{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 116.
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ ﴿١١٦﴾
fa ta’ālallāhul-malikul-ḥaqq, lā ilāha illā huw, rabbul-‘arsyil-karīm
QS. Al-Mu’minun [23] : 116
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang mampu berbuat segala sesuatu. Dan Dia-lah raja yang sebenarnya. Janji-Nya pasti benar, ancaman-Nya pasti benar, dan segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah benar. Mahasuci Allah dari menciptakan sesuatu yang sia-sia dan main-main. Tidak ada Illah yang berhak disembah selain Dia, Rabb ‘Arsy yang mulia yang merupakan makhluk Allah paling besar.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya.
Yakni Mahasuci Allah dari menciptakamnakhluk dengan sia-sia, karena sesungguhnya Dia adalah raja yang sebenarnya, Mahasuci Dia dari melakukan perbuatan tersebut.
tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) Arasy yang mulia.
Disebutkan ‘Arasy karena ‘Arasy merupakan atap bagi semua makhluk, dan disebutkan bahwa sifat ‘Arasy itu mulia, yakni indah pemandangannya lagi megah bentuknya. Seperti pengertian yang ada dalam firman-Nya:
lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Luqman:10)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman (seorang syekh dari Irak), telah menceritakan kepada kami Syu’aib ibnu Safwan, dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Sa’id ibnul ‘As yang mengatakan bahwa akhir khotbah yang diutarakan oleh Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz ialah pada pertamanya disebutkan puji dan sanjungan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, lalu berkatalah ia, “Ama Ba’du. Hai manusia, sesungguhnya kalian diciptakan bukan dengan main-main, dan kalian tidak akan dibiarkan tersia-sia. Sesungguhnya kalian akan dikembalikan di negeri akhirat, lalu Allah akan turun untuk memutuskan perkara di antara kalian dan memutuskan hukum-Nya. Maka alangkah kecewa dan celakalah seseorang hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari rahmat-Nya dan diharamkan memasuki surga-Nyayang hiasnya seluas langit dan bumi. Tidakkah kalian ketahui, bahwa tiada seorang pun yang aman dari azab Allah di hari esok kecuali orang-orang yang selalu ingat akan hari kembali dan takut kepadanya, serta menukar yang fana dengan yang kekal, yang sedikit dengan yang banyak, dan yang takut dengan yang aman.”
Umar ibnu Abdul Aziz melanjutkan khotbahnya, “Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya kalian berasal dari (air mani yang dikeluarkan dari) tulang sulbi orang-orang yang telah binasa (mati), dan kelak sesudah kalian terdapat orang-orang yang menjadi penerus kalian, sedangkan kalian kembali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, Pewaris yang terbaik. Kemudian setiap pagi dan petang kalian mengantarkan orang-orang yang menghadap kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena telah menemui ajalnya, lalu kalian menguburkannya ke dalam tanah yang berbeda dengan tempat sebelumnya, sedangkan semua kekasihnya telah dia tinggalkan dan kini tempatnya menyatu dengan tanah. Di hadapannya terbentang hisab perhitungan amal perbuatannya, kini nasibnya tergantung kepada amal perbuatannya, dia tidak memerlukan lagi apa yang ditinggalkannya dan sangat memerlukan amal perbuatan untuk menghadapi masa mendatangnya. Karena itu bertakwalah kepada Allah, hai hamba-hamba Allah, sebelum usia habis dan maut datang merenggut nyawa.” Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz mengusap matanya dengan ujung kain sorbannya. Ia menangis, dan orang-orang yang ada di sekitarnya ikut menangis pula.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Nasir Al-Khaulani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi’ah, dari Abu Hubairah, dari Hasan ibnu Abdullah, bahwa seorang lelaki yang sedang sakit dijumpai oleh Abdullah ibnu Mas’ud yang sedang berlalu di dekatnya. Maka Abdullah ibnu Mas’ud membacakan ayat berikut di dekat telinganya, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya., hingga akhir surat. Maka orang tersebut sembuh dengan seketika. Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah yang engkau bacakan pada telinganya?” Ibnu Mas’ud menceritakan ayat-ayat yang dibacanya. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya seorang lelaki membacakannya dengan penuh keyakinan terhadap sebuah bukit, niscaya bukit itu akan lenyap.
Abu Na’im telah meriwayatkan melalui jalur Khalid ibnu Nizar, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibnul Haris, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengutus kami dalam suatu sariyyah (pasukan khusus) dan memerintahkan kami untuk membaca ayat berikut bila berada di petang dan pagi hari, yaitu firman-Nya:
Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Kami selalu membacanya, maka kami berhasil menang dan memperoleh ganimah serta dalam keadaan selamat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Wahb Al-Allaf Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abul Musayyab Salim ibnu Salam, telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Hubaisy, dari Nahsyal ibnu Sa’id, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Untuk keselamatan bagi umatku dari tenggelam bila mereka naik perahu (kapal laut) ialah (bacaan berikut), “Dengan menyebut nama Allah, Raja yang sebenarnya. Dan mereka tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang semestinya. Bumi ini seluruhnya kelak di hari kiamat berada dalam genggaman kekuasaan-Nya dan langit digulung dengan tangan kekuasaan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (terhadap-Nya). Dengan menyebut asma Allah Yang telah memperjalankan-nya (bahtera) dan yang melabuhkannya, sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha penyayang
{فَتَعَالَى اللَّهُ} “Maka Mahatinggi Allah,” maksudnya, Mahaagung dan Mahatinggi dari dugaan batil ini yang (berujung) kembali kepada celaan di dalam hikmahNya. {الْمَلِكُ الْحَقُّ لا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ} “Raja Yang Sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Rabb (Yang mempunyai) Arasy yang mulia.” KedudukanNya sebagai Raja bagi seluruh makhluk, yang benar di dalam kejujuran, janji, [dan] ancamanNya, sebagai sesembahan karena kesempurnaan yang dimilikiNya, sebagai Rabb dari Arasy yang mulia dan segala sesuatu yang di bawahnya, termasuk bab yang paling utama, yaitu tercegah menciptakanmu dalam keadaan sia-sia.
115-116. Mengingatkan para pendurhaka terkait kelengahan mereka, Allah berfirman, ‘maka apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu main-main, yakni tanpa tujuan yang jelas; dan apakah kamu juga mengira bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kamu’ adalah keliru bila kamu me-ngira demikan. ‘ maka mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain dia, tuhan yang memiliki ‘arsy yang mulia. 117. Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang kebenaran penyembahan itu, maka perhitungannya, yaitu balasannya, hanya pada tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung. Melalui ayat ini Allah secara tersirat mengingatkan bahwa orang yang menyembah-Nya dengan tulus ikhlas akan memperoleh keberuntungan.
Al-Mu’minun Ayat 116 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 116, Makna Al-Mu’minun Ayat 116, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 116, Al-Mu’minun Ayat 116 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 116
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)