{21} Al-Anbiya / الأنبياء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المؤمنون / Al-Mu’minun {23} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hajj الحج (Haji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 22 Tafsir ayat Ke 26.
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ ﴿٢٦﴾
wa iż bawwa`nā li`ibrāhīma makānal-baiti al lā tusyrik bī syai`aw wa ṭahhir baitiya liṭ-ṭā`ifīna wal-qā`imīna war-rukka’is-sujụd
QS. Al-Hajj [22] : 26
Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.
Ingatlah, wahai Nabi, ketika Kami jelaskan kepada Ibrahim tempat Baitullah, dan Kami menyiapkannya untuknya, sedangkan tempat itu belum diketahui. Dan Kami memerintahkannya agar membangunnya berdasarkan ketakwaan kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, serta mensucikan rumah tersebut dari kekafiran,bid’ah dan najis; agar menjadi kelapangan bagi orang-orang yang berthawaf di sekelilingnya dan orang-orang yang mengerjakan shalat di sisinya.
Di dalam ayat ini, terkandung makna yang mengecam dan mencela orang-orang yang menyembah selain Allah dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain dari kalangan Quraisy, yang justru hal itu dilakukan di negeri yang pada mulanya dibangun untuk tujuan mengesakan Allah dan menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian Allah menyebutkan bahwa Dia telah menempatkan Ibrahim di suatu tempat di Baitullah, yakni Allah memberinya petunjuk ke tempat itu dan menyerahkannya kepada dia serta mengizinkannya untuk membangun rumah di tempat tersebut. Kebanyakan ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Ibrahim a.s. adalah orang yang pertama membangun Baitul Atiq (Ka’bah), dan bahwa sebelum itu Ka’bah tidak ada yang membangunnya.
Disebutkan di dalam kitab sahihnya melalui Abu Zar yang mengatakan bahwa:
ia bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama dibangun?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Masjidil Haram.” Ia bertanya lagi, “Lalu masjid mana lagi?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Baitul Muqaddas.” Ia bertanya, “Berapakah jarak di antara keduanya?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab.”Empat puluh tahun.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkati. (Ali-Imran: 96), hingga akhir ayat berikutnya.
Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf i’tikaf, rukuk, dan yang sujud.” (Al Baqarah:125)
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan semua hadis dan asar yang sahih-sahih yang menceritakan tentang pembangunan Baitullah, sehingga dalam pembahasan ini tidak perlu diulangi lagi.
Dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku.
Yakni bangunlah Baitullah dengan menyebut nama-Ku semata.
dan sucikanlah rumah-Ku ini.
Qatadah dan Mujahid mengatakan, maksudnya yaitu menyucikannya dari segala kemusyrikan.
bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadat, dan orang-orang yang rukuk, dan sujud.
Maksudnya, jadikanlah Baitullah ini khusus untuk mereka yang menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Orang yang bertawaf di Baitullah sudah dikenal dengan istilah Ta’if (tawaf) yang merupakan ibadah khusus hanya dilakukan di Baitullah, karena sesungguhnya ibadah seperti itu tidak boleh dilakukan di tempat yang lain kecuali di Baitullah.
Al-qa-imina, yakni orang-orang yang salat.
Ar-rukka’is sujud, orang-orang yang rukuk dan bersujud.
Penyebutan tawaf diiringi dengan penyebutan salat, karena kedua jenis ibadah ini tidaklah disyariatkan kecuali khusus di Baitullah, ibadah tawaf dilakukan di sekelilingnya, dan salat dilakukan dengan menghadap kepadanya dalam kebanyakan keadaan. Terkecuali di kala salat dikerjakan dalam medan perang saat sulit untuk menghadap ke arah kiblat, juga dikecualikan dalam salat sunat di perjalanan (di atas kendaraan).
Allah جَلَّ جَلالُهُ memaparkan keagungan Baitul Haram dan kebesarannya serta keagungan orang yang membangunnya, yaitu Khalil ar-Rahman. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَإِذْ بَوَّأْنَا لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ “Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah,” maksudnya Kami telah persiapkan tempat itu bagi dirinya, lalu menempatkannya di sana dan menetapkan sebagian keturunan beliau untuk menjadi penduduknya. Allah جَلَّ جَلالُهُ menitahkan kepada beliau untuk membangunnya. Lalu, beliau mendirikannya di atas pondasi takwa kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan membangun pondasinya di atas ketaatan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ. Beliau melangsungkan pembangunannya bersama putra beliau, Isma’il.
Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan beliau supaya tidak menyekutukanNya dengan apa pun, dalam bentuk mengikhlaskan seluruh amaliyah-amaliyah beliau bagi Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan membangunnya atas nama Allah جَلَّ جَلالُهُ. وَطَهِّرْ بَيْتِيَ “Dan sucikanlah rumahKu,” yaitu dari kesyirikan dan maksiat, dari najis-najis dan kotoran-kotoran. Allah جَلَّ جَلالُهُ menisbatkannya kepada DiriNya, karena kemuliaan dan keutamaannya, serta agar rasa cinta kepadanya semakin besar di kalbu. Hati (para manusia) pun tergerak (mengunjungi) ke sana dari setiap penjuru. Dan supaya lebih besar penyucian dan pengagungan terhadapnya. Karena bangunan itu merupakan rumah Allah جَلَّ جَلالُهُ bagi orang-orang yang thawaf dan beri’tikaf di sana, yang sedang larut dalam aneka macam ibadah, seperti dzikir, membaca al-Qur`an, mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan ragam amaliyah lain yang dapat mendekatkan diri kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ. وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ “Dan orang-orang yang rukuk dan sujud,” yaitu orang-orang yang mengerjakan shalat. Maksudnya, sucikanlah (Baitullah) bagi mereka yang mulia itu, yang punya obsesi hanya menaati Rabb mereka, menjadi hambaNya dan berusaha mendekatkan diri kepadaNya di dalam rumahNya. Mereka itulah orang yang paling berhak (dengan Masjidil Haram) dan menerima sambutan kemuliaan. Di antara bentuk suguhan kemuliaan bagi mereka adalah dengan cara menyucikan Baitullah untuk mereka.
Termasuk juga dalam konsep penyuciannya, adalah menyucikannya dari suara-suara guyonan dan suara yang tinggi yang akan mengganggu orang-orang yang sedang beribadah dengan mengerjakan shalat maupun thawaf.
Allah جَلَّ جَلالُهُ mendahulukan penyebutan thawaf dibandingkan i’tikaf dan shalat, lantaran merupakan ibadah yang berhubungan secara khusus dengan Baitullah. Selanjutnya, disebutkan i’tikaf, karena merupakan jenis ibadah yang khusus (dikerjakan di tempat yang disebut) masjid-masjid.
Dan ingatlah, ketika kami tempatkan ibrahim yang lahir di kaldea dan menetap di palestina berada di tempat baitullah, lalu bersama put-ranya, ismail, meninggikan fondasi kakbah. Kami menyatakan kepada ibrahim, ‘janganlah engkau mempersekutukan aku dengan suatu apa pun, karena menyekutukan Allah itu kezaliman yang dahsyat. Dan sucikanlah rumah-ku, kakbah, dari berhala, kemusyrikan, dan perilaku tidak terpuji, serta peruntukkanlah kakbah itu bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah, dan orang yang rukuk dan sujud kepada Allah guna mendekatkan diri dan menyucikan jiwa. 27. Dan serulah manusia, wahai ibrahim, untuk mengerjakan haji me-ngunjungi baitullah guna melaksanakan rangkaian manasik haji sete-lah engkau meninggikan fondasi kakbah dan membebaskannya dari kemusyrikan, niscaya mereka akan datang kepada seruan-Mu sesuai kemampuannya, dengan berjalan kaki bagi yang berjarak dekat, atau me-ngendarai setiap kuda atau unta yang kurus, karena jauhnya perjalanan menuju kakbah hingga kehabisan bekal. Mereka datang untuk menunaikan ibadah haji dari segenap penjuru dunia, baik yang dekat maupun yang jauh.
Al-Hajj Ayat 26 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hajj Ayat 26, Makna Al-Hajj Ayat 26, Terjemahan Tafsir Al-Hajj Ayat 26, Al-Hajj Ayat 26 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hajj Ayat 26
Tafsir Surat Al-Hajj Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)