{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 7.
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ ﴿٧﴾
wa iż ya’idukumullāhu iḥdaṭ-ṭā`ifataini annahā lakum wa tawaddụna anna gaira żātisy-syaukati takụnu lakum wa yurīdullāhu ay yuḥiqqal-ḥaqqa bikalimātihī wa yaqṭa’a dābiral-kāfirīn
QS. Al-Anfal [8] : 7
Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya,
Wahai orang-orang yang membantah, ingatlah janji Allah kepada kalian bahwa kalian akan memperoleh salah satu dari dua golongan yang kalian hadapi, memperoleh al-ier (kafilah dagang) dan harta yang mereka bawa sebagai rampasan, atau annafiir, yaitu berperang melawan musuh dan mengalahkan mereka, sedangkan kalian lebih menyukai mendapatkan al-ier tanpa harus berperang. Allah menghendaki Islam menjadi tegak dan tinggi dengan memerintahkan kalian untuk memerangi orang-orang kafir dan membinasakan mereka.
Kaitan yang dimaksud ialah, ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menerima berita tentang keberangkatan pasukan kaum musyrik Mekah, maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk memilih salah satu di antara kedua golongan tersebut, yaitu antara kafilah atau pasukan kaum musyrik. Sedangkan kebanyakan kaum muslim memilih untuk menghadang kafilah, mengingat hasilnya sudah pasti dan tanpa melalui peperangan. Hal ini diungkapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
…sedangkan kalian menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untuk kalian, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan di dalam kitab Tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Sahi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Aslam Abu Imran, bahwa ia pernah mendengar Abu Ayyub Al-Ansari menceritakan hadis berikut: Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda ketika kami (para sahabat) berada di Madinah, “Sesungguhnya aku mendapat berita bahwa iringan kafilah Abu Sufyan telah kembali, maka maukah kalian berangkat untuk menghadang kafilah ini? Mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai ganimah buat kita.” Maka kami (para sahabat) menjawab, “Ya.” Lalu Nabi berangkat dan kami ikut bersamanya. Ketika perjalanan satu atau dua hari telah kami lampaui, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada kami, “Bagaimanakah pendapat kalian dengan memerangi kaum itu, karena sesungguhnya mereka telah mendengar keberangkatan kalian (sehingga mereka meminta bala bantuan)?” Kami menjawab, “Tidak, demi Allah, kami tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk berperang melawan musuh, tetapi kami hanya menginginkan iringan kafilah itu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Bagaimanakah pendapat kalian tentang memerangi kaum itu?” Kami menjawab dengan jawaban yang sama. Maka Al-Miqdad ibnu Amr mengatakan, “Kalau demikian, kami tidak akan mengatakan kepada engkau, wahai Rasulullah, seperti apa yang dikatakan oleh kaum Musa kepada Musa,” yang disebutkan di dalam firman-Nya: pergilah kamu bersama Tuhanmu. dan berperanglah kamu berdua. sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja. (Al Maidah:24) Abu Ayyub Al-Ansari mengatakan, “Setelah itu kami —semua golongan Ansar— berharap seandainya saja kami mengatakan seperti apa yang tadi dikatakan oleh Al-Miqdad. Hal itu lebih kami sukai daripada memiliki harta yang besar.” Selanjutnya ia mengatakan, “Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman kepada Rasul-Nya.” yaitu:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya. (Al Anfaal:5)
Kemudian Ibnu Murdawaih melanjutkan hadis ini hingga selesai. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Luhai’ah dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan pula melalui hadis Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah ibnu Abu Waqqas Al-Laisi, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat menuju medan Badar. Ketika sampai di Rauha, beliau berkhotbah kepada semua orang, “Bagaimanakah pendapat kalian?” Maka Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, telah sampai suatu berita kepada kami bahwa mereka (pasukan kaum musyrik) telah berada di tempat anu dan anu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkhotbah lagi dan mengatakan, “Bagaimanakah pendapat kalian?” Maka berkatalah Umar seperti yang dikatakan oleh Abu Bakar. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkhotbah lagi dan mengatakan, “Bagaimanakah pendapat kalian?” Sa’d ibnu Mu’az berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kami yang engkau maksudkan? Demi Tuhan yang telah memuliakanmu dan telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu, saya hanya mengikuti jalanmu saja dan saya tidak tahu menahu. Seandainya engkau berjalan sampai ke Barkil Gimad bagian yang jauh dari negeri Yaman, niscaya saya akan berjalan bersamamu. Dan kami tidak akan seperti orang-orang yang mengatakan kepada Musa: pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja. (Al Maidah:24) Tetapi kami akan mengatakan, ‘Pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami akan berperang menyertaimu.’ Barangkali engkau berangkat karena suatu perintah, lalu Allah memerintahkan lagi kepadamu hal yang lainnya, maka tunggulah apa yang bakal diputuskan oleh Allah kepadamu, kemudian berangkatlah menunaikannya. Hubungkanlah tali orang yang engkau kehendaki, dan putuskanlah tali orang yang engkau kehendaki. Perangilah orang yang engkau kehendaki, dan berdamailah dengan orang yang engkau kehendaki. Ambillah dari harta kami sebanyak apa yang engkau kehendaki.” Sehubungan dengan perkataan Sa’d itu, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya (Al Anfaal:5), hingga beberapa ayat berikutnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bermusyawarah sehubungan dengan menghadapi musuh, lalu Sa’d ibnu Ubadah mengatakan apa yang telah dikatakannya, hal tersebut terjadi sebelum Perang Badar. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan kepada kaum muslim untuk bersiap-siap menghadapi peperangan, dan memerintahkan untuk menghadapi golongan kaum musyrik yang bersenjata. Lalu orang-orang yang beriman tidak menyukai hal tersebut, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Menurunkan Firman-Nya:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedangkan mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). (Al Anfaal:5-6)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…mereka membantahmu tentang kebenaran…
Menurutnya, yang dimaksud dengan ‘kebenaran’ dalam ayat ini ialah peperangan melawan orang-orang musyrik.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Mereka membantahmu tentang kebenaran…Yakni karena terdorong oleh rasa tidak suka menghadapi orang-orang musyrik, serta ketidakpercayaan mereka perihal keberangkatan pasukan kaum Quraisy saat mereka mendapat berita bahwa kafilahnya terancam.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata.
Yaitu sesudah nyata bagi mereka bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak sekali-kali berbuat melainkan berdasarkan apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Ibnu Jarir mengatakan, ulama tafsir lainnya menakwilkan bahwa yang dimaksud dengan mereka yang melakukan bantahan adalah orang-orang musyrik. Telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, bahwa Ibnu Zaid pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedangkan mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
Mereka adalah orang-orang musyrik yang membantah kebenaran yang disampaikan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, seakan-akan mereka digiring ke arah kematian ketika mereka diseru untuk masuk Islam, sedangkan mereka melihat penyebab kematian itu. Apa yang disebutkan di dalam ayat ini bukan merupakan kelanjutan dari sifat orang-orang mukmin, kata Ibnu Zaid, melainkan merupakan kalimat baru yang menggambarkan tentang sifat orang-orang kafir.
Kemudian Ibnu Jarir memberikan komentarnya, bahwa apa yang dikatakan oleh Ibnu Zaid tidak dimengerti, mengingat kalimat sebelumnya menyebutkan:
…mereka membantahmu tentang kebenaran.
Hal ini menceritakan perihal orang-orang yang beriman, sedangkan yang dimaksudkan oleh Ibnu Zaid ialah berita tentang orang-orang kafir.
Pendapat yang benar ialah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Ishaq, bahwa kisah dalam ayat ini menceritakan perihal orang-orang mukmin. Pendapat yang didukung oleh Ibnu Jarir ini adalah pendapat yang benar, karena bersesuaian dengan konteks ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukair dan Abdur Razzaq, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika beliau selesai Perang Badar, “Sebaiknya engkau kejar iringan kafilah itu, kafilah itu tidak ada yang melindunginya.” Kemudian Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib menyeru Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Menurut Abdur Razzaq, saat itu Al-Abbas dalam keadaan terikat sebagai tawanan perang. Al-Abbas berseru, “Sesungguhnya iringan kafilah itu tidak baik bagimu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Mengapa?” Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib menjawab, “Karena sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى hanya menjanjikan kepadamu salah satu di antara dua golongan. Dan sesungguhnya sekarang Allah telah memberimu apa yang telah Dia janjikan kepadamu.”
Sanad hadis ini Jayyid, tetapi Imam Ahmad sendiri tidak mengetengahkannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…sedangkan kalian menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untuk kalian.
Maksudnya, mereka lebih suka memilih golongan yang tidak bersenjata, tidak terlindungi, dan tidak ada peperangan, kemudian kafilah berhasil mereka kuasai.
…dan Allah Menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya.
Yakni Allah menghendaki agar kalian bersua dengan golongan yang bersenjata, lalu terjadilah peperangan, agar Dia memenangkan kalian atas mereka dan menolong kalian dalam menghadapi mereka. Dengan demikian, maka menanglah agama-Nya dan tinggilah kalimat Islam, Dia akan menjadikannya berada di atas agama lainnya. Dia Maha Mengetahui tentang semua akibat segala urusan. Dialah Yang Mengatur kalian dengan aturan yang baik, sekalipun hamba-hamba-Nya menghendaki yang selain dari itu, mengingat pandangan mereka terbatas dan yang tampak hanyalah luarnya saja. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat yang lain, yaitu:
Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. (Al Baqarah:216)
Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim Az-Zuhri dan Asim ibnu Umar ibnu Qatadah serta Abdullah ibnu Abu Bakar dan Yazid ibnu Ruman, dari Urwah ibnuz Zubair dan lain-lainnya dari kalangan ulama kami, dari Abdullah ibnu Abbas. Masing-masing dari mereka telah menceritakan kepadaku sebagian dari hadis ini sehingga terhimpunlah hadis mereka menurut apa yang saya rangkaikan mengenai Perang Badar. Mereka mengatakan.”Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengar berita tentang Abu Sufyan yang dalam perjalanan pulangnya dari negeri Syam (dengan membawa banyak harta), maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyeru kaum muslim untuk mencegat mereka.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka, “Kafilah dagang orang-orang Quraisy sekarang sedang dalam perjalanannya, padanya terdapat harta mereka. Karena itu, berangkatlah kalian untuk mencegatnya, mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai harta rampasan perang bagi kalian.” Maka orang-orang (kaum muslim) pun bersiaga, sebagian di antara mereka ada yang ringan menyambut seruan itu, sedangkan sebagian lainnya ada yang keberatan. Demikian itu karena mereka tidak menduga bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ akan menjumpai peperangan. Dan tersebutlah bahwa Abu Sufyan sesampainya di perbatasan tanah Hijaz selalu bertindak waspada dan mencari-cari informasi, serta selalu menanyakan kepada kafilah yang dijumpainya, karena merasa khawatir terhadap kaum muslim. Pada akhirnya ia menerima berita dari salah satu kafilah yang menyampaikan bahwa Muhammad telah mempersiapkan pasukan dari kalangan sahabat-sahabatnya untuk mencegat kafilahnya. Setelah Abu Sufyan menerima berita itu, maka dengan sigap ia menyewa Damdam ibnu Amr Al-Gifari untuk pergi ke Mekah dan memberitahukan kepada penduduk Mekah akan keadaannya. Abu Sufyan dalam pesannya memerintahkan kepada kaum Quraisy agar membentuk pasukan besar untuk melindungi harta mereka. Ia pun memberitahukan bahwa Muhammad beserta para sahabatnya akan mencegat mereka. Maka Damdam ibnu Amr memacu kendaraannya dengan kecepatan maksimal menuju Mekah (untuk menyampaikan berita tersebut). Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat bersama para sahabatnya hingga sampai di suatu lembah yang dikenal dengan nama Lembah Zafran, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar dari lembah itu. Ketika beliau sampai di pertengahan perjalanannya, beliau turun istirahat, dan saat itulah beliau mendapat berita perihal keberangkatan pasukan kaum Quraisy untuk melindungi harta mereka yang ada dalam kafilahnya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menyampaikan perihal pasukan kaum Quraisy. Maka berdirilah Abu Bakar r.a. dan mengatakan, “Itu lebih baik.” Umar berdiri pula, lalu mengatakan, “Itu lebih baik.” Kemudian- Al-Miqdad ibnu Amr berdiri dan mengatakan, “Hai Rasulullah, teruskanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, dan kami akan selalu bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa,” yaitu: Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja. (Al Maidah:24) Tetapi kami katakan, “Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami ikut berperang bersamamu. Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke Barkil Gimad yakni nama sebuah kota di negeri Habsyah—, niscaya kami akan tetap teguh bersamamu menuju ke tempat tujuan hingga engkau sampai kepadanya.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan hal yang baik bagi Al-Miqdad dan mendoakan kebaikan buatnya. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hai orang-orang, berilah saya saran!” Sesungguhnya yang dimaksud oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah orang-orang Ansar. Demikian itu karena mereka adalah mayoritas hadirin yang ada saat itu. Ketika mereka berbai’at (mengucapkan janji setia) kepada Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di ‘Aqabah, mereka mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berlepas diri dari melindungimu kecuali bila engkau telah sampai di kampung halaman kami. Apabila engkau telah sampai di kampung halaman kami, maka engkau berada dalam lindungan kami. Kami akan membelamu sebagaimana kami membela anak-anak dan kaum wanita kami.” Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ merasa khawatir bila orang-orang Ansar tidak menolongnya melainkan hanya dari serangan musuh di saat beliau berada di Madinah saja, dan beliau khawatir pula bila mereka mempunyai perasaan bahwa diri mereka tidak diharuskan berangkat bersama Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk menghadapi musuh di luar negeri mereka. Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah mengucapkan sabdanya itu, maka Sa’d ibnu Mu’az berkata, “Demi Allah, seakan-akan kamilah yang engkau maksudkan, wahai Rasulullah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Memang benar.” Sa’d ibnu Mu’az berkata, “Sesungguhnya kami telah beriman kepadamu dan membenarkanmu serta bersaksi bahwa apa yang engkau sampaikan adalah hak (benar). Kami pun telah memberikan janji dan ikrar kami kepadamu atas hal tersebut, bahwa kami bersedia tunduk dan patuh. Maka berangkatlah,-wahai Rasulullah, untuk menunaikan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan hak, seandainya engkau memperlihatkan kepada kami laut ini, lalu engkau mengarunginya, niscaya kami akan ikut mengarunginya bersamamu, tiada seorang pun dari kami yang ketinggalan. Dan kami sama sekali tidak benci bila kami harus menghadapi musuh kami besok. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang teguh dalam peperangan dan pantang mundur dalam menghadapi musuh. Mudah-mudahan Allah akan memperlihatkan kepadamu sikap dan sepak terjang kami yang dapat menyejukkan hatimu. Maka bawalah kami bersamamu, semoga mendapat berkah dari Allah.” Mendengar perkataan Sa’d dan semangatnya, hati Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ amat gembira. Kemudian beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Berangkatlah kalian, semoga Allah melimpahkan berkah-Nya, dan bergembiralah, karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan. Demi Allah, seakan-akan aku sekarang melihat tempat-tempat kematian kaum (kafir itu).
Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh As-Saddi, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf. Kami tidak mengutarakan riwayat-riwayat dari mereka karena merasa cukup dengan konteks yang telah diketengahkan oleh Muhammad ibnu Ishaq ini.
(7) Keluarnya kaum Muslimin pada mulanya adalah untuk mencegat kafilah dagang besar Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang sedang berangkat ke Syam. Manakala kaum Muslimin mendengar kepulangan kafilah tersebut dari Syam, Nabi a mengajak para sahabat, maka berangkatlah tiga ratus ditambah belasan orang dengan dilengkapi tujuh puluh unta yang mereka tunggangi secara bergiliran sekaligus untuk mengangkut perleng-kapan mereka. Orang-orang Quraisy mendengar persiapan kaum Muslimin tersebut, maka mereka pun keluar demi melindungi ka-filah mereka dengan kekuatan pasukan, senjata, dan kuda dalam jumlah yang besar. Jumlah mereka mendekati seribu prajurit. Allah menjanjikan kepada orang-orang Mukmin satu dari dua perkara: menguasai kafilah dagang atau memenangi peperangan. Kaum Muslimin menyukai yang pertama karena minimnya persiapan mereka dan tentu tanpa peperangan yang berarti. Akan tetapi Allah جَلَّ جَلالُهُ menginginkan dan mencintai perkara yang lebih tinggi daripada apa yang mereka inginkan. Allah ingin kaum Muslimin memenang-kan peperangan yang dihadiri oleh para pembesar dan tokoh Quraisy. Allah ingin menetapkan yang haq dengan kalimat-kalimatNya dan memenangkan pengikutnya. وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكٰفِرِيْنَۙ “Dan memusnahkan orang-orang kafir.” Yakni mengikis pengikut kebatilan dan menun-jukkan pertolonganNya untuk kebenaran kepada hamba-hambaNya yang sebelumnya tidak mereka duga.
Kemudian Allah mengingatkan orang-orang mukmin tentang janji Allah kepada rasul-Nya. Dan ingatlah wahai orang-orang yang beriman ketika Allah yang mahakuasa menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, yaitu kamu akan menang menghadapi pasukan bersenjata dan berkekuatan yang datang dari mekah di bawah pimpinan ‘utbah bin rabi’ah bersama abu jahal, sedang kamu sangat menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu, yaitu kafilah abu sufyan yang membawa dagangan dari syam (suriah). Kalian lebih berkeinginan untuk memerangi mereka yang membawa komoditi dagang dan tidak memiliki kekuatan. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayatayat-Nya yang diturunkan berkenaan dengan perintah memerangi pasukan yang bersenjata dan berkekuatan serta janji-janji kemenangan dari Allah, dan Allah berkehendak memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya, dengan memenangkan orang-orang mukmin. Mereka yang hendak terjun ke medan perang, biasanya berangan-angan untuk berhadapan dengan musuh yang sedikit jumlahnya, tidak mau bertemu musuh yang lebih kuat dan ingin mendapatkan harta rampasan yang banyak. Tapi ditegaskan di sini bahwa Allah berkehendak lain. Dia ingin mengangkat syiar agama, memproklamirkan kebenaran dan membasmi kekufuran. Juga, agar Allah memperkuat yang hak, kebenaran yang sempurna, yakni agama islam dan menghilangkan yang batil, yaitu syirik dan segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai islam, walaupun orang-orang yang berdosa, kaum musyrik dan musuh-Musuh islam itu tidak menyukainya.
Al-Anfal Ayat 7 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 7, Makna Al-Anfal Ayat 7, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 7, Al-Anfal Ayat 7 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 7
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)