{110} An-Nasr / النصر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإخلاص / Al-Ikhlas {112} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Lahab اللهب (Gejolak Api/ Sabut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 111 Tafsir ayat Ke 5.
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ ﴿٥﴾
fī jīdihā ḥablum mim masad
QS. Al-Lahab [111] : 5
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
Di leher wanita itu terdapat tali yang terpintal kuat terbuat dari sabut yang sangat kasar. Dengan tali itu ia akan diangkat ke neraka Jahannam, kemudian dilemparkan ke bagian neraka yang paling bawah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut. (Al-Lahab: 4-5)
Yaitu memanggul kayu bakar, lalu melemparkannya kepada suaminya agar api yang membakarnya bertambah besar; istrinya memang diciptakan untuk itu dan disediakan untuk membantu mengazabnya.
Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Al-Lahab: 5)
Menurut Mujahid dan Urwah, makna yang dimaksud ialah berupa api neraka. Diriwayatkan pula dari Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Sauri, dan As-Saddi sehubungan dengan makna firman-Nya: pembawa kayu bakar. (Al-Lahab: 4) Bahwa istri Abu Lahab gemar berjalan menghamburkan fitnah (hasutan). Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Atiyyah Al-Jadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid, bahwa istri Abu Lahab meletakkan ranting-ranting berduri di jalan-jalan yang dilalui oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ibnu Jarir mengatakan bahwa istri Abu Lahab mengejek Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai orang yang fakir, dan dia pernah mencari kayu bakar, oleh karena itulah maka ia dijuluki dengan sebutan ‘Hammalatal Hatab’ sebagai cemoohan terhadapnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, tetapi dia tidak menisbatkannya kepada siapa pun. Pendapat yang benar adalah yang pertama; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sa’id ibnul Musayyab mengatakan bahwa dahulu istri Abu Lahab mempunyai sebuah kalung yang mewah, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya aku akan membelanjakan kalung ini (menjualnya) untuk biaya memusuhi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Maka Allah menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya (kelak di hari kemudian).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Sulaim maula Asy-Sya’bi, dari Asy-Sya’bi yang mengatakan bahwa al-masadd artinya sabut. Urwah ibnuz Zubair mengatakan bahwa al-masadd artinya rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Telah diriwayatkan pula dari As-Sauri bahwa makna yang dimaksud ialah sebuah kalung api yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Al-Jauhari mengatakan bahwa al-masadd adalah sabut, dan al-masadd juga berarti tali yang terbuat dari sabut atau kulit pohon, dan adakalanya terbuat dari kulit unta atau bulunya. Dalam bahasa Arab disebutkan masadtul habla atau amsuduhu masdan, artinya ialah engkau pintal tali itu dengan pintalan yang baik.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Al-Lahab: 5) Yakni pasung leher yang terbuat dari besi, tidakkah engkau perhatikan bahwa orang-orang Arab menyebut anak unta yang pertama masad?
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku dan Abu Zar’ah, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu KaSir, dari Abu Badras, dari Asma binti Abu Bakar yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Binasalah kedua tangan Abu Lahab. (Al-Lahab: 1) Maka datanglah wanita yang bermata juling (yaitu Ummu Jamil binti Harb) seraya menyumpah-nyumpah, sedangkan tangannya memegang batu seraya mengucapkan kata-kata bersyair, “Dia telah mencela agama nenek moyang kami, agamanya kutolak dan perintahnya kutentang.”
Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang duduk di masjid ditemani sahabat Abu Bakar. Ketika sahabat Abu Bakar melihat Ummu Jamil, ia berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, Ummu Jamil datang, dan aku mengkhawatirkan keselamatanmu bila dia melihatmu.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Dia tidak akan dapat melihatku.
Dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca suatu ayat Al-Qur’an sebagai perlindungan buat dirinya, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. (Al-Isra: 45)
Maka Ummu Jamil datang dan berdiri di hadapan Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu berkata, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya aku mendapat berita bahwa temanmu mengejekku.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, demi Tuhan Penguasa Ka’bah ini, dia tidak mengejekmu.” Maka Ummu Jamil pergi seraya mengatakan, “Orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah anak perempuan pemimpin mereka.”
Sufyan mengatakan bahwa Al-Walid di dalam hadisnya—atau selain Al-Walid— menyebutkan bahwa Ummu Jamil terjatuh karena kainnya tersangkut, saat itu ia sedang melakukan tawaf di Ka’bah, maka Ummu Jamil mengatakan, “Celakalah si pencela itu.” Maka Ummu Hakim binti Abdul Muttalib mengatakan, “Sesungguhnya aku benar-benar wanita yang menjaga kehormatannya, maka aku tidak berbicara; dan aku adalah seorang wanita pingitan, maka aku tidak mengetahui banyak hal; dan kita berdua dari kalangan anak-anak sepaman (sepupu), dan orang-orang Quraisy lebih mengetahuinya.”
Sebagian ahli ilmu mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang di lehernya ada tali dari sabut (Al-Lahab: 5) Yakni di lehernya ada tali dari api neraka Jahanam yang mengangkatnya sampai ke pinggir neraka Jahanam, lalu ia dilemparkan ke dasarnya. Kemudian dilakukan hal yang semisal terhadapnya selama-lamanya.
Abu Khattab ibnu Dihyah di dalam kitabnya yang berjudul At-Tanwir mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dan al-masad diartikan dengan tali timba.
Para ulama mengatakan bahwa surat ini merupakan mukjizat dan bukti terang yang menunjukkan kenabian. Karena sesungguhnya sejak diturunkan firman-Nya: Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Al-Lahab: 3-5)
Yang memberitakan bahwa keduanya adalah orang yang celaka dan tidak akan mau beriman. Kemudian kenyataanya memang demikian selama hidupnya, keduanya tidak beriman dan tidak pula salah seorangnya, baik lahir maupun batinnya, dan baik menyembunyikannya ataupun melahirkannya. Keduanya sama sekali tidak mau beriman Dan hal ini merupakan bukti paling kuat yang menunjukkan kebenaran kenabian Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
3-5. “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak,” yakni neraka akan mengelilinginya dari segenap penjuru, dia “dan istrinya, pembawa kayu bakar.” Istrinya juga amat menyakiti Rasulullah. Abu lahab dan istrinya saling bahu membahu dalam dosa dan permusuhan. Ia menimpakan keburukan dan berusaha sekuat tenaga menyakiti Rasulullah sehingga dosa-dosanya menumpuk di atas punggungnya, sama seperti orang yang menumpuk kayu bakar dengan tali yang telah disiapkan di lehernya, “dari sabut,” yaitu dari pintalan sabut atau ia membawa kayu bakar di neraka untuk suaminya dengan mengalungi tali dari sabut di lehernya.
Bagaimana pun juga dalam ayat ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah yang nyata, karena allah menurunkan surat ini ketika Abu Lahab dan istrinya belum mati. Allah memberitahukan bahwa keduanya akan disiksa di neraka dan itu pasti. Sebagai konsekuensinya, keduanya tidak masuk Islam. Dan terjadilah seperti yang diberitahukan oleh Dzat Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.
Bentuk azab yang akan diterimanya di neraka sesuai dengan perilakunya sendiri. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal. Dengan tali itu Allah menjerat lehernya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu mencampakkannya ke dasar neraka. 1. Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada kaum musyrik yang menanyakan sifat dan nasab Allah dengan tujuan mengejek, ‘dia lah Allah, yang maha esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak berbilang dalam nama, sifat, dan ketuhanan-Nya.
Al-Lahab Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Lahab Ayat 5, Makna Al-Lahab Ayat 5, Terjemahan Tafsir Al-Lahab Ayat 5, Al-Lahab Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Lahab Ayat 5
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)