{46} Al-Ahqaf / الأحقاف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفتح / Al-Fath {48} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Muhammad محمد (Muhammad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 47 Tafsir ayat Ke 23.
أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ ﴿٢٣﴾
ulā`ikallażīna la’anahumullāhu fa aṣammahum wa a’mā abṣārahum
QS. Muhammad [47] : 23
Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.
Mereka itulah orang yang telah dijauhkan dari rahmat Allah. Maka Allah menjadikan mereka tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat apa pun yang bermanfaat bagi mereka. Dan tidak akan pernah jelas bagi mereka meskipun banyaknya hujah dari Allah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati oleh Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (Muhammad: 23)
Larangan membuat kerusakan di muka bumi ini bersifat umum dan larangan memutuskan hubungan kekeluargaan bersifat khusus, bahkan Allah memerintahkan untuk berbuat kebaikan di muka bumi dan menghubungkan tali persaudaraan, yaitu dengan berbuat baik kepada kaum kerabat melalui ucapan dan perbuatan serta bersedekah kepada mereka. Telah disebutkan dalam hadis-hadis sahih adanya perintah mengenai hal tersebut dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang diriwayatkan melalui berbagai jalur periwayatan yang cukup banyak.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, telah menceritakan kepadaku Mu’awiyah ibnu Abu Mizrad, dari Sa’id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menciptakan makhluk; dan setelah selesai dari menciptakannya, bangkitlah rahim, lalu berpegangan kepada kedua telapak kaki Tuhan Yang Maha Pemurah, maka Dia berfirman, ‘Apakah keinginanmu?’ Rahim menjawab, “Ini adalah tempat memohon perlindungan kepada-Mu dari orang-orang yang memutuskan (aku).” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Tidakkah kamu puas bila Aku berhubungan dengan orang yang menghubungkanmu dan memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskanmu?” Rahim menjawab, “Benar, kami puas.” Allah berfirman, “Itu adalah untukmu.” Lalu Abu Hurairah r.a. berkata, “Bacalah oleh kalian bila kalian menghendaki firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berikut,” yaitu: Maka apakah kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (Muhammad: 22)
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui dua jalur lainnya dari Mu’awiyah ibnu Abu Mizrad dengan sanad yang sama. Disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Bacalah oleh kalian jika kalian suka: ‘Maka apakah kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? ‘ (Muhammad: 22).”
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Mu’awiyah ibnu Abu Mizrad dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman ibnu Jusyan, dari ayahnya, dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tiada suatu perbuatan dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia selain dari azab yang disediakan untuk pelakunya kelak di akhirat selain dari zina dan memutuskan hubungan kekeluargaan.
Abu Daud, Turmuzi, dan Ibnu Majali meriwayatkan hadis ini melalui Ismail alias Ibnu Aliyyah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Maimun Abu Muhammad Al-Mirani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abbad, dari Sauban r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Barang siapa yang ingin usianya dipanjangkan dan rezekinya ditambah, hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid, dan mempunyai syahid yang menguatkannya di dalam hadis sahih.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Artah, dari Amr ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai banyak kerabat; aku menghubungkan persaudaraan dengan mereka, tetapi mereka memutuskannya; dan aku memaafkan mereka, tetapi mereka terus berbuat aniaya terhadapku; dan aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka terus-menerus berbuat buruk terhadapku. Bolehkah aku membalas perlakuan mereka?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak, kalau begitu berarti kamu semua sama tidak benarnya, tetapi bermurahlah dengan memberikan kelebihan dan tetaplah menghubungkan kekeluargaan, karena sesungguhnya kamu akan terus mendapat pertolongan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى selama kamu mau melakukan hal tersebut.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal) melalui jalur ini dan mempunyai syahid yang menguatkannya melalui jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’la, telah menceritakan kepada kami Matar, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya rahim itu bergantung di Arasy, dan bukanlah orang yang menghubungkan kekeluargaan itu orang yang membalas perlakuan dengan yang setimpal, melainkan orang yang menghubungkan kekeluargaan itu ialah orang yang apabila rahim (kekeluargaan) diputuskan dia menghubungkannya.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Abu Sumamah As’-Saqafi, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda, “Kelak di hari kiamat rahim dihadapkan dalam bentuk hajbah (alat tenun) yang dapat berbicara dengan lisan yang lancar, lalu ia memutuskan orang yang memutuskannya dan menghubungkan orang yang menghubungkannya.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, dari Abu Qabus, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang menerimanya dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Orang-orang yang penyayang disayangi oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Sayangilah penduduk bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh penduduk langit. Rahim itu adalah bagian dari kata Rahman, (Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman).”Barang siapa yang menghubungkannya, maka Aku berhubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, Aku putuskan dia.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama. Dan hadis inilah yang diriwayatkan dengan cara tasalsul awwaliyyah, Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad-Dustuwa’i, dari Yahya ibnu Kasir, dari Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Farid, ayahnya telah menceritakan kepadanya bahwa ia masuk menemui Abdur Rahman ibnu Auf yang sedang sakit (yakni menjenguknya), lalu Abdur Rahman r.a. mengatakan bahwa semoga engkau menghubungkan silaturahmi, karena sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman, “Aku adalah Tuhan Yang Maha Pemurah, Aku ciptakan rahim dan Kuberikan padanya sebagian dari asma-Ku. Maka barang siapa yang menghubungkannya, niscaya Aku berhubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Aku memutuskan hubungan dengannya.”
Laiazfa-abittuhu berasal dari bittuha, abittuhu. Maknanya sama, yaitu memutuskannya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini secara munfarid.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui hadis Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Al-Mirdad atau Abul Mirdad, dari Abdur Rahman ibnu Auf dengan sanad yang sama. Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abu Salamah, dari ayahnya. Hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan silaturahmi banyak sekali.
At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Al-Hajjaj ibnu Yunus, dari Al-Hajjaj ibnul Qarafisah, dari Abu Umar Al-Basri, dari Salman yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Arwah itu adalah bagaikan pasukan yang terlatih. Maka mana saja darinya yang saling mengenal, dapat rukun; dan mana saja darinya yang bertentangan, maka pasti akan bertentangan.
Hal yang senada dikatakan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam hadis lain melalui sabdanya,
“Apabila pendapat simpang siur, dan karya nyata tiada lagi, dan lisan bertentangan serta hati saling membenci, maka saat itulah Allah melaknat mereka, menulikan telinga mereka, dan membutakan pandangan mereka.”
Hadis-hadis yang menerangkan ancaman terhadap perbuatan memutuskan hubungan silaturahmi cukup banyak.
{أُولَئِكَ الَّذِينَ} “Mereka itulah orang-orang,” yakni, yang berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan tali kekeluargaan, {لَعَنَهُمُ اللَّهُ} “dilaknati Allah,” dengan menjauhkan mereka dari rahmatNya dan mendekatkan mereka pada murkaNya, {فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ} “dan ditulikanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka.” Artinya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menjadikan mereka tidak bisa mendengar nasihat dan petuah yang membawa manfaat bagi mereka serta tidak dapat melihatnya. Mereka memiliki telinga tetapi tidak bisa mendengar secara taat dan menerima, mereka hanya mendengar namun hanya sebagai tegaknya hujjah Allah جَلَّ جَلالُهُ. Mereka memiliki mata tetapi tidak bisa melihat berbagai pelajaran dan tanda-tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ, tidak digunakan untuk menengok berbagai bukti dan penjelasan nyata.
Orang-orang munafik yang bersikap seperti yang disebutkan di atas, mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah. Mereka telah dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang Allah, lalu dibuat tuli pendengarannya sehingga tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang mereka dengar, dan dibutakan penglihatannya sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang mereka saksikan. 24. Pada ayat yang lalu Allah mengecam orang munafik yang selalu membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan silaturrahmi. Kecaman itu mash dilanjutkan pada ayat ini, Allah melanjutkan kecamannya dengan menyatakan, maka tidakkah mereka, orang-orang munafik itu, menghayati Al-Qur’an, yakni tidak merenungkan atau memikirkan Al-Qur’an’ ataukah hati mereka sudah terkunci sehingga tidak dapat memahami petunjuknya’ pertanyaan yang mengandung kecam-an itu menegaskan bahwa orang munafik itu tidak mau memperhatikan petunjuk Al-Qur’an, atau tidak memahaminya, karena hati me-reka telah terkunci.
Muhammad Ayat 23 Arab-Latin, Terjemah Arti Muhammad Ayat 23, Makna Muhammad Ayat 23, Terjemahan Tafsir Muhammad Ayat 23, Muhammad Ayat 23 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Muhammad Ayat 23
Tafsir Surat Muhammad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)