{47} Muhammad / محمد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحجرات / Al-Hujurat {49} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fath الفتح (Kemenangan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 48 Tafsir ayat Ke 1.
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ ﴿١﴾
innā fataḥnā laka fat-ḥam mubīnā
QS. Al-Fath [48] : 1
Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
Wahai Rasul, sesungguhnya Kami telah memberimu kemenangan yang nyata. Allah menampakkan agamamu, menolongmu mengalahkan musuh, yaitu perjanjian gencatan senjata di Hudaibiah yang karenanya manusia menjadi merasa aman satu sama lain sehingga menjadi luaslah kesempatan dakwah kepada agama Allah. Orang yang ingin mempelajari dan mengetahui hakikat Islam menjadi semakin terbuka. Pada masa itu manusia semakin banyak memeluk agama Allah, bahkan secara berbondong-bondong. Karena itu pula Allah menamakannya dengan kemenangan yang nyata, yaitu zahir dan jelas.
Surat yang mulia ini diturunkan ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali dari Hudaibiyah dalam bulan Zul Qa’dah tahun enam Hijriah. Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di halang-halangi oleh kaum musyrik untuk dapat sampai ke Masjidil Haram guna menunaikan Umrahnya, mereka menghalang-halangi beliau dari tujuannya. Kemudian mereka berubah sikap dan cenderung mengadakan perjanjian perdamaian serta gencatan senjata, dengan ketentuan hendaknya tahun itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali ke Madinah dan boleh ke Mekah tahun depannya.
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menerima persyaratan tersebut, sekalipun ada sejumlah sahabatnya yang tidak suka. Di antara mereka yang tidak suka adalah Umar ibnul Khattab r.a., seperti yang akan diterangkan kemudian pada tempatnya dari tafsir surat ini, insya Allah.
Setelah beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyembelih hadyu-nya (kurbannya) mengingat umrahnya dibatalkan karena terhalang, lalu beliau pulang, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan kepadanya surat ini. Di dalamnya disebutkan perihal beliau dan mereka (kaum musyrik), disebutkan pula bahwa peristiwa tersebut merupakan permulaan dan pertanda kemenangan untuk beliau, karena perjanjian tersebut mengandung banyak maslahat bagi kepentingan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kemenangan di masa mendatang akan berpihak kepadanya. Hal yang senada disebutkan di dalam riwayat Ibnu Mas’ud r.a. dan sahabat lainnya yang menyebutkan bahwa sesungguhnya kalian menganggap kemenangan itu adalah kemenangan atas kota Mekah, tetapi kami menganggap bahwa kemenangan itu adalah pada Perjanjian Hudaibiyah.
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Abu Sufyan, dari Jabir r.a. yang mengatakan, “Kami beranggapan bahwa kemenangan itu tidak lain hanyalah pada Perjanjian Hudaibiyah.”
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang mengatakan, “Kalian menganggap kemenangan itu adalah kemenangan atas kota Mekah, padahal kemenangan atas kota Mekah adalah suatu kemenangan, dan kami beranggapan bahwa kemenangan yang sesungguhnya adalah pada baiat Ridwan di hari Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu kami bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berjumlah seribu empat ratus orang, dan Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur, lalu kami buat sumur itu kering hingga tiada setetes air pun yang tersisa (habis diminum oleh kami). Berita mengenai habisnya sumur Hudaibiyah sampai kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu beliau mendatanginya dan duduk di pinggirnya. Kemudian meminta sewadah air, lalu beliau berwudu dengannya dan berkumur. Setelah itu beliau berdoa, lalu menuangkan air bekas wudunya itu ke dalam sumur tersebut. Kemudian kami tinggalkan sumur itu tidak jauh dari kami, dan tidak lama kemudian ternyata sumur itu menyumber lagi airnya dengan deras sehingga dapat mencukupi kebutuhan air kami sesuka kami, juga kebutuhan unta-unta kami.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nuh, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Anas, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa kami (para sahabat) bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam suatu perjalanan. Lalu aku meminta sesuatu kepada beliau sebanyak tiga kali, tetapi beliau tidak menjawabku. Umar r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia berkata kepada dirinya sendiri, “Celakalah kamu, hai anak Al-Khattab. Engkau telah berkali-kali meminta dengan mendesak kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, dan ternyata beliau tidak menjawabmu.” Umar r.a. melanjutkan kisahnya, “Lalu aku menaiki unta kendaraanku dan memacunya ke arah depan karena khawatir bila diturunkan wahyu mengenai diriku.” Umar r.a. melanjutkan kisahnya, “Tiba-tiba terdengarlah suara yang memanggilku, lalu aku kembali ke belakang dengan dugaan bahwa telah diturunkan sesuatu (wahyu) mengenai diriku.” Umar r.a. kembali melanjutkan, bahwa lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tadi malam telah diturunkan kepadaku suatu surat yang lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, yaitu: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang” (Al Fath:1-2)
Imam Bukhari, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Malik rahimahullah. Ali ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini madani lagi jayyid, kami tidak menjumpainya selain pada mereka.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa ayat berikut, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (Al Fath:2) diturunkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat kepulangannya dari Hudaibiyah. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda berkenaan dengan surat tersebut: Sesungguhnya tadi malam telah diturunkan kepadaku suatu ayat (surat) yang lebih aku sukai daripada semua yang ada di muka bumi ini. Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakannya kepada mereka, dan mereka mengatakan, “selamatlah bagimu, yaNabiyullah. Allah telah menerangkan apa yang akan Dia lakukan untukmu, lalu apakah yang akan Dia lakukan untuk kami?” Maka turunlah kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ firman berikutnya, yaitu: supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al Fath:5) sampai dengan firman-Nya: adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah. (Al Fath:5)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui Qatadah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Majma’ ibnu Ya’qub yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari pamannya (yaitu Abdur Rahman ibnu Zaid Al-Ansari), dari pamannya Majma’ ibnu Harisah Al-Ansari r.a. (salah seorang ahli qurra yang mengajarkan bacaan Al-Qur’an). Ia mengatakan bahwa kami ikut dalam Perjanjian Hudaibiyah, dan ketika kami pulang darinya, tiba-tiba kami melihat orang-orang memacu unta kendaraannya. Maka sebagian orang-orang bertanya kepada sebagian yang lain, “Ada apakah dengan orang-orang itu?” Sebagian yang lain menjawab, “Telah diturunkan suatu wahyu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Maka kami berangkat dan memacu kendaraan kami, tiba-tiba kami jumpai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berada di atas unta kendaraannya di Kura’ul Gaim. Lalu kami berkumpul dengannya, dan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (Al Fath:1) Maka seseorang dari sahabat Rasulullah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu pertanda kemenangan?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya wahyu ini benar-benar (pertanda) kemenangan.
Tanah Khaibar dibagikan kepada orang-orang yang ikut dalam Perjanjian Hudaibiyah, dan tiada seorang pun dari mereka yang diberi kecuali mereka yang ikut dalam Perjanj ian Hudaibiyah. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaginya menjadi delapan belas saham. Saat itu jumlah pasukan kaum muslim (yang ikut dalam Hudaibiyah) ada seribu lima ratus personel, di antara mereka terdapat tiga ratus pasukan berkuda. Maka beliau memberi kepada pasukan yang berkuda dua bagian dan bagi pasukan jalan kaki satu bagian. Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini di dalam Al-Jihad, dari Muhammad ibnu Isa, dari Majma’ ibnu Ya’qub dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi’, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Jami’ ibnu Syaddad, dari Abdur Rahman ibnu Abu Alqamah yang mengatakan, “Aku pernah mendengar Abdullah ibnu Mas’ud r.a. mengatakan bahwa ketika kami pulang dari Hudaibiyah, kami beristirahat di malam hari. Kami terlelap dalam tidur kami dan tidaklah kami terbangun melainkan karena sinar mentari pagi telah terbit. Lalu kami bangun, sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ masih tidur.” Ibnu Mas’ud r.a. melanjutkan kisahnya, “Lalu kami mengatakan bahwa sebaiknya beliau dibangunkan. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terbangun lalu bersabda:
‘Lakukanlah seperti apa yang barusan kalian lakukan. Demikian pula dilakukan hal yang sama terhadap orang yang tidur atau lupa’.”
Ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, “Lalu kami merasa kehilangan unta kendaraan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka kami mencarinya dan kami temukan unta itu, sedangkan tali kendalinya menyangkut pada sebuah pohon. Lalu unta itu kubawa kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, dan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ segera mengendarainya. Dan ketika kami sedang dalam perjalanan, tiba-tiba turunlah wahyu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”
Ibnu Mas’ud melanjutkan, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila kedatangan wahyu, terasa berat olehnya, dan setelah wahyu selesai, maka beliau menceritakan kepada kami bahwa telah diturunkan kepadanya firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: ‘Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata’ (Al Fath:1).”
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Jami’ ibnu Syaddad dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ziad ibnu Alaqah yang mengatakan, “Aku pernah mendengar Al-Mugirah ibnu Syu’bah r.a. mengatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selalu salat hingga kedua telapak kaki beliau bengkak, lalu dikatakan kepada beliau, ‘Bukankah Allah telah memberikan ampunan bagimu terhadap dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang?’ Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: ‘Bukankah aku adalah seorang hamba yang banyak bersyukur ‘?”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini —juga jamaah lainnya— kecuali Abu Daud melalui hadis Ziad dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma’ruf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, dari Qasit, dari Urwah ibnuz Zubair, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila salat banyak berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Maka berkatalah kepada beliau Aisyah r.a., “Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal ini, padahal Allah telah memberikan ampunan bagimu terhadap dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hai Aisyah, bukankah aku ini adalah seorang hamba yang banyak bersyukur?
Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui riwayat Abdullah ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Aun Al-Kharraz seorang siqah di Mekah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami Mis’ar, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri mengerjakan salat hingga kedua telapak kaki beliau bengkak, atau kedua betis beliau bengkak, maka dikatakan kepadanya, “Bukankah Allah telah memberikan ampunan bagimu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Bukankah aku adalah seorang hamba yang banyak bersyukur?
Bila ditinjau dari segi jalurnya, hadis ini berpredikat garib.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (Al Fath:1)
Kemenangan yang jelas dan nyata. Hal yang dimaksud adalah Perjanjian Hudaibiyah, karena sesungguhnya telah diraih kebaikan yang berlimpah dengan melaluinya. Banyak orang-orang yang beriman dan sebagian dari mereka bersatu dengan sebagian yang lain, orang mukmin berbicara dengan orang kafir dan tersebarlah ilmu yang bermanfaat dan iman.
Kemenangan yang disebut di atas adalah Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika kaum musyrikin mencegah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَyang hendak melaksanakan umrah sebagaimana yang tertera dalam kisah yang panjang. Di akhir kisahnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَberdamai dengan mereka untuk tidak berperang di antara kedua belah pihak dalam waktu sepuluh tahun. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَumrah pada tahun mendatang, bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak kaum Quraisy dipersilahkan dan bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَdipersilahkan. Dampak baik dari perjanjian ini adalah ketika semua pihak saling memberi rasa aman satu sama lain, kawasan dakwah untuk agama Allah جَلَّ جَلالُهُpun semakin luas, sehingga semua orang yang ingin masuk Islam di wilayah mana pun kala itu bisa melakukannya, dan dimungkinkan bagi yang memiliki tekad bulat untuk mendalami hakikat Islam. Kemudian pada waktu itu orang-orang pun masuk ke dalam Agama Allah جَلَّ جَلالُهُ secara bergelombang, dan karena itulah disebut oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ sebagai kemenangan dan juga kemenangan nyata, yaitu kemenangan yang jelas dan nampak. Karena yang dimaksudkan dari penaklukan negerinegeri kaum musyrikin adalah agar Agama Allah جَلَّ جَلالُهُ tegak dan kaum Muslimin meraih kemenangan di mana hal ini tercapai dalam kemenangan tersebut.
Sungguh, kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kemenangan itu. 2-3. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu, wahai nabi Muhammad atas dosamu, yakni kekeliruan yang dapat dianggap sebagai dosa sesuai dengan kedudukanmu yang mulia, baik kekeliruan yang terjadi di masa yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dengan meluhurkan agamamu dan menunjukimu ke jalan yang lurus yang membimbingmu kepada keridaan tuhan, dan agar Allah menolongmu terhadap musuh-Musuhmu dengan pertolongan yang kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun.
Al-Fath Ayat 1 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Fath Ayat 1, Makna Al-Fath Ayat 1, Terjemahan Tafsir Al-Fath Ayat 1, Al-Fath Ayat 1 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Fath Ayat 1
Tafsir Surat Al-Fath Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)