selesai tafsir Surat ath-Thalaq. Segala puji hanya bagi Allah جَلَّ جَلالُهُ semata.
Allah yang menciptakan tujuh lapis langit dan demikian juga penciptaan dari bumi serupa itu, yakni tujuh lapis bumi. Perintah Allah berupa hukum alam berlaku padanya secara mutlak, agar kamu mengetahui bahwa Allah mahakuasa atas segala sesuatu yang menyadarkan manusia untuk beriman dan taat kepada Allah; dan menyadari bahwa ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu, baik yang kasat mata maupun yang tersembunyi. 1. Setelah pada surah sebelumnya Allah menyapa nabi tentang hukum dan etika menceraikan istri, pada awal surah ini Allah menyapa, ‘wahai nabi! mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu dengan bersumpah tidak akan pernah minum madu setelah minum madu di rumah zainab binti jahsy, salah seorang istrimu, dan tidak akan pernah melakukan hubungan suami istri dengan mariyah al-qib’iyyah, setelah berhubungan di rumah hafsah’ hanya karena engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu, terutama hafsah dan ”’isyah” dan Allah maha pengampun, maha penyayang kepada siapa saja yang bertobat, termasuk dua istri nabi, yaitu hafsah dan ”’isyah.
At-Thalaq Ayat 12 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Thalaq Ayat 12, Makna At-Thalaq Ayat 12, Terjemahan Tafsir At-Thalaq Ayat 12, At-Thalaq Ayat 12 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Thalaq Ayat 12
Tafsir Surat At-Thalaq Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12