{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 114.
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا ﴿١١٤﴾
fa ta’ālallāhul-malikul-ḥaqq, wa lā ta’jal bil-qur`āni ming qabli ay yuqḍā ilaika waḥyuhụ wa qur rabbi zidnī ‘ilmā
QS. Thaha [20] : 114
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”
Maka Mahasuci Allah dan Mahatinggi, serta Mahasuci dari segala kekurangan, Raja yang menguasai kekuasaan-Nya dengan segala wewenang, yang bertindak terhadap segala sesuatu, Yang Mahabenar, jani-Nya benar, ancaman-Nya benar, dan segala sesuatu dari-Nya adalah benar. Janganlah tergesa-gesa, wahai Rasul, dengan mendahului Jibril dalam membaca Al Qur’an sebelum ia selesai darinya, dan katakanlah: Wahai Rabb-ku, tambahkanlah ilmu kepadaku di samping ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya.
Artinya, Mahasuci Allah, Raja yang sebenar-benarnya, janji-Nya benar, ancaman-Nya benar, rasul-rasul-Nya benar, surga benar, neraka benar (adanya), dan segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah benar belaka. Sifat Mahaadil Allah ialah Dia tidak mengazab seseorang sebelum memberikan peringatan dan mengutus rasul-rasul-Nya dan sebagai alasanNya kepada makhluk-Nya, agar tidak ada lagi hujah dan keraguan bagi seorang pun terhadap apa yang telah diputuskan oleh-Nya kelak.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam surat lainnya yang mengatakan:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al Qiyaamah:16-19)
Di dalam hadis sahih telah disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sangat bersemangat bila menerima wahyu, hal inilah yang mendorongnya menggerakkan lisannya. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Sebelum itu apabila Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu, setiap kali Jibril mengatakan suatu ayat, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ikut membacanya bersama Jibril, karena keinginannya yang keras untuk menghafal Al-Qur’an dengan cepat. Maka Allah memberinya petunjuk kepada cara yang lebih mudah dan lebih ringan bagi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ agar beliau tidak berat. Untuk itulah maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (Al Qiyaamah:16-17) Yakni Kamilah yang akan menghimpunnya dalam dadamu, kemudian kamu dapat membacakannya kepada manusia tanpa ada sesuatu pun darinya yang terlupakan olehmu. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al Qiyaamah:18-19)
Dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu.
melainkan dengarlah dengan penuh perhatian. Apabila malaikat telah selesai membacakannya kepadamu, mulailah kamu membacanya.
…dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
Maksudnya, berilah aku tambahan ilmu dari-Mu.
Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terus-menerus mendapat tambahan ilmu hingga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mewafatkannya. Karena itulah di dalam sebuah hadis telah disebutkan:
Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya secara berturut-turut, sehingga wahyu banyak diturunkan di hari-hari beliau menjelang wafatnya.
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Sabit, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah berkata dalam doanya: Ya Allah, berilah aku manfaat melalui ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan, dan segala puji bagi Allah dalam semua keadaan.
Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Abdullah ibnu Numair dengan sanad yang sama, selanjutnya Imam Turmuzi mengatakan bahwa ditinjau dari jalur periwayatannya hadis ini berpredikat garib.
Al-Bazzar meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Abu Asim, dari Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama, hanya di akhir hadis ditambahkan doa berikut:
Dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli neraka.
Tafsir Ayat:
Ketika allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan keputusan pembalasan-Nya pada para hambaNya dan ketetapan perintah agamaNya yang Allah turunkan di dalam KitabNya, -realita ini termasuk bagian dari implikasi kekuasaanNya-, Allah berfirman, فَتَعَالَى اللَّهُ “Maka Mahatinggi Allah,” maksudnya Mahabesar, berada di ketinggian, suci dari segala kekurangan dan kerusakan. الْمَلِكُ “Raja,” yang kepemilikan kerajaan menjadi ciriNya, dan semua makhluk adalah budak-budakNya. Ketetapan hukum-hukum kekuasaan qadari maupun syar’iNya berlaku pada mereka. الْحَقُّ “Yang sebenar-benarnya,” maksudnya wujudNya, kerajaanNya, dan kesempurna-anNya benar-benar haq. Sifat-sifat kesempurnaan tidaklah hakiki kecuali bagi Dzat Yang Memiliki keagungan. Termasuk hal itu adalah kepemilikan kekuasaan. Sesungguhnya selainNya dari kalangan makhluk, walaupun mempunyai kekuasaan pada waktu-waktu tertentu yang meliputi sebagian aspek, akan tetapi kekuasa-annya adalah kekuasaan yang pendek, batil lagi akan sirna. Adapun (kekuasaan) Allah, maka akan terus eksis dan tidak musnah, karena Dia Raja, Yang Mahahidup, Maha menangani yang lain lagi Mahaagung. وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ “Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur`an sebelum wahyunya disampaikan (secara sempurna) kepadamu,” maksudnya janganlah engkau bersegera untuk menangkap al-Qur`an ketika Jibril sedang membacakannya kepa-damu. Bersabarlah sampai dia menuntaskannya. Jika dia sudah selesai, maka bacalah. Sesungguhnya Allah telah menjamin pengumpulannya bagimu di dadamu dan dalam bacaan al-Qur`anmu. Seperti yang difirmankan Allah جَلَّ جَلالُهُ,
لا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ * إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ * فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ * ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur`an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tang-gungan Kamilah mengumpulkannya (di dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. Al-Qiyamah: 16-19),
ketika ketergesaan dan kesegeraan beliau untuk menerima wahyu menunjukkan kecintaan beliau yang utuh kepada ilmu dan keantusiasan untuk menguasainya, maka Allah memerintahkan beliau untuk meminta tambahan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu baik, dan banyak kebaikan itu dituntut, kebaikan itu berasal dari Allah, dan jalan menuju ke sana adalah melalui ketekunan, kerinduan kepada ilmu, memohon dan meminta pertolongan kepadaNya serta duduk bersimpuh kepadaNya di setiap waktu.
Bisa diambil pelajaran dari ayat yang mulia ini, mengenai etika dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengarkan ilmu seyogyanya perlahan-lahan dan bersabar, sampai pendikte dan pengajar selesai dari penjelasannya yang saling berkaitan. Jika ia sudah selesai darinya, pencari ilmu menanyakan(nya) bila dia punya pertanyaan. Janganlah dia bersegera bertanya dan memotong keterangan orang yang mengajar. Sesungguhnya sikap ini penyebab terhalangi (dari menguasai ilmu). Demikian juga orang yang ditanya, seharusnya ia meminta penjelasan lebih lanjut tentang pertanyaan penanya dan melacak maksudnya sebelum menjawab. Sesungguhnya sikap ini menjadi penyebab ketepatan dalam menjawab dengan benar.
114. Dengan semua sifat itu, maka sesungguhnya mahatinggi Allah, raja yang sebenar-benarnya. Dan karena itu, janganlah kamu, wahai nabi Muhammad, tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan pewahyuannya kepadamu agar kamu tidak salah memahami dan mengajarkannya, dan katakanlah, ‘ya tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan yang bermanfaat. ‘115. Ayat-ayat berikut mengisahkan peristiwa yang terjadi pada adam dan pembangkangan iblis terhadap perintah Allah. Kisah ini diawali dengan peringatan Allah atas tipu daya iblis. Dan sesungguhnya telah kami perintahkan kepada adam dahulu untuk menjauhi iblis yang selalu berusaha menyesatkannya. Tetapi karena iblis pandai merayu maka dia lupa akan perintah itu. Dia lalu mengikuti ajakan iblis dan terjerumus sehingga melanggar larangan Allah. Dan saat itu tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat untuk menolak rayuan iblis. ‘.
Thaha Ayat 114 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 114, Makna Thaha Ayat 114, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 114, Thaha Ayat 114 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 114
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)