Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 78 الحج Lengkap Arti Terjemah Indonesia

{21} Al-Anbiya / الأنبياء الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ المؤمنون / Al-Mu’minun {23}

Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hajj الحج (Haji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 22 Tafsir ayat Ke 78.

Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 78

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَـٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ ﴿٧٨﴾

wa jāhidụ fillāhi ḥaqqa jihādih, huwajtabākum wa mā ja’ala ‘alaikum fid-dīni min ḥaraj, millata abīkum ibrāhīm, huwa sammākumul-muslimīna ming qablu wa fī hāżā liyakụnar-rasụlu syahīdan ‘alaikum wa takụnụ syuhadā`a ‘alan-nāsi fa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa’taṣimụ billāh, huwa maulākum, fa ni’mal-maulā wa ni’man-naṣīr

QS. Al-Hajj [22] : 78

Arti / Terjemah Ayat

Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat; tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia)

Berjihadlah memerangi nafsu kalian, dan laksanakanlah perintah Allah dengan sempurna. Ajaklah manusia ke jalan-Nya, dan berjihadlah dengan harta, lisan dan jiwa kalian, dengan niat yang ikhlas karena Allah, memasrahkan hati dan raga kalian kepada-Nya. Dia telah memilih kalian untuk mengemban agama ini, dan Dia telah memberi anugerah kepada kalian dengan menjadikan syariat kalian sebagai syariat yang lapang. Tidak ada kesempitan dan kesulitan dalam takalif (tugas-tugas agama) dan hukum-hukum-Nya, sebagaimana yang pernah diberlakukan terhadap sebagian umat-umat sebelum kalian. Agama yang lapang ini adalah agama bapak kalian, Ibrahim. Allah telah menamai kalian orang-orang muslim (muslimin) sejak dahulu dalam kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, dan dalam Al Qur’an ini. Allah mengistimewakan kalian dengan pilihan ini agar penutup para Rasul, Muhammad, menjadi saksi atas kalian bahwa dia telah menyampaikan risalah Rabb-nya kepada kalian. Dan agar kalian menjadi saksi atas umat-umat lainnya bahwa rasul-rasul mereka juga telah menyampaikan kepada mereka sebagaimana yang telah disampaikan Allah kepada kalian dalam kitab-Nya. Karena itu, hendaklah kalian mengetahui kadar nikmat ini lalu mensyukurinya, dan memelihara rambu-rambu agama dengan melaksanakan shalat sesuai rukun-rukun dan syarat-syaratnya, mengeluarkan zakat yang difardhukan, mencari perlindungan kepada Allah, dan bertawakal pada-Nya. Karena Dialah sebaik-baik Pelindung bagi siapa yang menjadikan-Nya sebagai Pelindung, dan Dialah sebaik-baik penolong bagi siapa yang minta pertolongan kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azhim)

Para Imam berselisih pendapat dalam ayat ini sehubungan dengan sajdah kedua dalam surat Al-Hajj. Apakah disyariatkan sujud tilawah pada ayat ini ataukah tidak? Ada dua pendapat mengenainya. Dalam keterangan yang telah lalu —yakni pada sujud tilawah yang pertama-— telah disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:

Surat Al-Hajj mempunyai kelebihan dengan dua sajdahnya. Maka barang siapa yang tidak melakukan sujud pada keduanya, janganlah membacanya.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

Yakni dengan harta benda, lisan, dan jiwa kalian. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ dalam ayat lain melalui firman-Nya

bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran:102)

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Dia telah memilih kalian.

hai umat ini, Allah telah memilih kalian di atas semua umat, juga mengutamakan, serta memuliakan kalian, dan mengkhususkan kalian dengan rasul yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna.

dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.

Yakni Dia tidak membebankan kepada kalian apa-apa yang tidak mampu kalian kerjakan, Dia pun tidak mengharuskan sesuatu yang sangat berat bagi kalian, melainkan Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar yang menuntaskannya. Salat yang merupakan rukun Islam yang terbesar sesudah membaca dua kalimah syahadat, wajib dilakukan empat rakaat dalam keadaan di tempat, tetapi dalam perjalanan diringkas menjadi dua rakaat. Dan dalam situasi khauf (perang), salat boleh dikerjakan hanya dengan satu rakaat (menurut sebagian imam), sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam sebuah hadis. Kemudian salat tersebut dalam situasi khauf dapat dikerjakan dengan jalan kaki dan berkendaraan, dan baik menghadap kiblat atau pun tidak, semuanya sah. Hal yang sama dilakukan pula bagi salat sunat dalam perjalanan, boleh menghadap ke arah kiblat dan boleh tidak. Berdiri dalam salat merupakan suatu hal yang wajib, tetapi menjadi gugur bagi orang yang sakit. Karena itu, seorang yang sakit di perbolehkan mengerjakannya sambil duduk, jika duduk tidak mampu, maka sambil berbaring pada salah satu sisi lambung dan lain sebagainya yang termasuk rukhsah dan kemurahan serta keringanan dalam semua hal yang fardu dan yang wajib. Karena itulah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:

Aku diutus dengan membawa agama Islam yang hanif lagi penuh toleransi.

Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Mu’az dan Abu Musa, saat beliau mengutus keduanya menjadi amir di negeri Yaman:

Sampaikanlah berita gembira dan janganlah kamu berdua membuat mereka lari (darimu), dan bersikap mudahlah kamu berdua, janganlah kamu berdua bersikap mempersulit.

Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak, karena itulah sahabat Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya

dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.

Al-haraj artinya kesempitan.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

(ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim.

Menurut Ibnu Jarir, lafaz millata menjadi keterangan dari firman-Nya:

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.

Yakni suatu kesempitan pun, bahkan meluaskannya bagi kalian seperti agama orang tua kalian Ibrahim.

Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan, bahwa dapat pula dikatakan millata di-nasab-kan karena menyimpan kata ilzamu, yang artinya ikutilah agama orang tuamu Ibrahim.

Menurut saya, pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Katakanlah, “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.” (Al An’am:161), hingga akhir ayat.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.

Imam Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Al Hajj:78) diatas, bahwa yang dimaksud dengan Dia adalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan Qatadah.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu

Bahwa yang dimaksud dengan Dia dalam ayat ini adalah Ibrahim. Demikian itu karena ada firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ yang menyebutkan tentang doa Ibrahim, yaitu:

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (umat muslimah). (Al Baqarah:128)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terakhir ini tidak beralasan, karena sudah dimaklumi bahwa Ibrahim a.s. tidak menyebutkan dalam Al-Qur’an nama umat ini dengan sebutan muslimin (melainkan muslimah). Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ telah berfirman:

Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini.

Mujahid mengatakan bahwa Allah menamai kalian muslimin dari dahulu di dalam kitab-kitab terdahulu, juga di dalam Az-Zikir (Al-Qur’an). Hal yang sama telah dikatakan oleh selain Ibnu Jarir.

Menurut saya, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir benar, karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ telah berfirman:

Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.

Kemudian Allah menggugah mereka dan membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan menyebutkan bahwa agama Islam itu adalah agama orang tua mereka, yaitu Ibrahim Al-Khalil. Setelah itu Allah menyebutkan tentang karunia-Nyayang telah Dia limpahkan kepada umat ini, yang di dalamnya diisyaratkan pujian yang baik dan sebutan yang baik terhadap umat ini sejak zaman dahulu, yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi dan dibaca oleh banyak rahib dan pendeta. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ berfirman:

Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al Hajj:78) Yakni sebelum masa Al-Qur’an. dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini.

Imam Nasai mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa:

telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu’aib, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Salam, bahwa saudara lelakinya (yaitu Zaid ibnu Salam) pernah menceritakan kepadanya suatu berita dari Abu Salam, bahwa al-Haris Al-Asy’ari pernah menceritakan kepadanya dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Barang siapa yang berseru dengan seruan Jahiliah, maka sesungguhnya dia akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Kemudian ada seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, sekalipun dia puasa dan salat.” Karena itu, hai hamba-hamba Allah, berserulah kalian dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian orang-orang muslim dan orang-orang mukmin dalam seruan itu.

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis ini dengan panjang lebar, yaitu pada tafsir firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al Baqarah:21)

Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:

supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia.

Yaitu sesungguhnya Kami jadikan kalian demikian sebagai umat yang pertengahan, adil lagi terpilih, dan keadilan kalian telah disaksikan oleh semua umat, agar kalian semua kelak di hari kiamat.

menjadi saksi atas segenap manusia.

Karena di hari itu semua umat telah mengakui kepenghuluan umat Muhammad dan keutamaannya yang berada di atas semua umat lainnya. Maka kesaksian mereka atas segenap manusia di hari kiamat dapat diterima, yang isinya menyatakan bahwa para rasul itu telah menyampai­kan risalah Tuhan mereka (kepada umatnya masing-masing), dan Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjadi saksi atas umatnya, bahwa dia telah menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya:

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (Al Baqarah:143)

Dalam pembahasan ini telah kami ketengahkan pula kisah Nabi Nuh dan umatnya, sehingga cukup jelas dan tidak perlu diulangi dalam tafsir ayat ini.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat.

Yakni terimalah nikmat yang besar ini dengan menunaikan rasa syukurnya. Dan tunaikanlah hak Allah yang ada pada kalian, yaitu dengan mengerjakan semua yang difardukan-Nya, menaati segala yang diwajibkan-Nya, dan meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Di antaranya yang terpenting ialah mendirikan salat dan menunaikan zakat, yang pengertiannya sama saja dengan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Yaitu sebagai hak orang fakir yang diambil dari sebagian kecil harta orang kaya setiap tahun sekali, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin, orang-orang lemah, dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Keterangan tentang masalah ini telah dirinci di dalam tafsir ayat zakat, bagian dari surat At-Taubah.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

dan berpeganglah kalian pada tali Allah.

Maksudnya, berpegang eratlah kalian pada tali Allah, mintalah pertolongan kepada-Nya, bertakwalah kepada-Nya, serta mintalah dukungan dari­Nya.

Dia adalah Pelindung kalian.

Yakni Pemelihara, Penolong, dan yang memenangkan kalian atas musuh-musuh kalian.

maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Yaitu sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong terhadap musuh adalah Allah.

Wuhaib ibnul Ward mengatakan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ telah berfirman:

Hai anak Adam, ingatlah Aku jika engkau marah, niscaya Aku mengingatmu jika Aku marah, maka Aku tidak memasukkan ke dalam golongan orang-orang yang Aku binasakan. Dan apabila engkau dianiaya, bersabarlah dan relalah dengan pertolongan­Ku, karena sesungguhnya pertolongan-Ku kepadamu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Tafsir as-Sa’di (Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan)

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan jihad yang sebenar-benarnya,” maksud dari kata al-jihad, yaitu mengerahkan kemampuan untuk dapat menggenggam tujuan yang dibidik. Jihad di jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam artian sebenarnya, yaitu melaksanakan perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan sepenuhnya, menyeru sesama manusia kepada jalanNya dengan berbagai macam cara yang dapat merealisasikannya, berupa pemberian nasihat, pembelajaran, peperangan, pembinaan, pencelaan, ceramah dan lain sebagainya. هُوَ اجْتَبَاكُمْ “Dia telah memilih kamu,” maksudnya Dia telah memilih kalian wahai kaum Muslimin dari kalangan umat manusia dan memilihkan agama bagi kalian serta meridhainya bagi kalian (sebagai ajaran agama). Dia juga memilihkan kitab terbaik dan utusan yang paling utama bagi kalian. Maka, terimalah anugerah besar ini dengan menegakkan jihad di jalannya dengan sepenuh arti.

Manakala Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ yang berbunyi, وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan jihad yang sebenar-benarnya,” mungkin ada orang yang menyangka bahwa ini merupakan bentuk taklif (pembebanan tanggung jawab) yang di luar batas kemampuan atau taklif yang memberatkan, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ menyisihkannya dari anggapan itu dengan FirmanNya, وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan,” maksudnya, suatu kepelikan dan kesulitan. Justru benar-benar meringankannya dan memudahkan dengan kemudahan yang paling puncak. Pertama: Tidaklah Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan dan mengharuskan melainkan (pasti) sesuatu yang mudah dirasakan oleh manusia, tidak memberatkan dan menyusahkannya. Selain itu, bila muncul beberapa faktor yang mengharuskan adanya dispensasi (peringanan), maka Allah جَلَّ جَلالُهُ meringankan kewajiban yang Allah جَلَّ جَلالُهُ perintahkan, baik dengan menggugurkannya atau menggugurkan sebagiannya.

Dari ayat ini, bisa dipetik sebuah kaidah syar’i, yaituاَلْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرَ “masya
ah (kesulitan) mendatangkan taisir (kemudahan masalah),” اَلضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ “keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang diharamkan.” Sehingga banyak hukum furu` (cabang) (yang dikenal di dalam kitab-kitab hukum) masuk ke dalam kaidah ini.

مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ “Agama orang tuamu, Ibrahim,” maksudnya ajaran agama yang telah disebutkan dan perintah-perintah yang tertuliskan merupakan (hakikat) ajaran agama ayah kalian, Ibrahim yang beliau pegangi, maka tepatilah dan berpegang teguhlah dengannya. هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ “Dia menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu,” maksudnya dalam kitab-kitab terdahulu, kalian telah disebutkan dan sudah dikenal masyhur. وَفِي هَذَا “Dan (begitu pula) dalam (al-Qur`an) ini,” kitab ini dan aturan syariat ini. Pengertiannya, bahwa nama ini menjadi milik kalian dahulu dan sekarang ini. لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ “Supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu,” beserta amalan-amalan kalian; baik atau buruk. وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ “Dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia,” lantaran status kalian sebagai umat terbaik yang dimunculkan bagi umat manusia, umat yang wasath (pertengahan), adil lagi terpilih. Kalian bersaksi untuk mendukung para rasul bahwa mereka telah menyampaikan risalah kepada umat-umat mereka, dan bersaksi di hadapan para umat bahwa para rasul mereka telah menyampaikan ajaran agama kepada mereka, melalui berita yang Allah جَلَّ جَلالُهُ kabarkan kepada kalian dalam KitabNya.

فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ “Maka dirikanlah shalat,” dengan rukun-rukun, syarat-syarat dan aturan-aturan serta seluruh kelaziman (yang melengkapinya), وَآتُوا الزَّكَاةَ “dan tunaikanlah zakat,” yang diwajibkan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya, dalam rangka wujud rasa syukur kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ atas limpahan kenikmatan kepada mereka. وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ “Dan berpeganglah kamu pada tali Allah جَلَّ جَلالُهُ,” maksudnya bertahanlah denganNya dan bertawakAllah جَلَّ جَلالُهُ kepadaNya dalam menjalankannya, janganlah kalian berpangku pada daya dan kekuatan kalian semata. هُوَ مَوْلاكُمْ “Dia adalah Pelindungmu,” Dzat yang menangani urusan-urusan kalian, hingga mengatur kalian dengan aturan yang bagus dan mengurusi kalian sesuai dengan ketentuan yang terbaik.

فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ “Maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong,” maksudnya sebaik-baik penguasa bagi obyek yang ditangani, sehingga terealisasikan apa yang ingin dicapai olehnya. Dan sebaik-baik Penolong bagi orang yang memohon pertolongan, hingga melenyapkan kejelekan darinya.

Tafsir Ringkas Kemenag (Kementrian Agama Republik Indonesia)

Setelah dijelaskan pada ayat di atas bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia, pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan. Dia telah memilih kamu, wahai Muhammad untuk menjadi nabi dan rasul pamungkas; dan dia, Allah, tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama, yakni dalam melaksanakan ajaran islam ini, karena islam menekankan prinsip memudahkan, meminimalkan beban, dan bertahap dalam menetapkan syariah, hukum agama. Memeluk islam dan menjadi muslim itu merupakan kelanjutan dari agama nenek mo-yangmu ibrahim, yakni meyakini tidak ada tuhan selain Allah dan tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Dia (Allah) telah menamakan kamu, orang-orang yang meyakini prinsip tauhid itu, adalah orang-orang muslim, berserah diri kepada Allah, sejak dahulu, dan begitu pula kamu dinamakan muslim dalam Al-Qur’an ini, agar rasul, nabi Muhammad itu menjadi saksi atas diri kamu semua dalam mengamalkan ajaran islam dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia dalam mewujudkan prinsip tidak ada tuhan selain Allah dan tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Maka, sejalan dengan prinsip tersebut, laksanakanlah salat dengan baik dan benar sesuai syarat dan rukunnya, serta tepat waktu; tunaikanlah zakat dengan sempurna, dan berpegangteguhlah kepada Allah dalam pikiran dan perasaan. Dialah pelindungmu dari segala bencana dunia-akhirat; dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong bagi manusia dan seluruh makhluk. 1-2. Sungguh, pasti beruntung orang-orang mukmin yang telah mantap imannya dan terbukti dengan mengerjakan amal-amal saleh. Orang yang demikian itu ialah orang yang khusyuk dalam salatnya, yakni tumakninah, rendah hati, fokus, serta menyadari dengan sepenuuhnya bahwa dia sedang menghadap sang penciptanya (lihat juga: al-baqarah/2: 45’46).


Al-Hajj Ayat 78 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hajj Ayat 78, Makna Al-Hajj Ayat 78, Terjemahan Tafsir Al-Hajj Ayat 78, Al-Hajj Ayat 78 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hajj Ayat 78


Tafsir Surat Al-Hajj Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78