{88} Al-Ghasyiyah / الغاشية | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | البلد / Al-Balad {90} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fajr الفجر (Fajar) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 89 Tafsir ayat Ke 8.
الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ ﴿٨﴾
allatī lam yukhlaq miṡluhā fil-bilād
QS. Al-Fajr [89] : 8
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain,
Wahai Rasul, apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu memperlakukan kaum ‘Ad, kabilah Iram yang mempunyai kekuatan dan bangunan-bangunan tinggi bertumpu di atas tiang-tiang, yang belum pernah diciptakan seperti itu di negeri-negeri lain dalam hal kekuatan fisik dan kekuatan berperang?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)
Ibnu Zaid mengatakan bahwa domir yang ada merujuk kepada ‘imad karena ketinggiannya yang tidak terperikan, dan ia mengatakan bahwa mereka telah membangun bangunan-bangunan yang tinggi di atas bukit-bukit pasir, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. Lain halnya dengan Qatadah dan Ibnu Jarir, keduanya merujukkan damir yang ada kepada kabilah. Yakni belum pernah ada suatu kabilah pun yang diciptakan seperti mereka di masanya. Pendapat inilah yang benar, sedangkan pendapat Ibnu Zaid dan orang-orang yang mengikutinya lemah. Karena seandainya makna yang dimaksud adalah seperti yang ditakwilkan oleh mereka, tentulah bunyi ayat bukan lam yukhlaq, melainkan lamyu’mal mi’sluha fil bilad. Dan sesungguhnya bunyi ayat adalah seperti berikut: yang belum pernah diciptakan (suatu kabilah pun) seperti mereka di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh juru tulis Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Mu’awiyah ibnu Saleh, dari orang yang telah menceritakan hadis ini kepadanya, dari Al-Miqdam, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehubungan dengan penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Adalah seseorang dari mereka (kaum ‘Ad) dapat mengangkat sebuah batu yang amat besar (seperti bukit), lalu ia memikulnya dan menimpakannya kepada suatu penduduk desa, maka binasalah mereka.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abut Tahir, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, dari Saur ibnu Zaid Ad-Daili yang mengatakan bahwa ia pernah membaca sebuah prasasti kuno yang bunyinya seperti berikut, “Akulah Syaddad ibnu Ad, akulah yang meninggikan bangunan-bangunan yang tinggi. dan akulah orang yang hastaku sama besarnya dengan tubuh satu orang; dan akulah orang yang menyimpan perbendaharaan sedalam tujuh hasta, tiada yang dapat mengeluarkannya selain umat Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”
Menurut hemat saya, pendapat apa pun dari yang telah disebutkan di atas, baik yang mengatakannya sebagai bangunan-bangunan tinggi yang mereka bangun, atau menganggapnya sebagai tiang-tiang rumah mereka di daerah pedalaman, ataukah menganggapnya sebagai senjata yang dipakai mereka untuk berperang atau menggambarkan ketinggian seseorang dari mereka. Semuanya itu pada garis besarnya menunjukkan bahwa mereka adalah suatu umat yang disebutkan di dalam Al-Qur’an bukan hanya pada satu tempat saja yang penyebutan mereka dibarengi dengan kisah kaum Samud, sebagaimana yang disebutkan dalam surat ini; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Dan mengenai orang yang mengira bahwa firman-Nya: (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 7) Bahwa makna yang dimaksud adalah suatu kota yang adakalanya kota Dimasyq seperti apa yang diriwayatkan dari Sa’id ibnul Musayyab dan Ikrimah, atau menganggapnya kota Iskandariah seperti yang diriwayatkan dari Al-Qurazi, atau dianggap kota lainnya. Maka pendapat-pendapat ini masih perlu diteliti kebenarannya; karena bila diartikan demikian, mana mungkin dapat sesuai dengan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangun an-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 6-7)
Jika hal itu dijadikan sebagai badal atau ‘ataf bayan, maka tidak sealur dengan konteks pembicaraannya. Karena sesungguhnya yang dimaksud dalam topik pembicaraan ayat ini tiada lain memberitakan tentang kebinasaan suatu kabilah yaitu ‘Ad, dan azab yang ditimpakan oleh Allah kepada mereka sebagai pembalasan dari-Nya, tanpa ada seorang pun yang dapat mencegahnya. Dan makna yang dimaksud bukanlah menceritakan perihal suatu kota atau suatu kawasan.
Sesungguhnya kami ingatkan hal ini tiada lain agar jangan ada orang yang terpedaya oleh berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sebagian ulama tafsir sehubungan dengan ayat ini. Yang diantaranya ada yang menyebutkan bahwa Iram adalah suatu kota yang memiliki bangunan-bangunan yang tinggi, yang dibangun dengan bata emas dan perak gedung-gedung, rumah-rumah, dan taman-tamannya. Dan bahwa batu kerikilnya dari intan dan mutiara, sedangkan tanahnya dari kesturi, dan sungai-sungainya mengalir, sedangkan buah-buahannya berjatuhan; rumah-rumahnya tiada berpenghuni, tembok-tembok dan pintu-pintunya dalam keadaan terbuka, tetapi tiada seorang pun yang ada di dalamnya. Dan bahwa kota tersebut berpindah-pindah; adakalanya di negeri Syam dan adakalanya di negeri Yaman, dan adakalanya berpindah ke negeri Iraq, dan lain sebagainya. Maka sesungguhnya kisah seperti ini termasuk dongengan-dongengan Israiliyat, yang tiada kenyataanya, dan termasuk yang dibuat oleh orang-orang Zindiq dari kalangan mereka, yang sengaja dituangkan untuk memperdaya akal orang-orang yang bodoh agar mau percaya dengan kisah buatan mereka.
As-Sa’labi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa pernah ada seorang lelaki Badui yang bernama Abdullah ibnu Qilabah hidup di masa mu’awiyah. Lelaki Badui itu pergi mencari beberapa ekor untanya yang lepas; ketika ia sedang mencarinya kemana-mana, tersesatlah ia di suatu daerah. Dan tiba-tiba ia menjumpai suatu kota yang besar dengan tembok-temboknya yang tinggi dan pintu-pintu gerbangnya yang besar. Lalu ia memasukinya dan menjumpai di dalamnya banyak hal yang mendekati, seperti apa yang telah kami sebutkan diatas, yaitu kota emas. Lalu lelaki itu kembali dan menceritakan kepada orang-orang apa yang telah dilihatnya, maka orang-orang beramai-ramai pergi bersama dia menuju ke tempat yang disebutkannya, dan ternyata mereka tidak melihat sesuatu pun di tempat tersebut.
Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan kisah mengenai kota Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi ini dengan kisah yang panjang sekali. Dan kisah ini tidak sahih sanadnya. Seandainya memang sahih sampai kepada lelaki Badui tersebut, maka barangkali lelaki Badui itu membuat-buatnya; atau dia terkena semacam penyakit kejiwaan yang menimbulkan ilusi berbagai macam hal, sehingga ia menganggap bahwa ilusinya itu suatu kenyataan, padahal hakikatnya tidaklah demikian. Dan faktor inilah yang memastikan tidak sahnya kisah lelaki Badui itu.
Hal ini hampir sama dengan apa yang di beritakan oleh kebanyakan orang yang kurang akalnya, yang tamak kepada keduniawian. Mereka beranggapan bahwa di dalam perut bumi terdapat banyak emas, perak dan berbagai macam permata, yaqut, mutiara, dan keajaiban (teka-teki) yang besar. Akan tetapi, mereka beranggapan bahwa untuk mencapainya ada banyak hambatan yang harus dilenyapkan terlebih dahulu agar dapat diambil. Karenanya mereka banyak menipu harta orang-orang kaya dan orang-orang yang lemah lagi kurang akalnya (yang mau membelanjakan hartanya untuk tujuan itu) sehingga mereka yang melakukan praktek demikian, memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Mereka mengilusikan kepada orang-orang yang mereka perdaya, bahwa biaya itu untuk membeli dupa, ramu-ramuan, dan lain sebagainya yang diada-adakan oleh mereka, padahal kenyataanya hanyalah tipuan belaka.
Akan tetapi, yang pasti memang di dalam tanah banyak terdapat harta-harta yang terpendam, yang dahulunya adalah bekas-bekas peninggalan masa jahiliah dan masa Islam pertama. Maka barang siapa yang berhasil mendapatkannya, ia dapat memindahkannya. Adapun mengenai harta terpendam seperti apa yang digambarkan oleh dugaan mereka, hal itu hanyalah dusta dan buat-buatan belaka., dan tidak benar sama sekali bahwa hal itu dapat dipindahkan atau dapat diambil oleh orang yang menemukannya. Hanya Allah-lah yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar.
Dan mengenai pendapat Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 7). dapat ditakwilkan sebagai nama suatu kabilah atau suatu negeri (kota) yang dihuni oleh kaum ; Ad, yang karenanya lafaz Iram tidak menerima tamyin. Pendapat ini masih perlu diteliti, karena makna yang dimaksud oleh konteks cerita hanyalah menceritakan tentang kabilah. untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
dan kaum Samud yang memotong batu-batu besar di lembah. (Al-Fajr: 9)
Yakni mereka memotong batu-batu yang ada di lembah tempat mereka. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa mereka mengukirnya dan melubanginya. Hal yang sama di katakan oleh Mujahid, Qatadah. Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid. Dan termasuk kedalam pengertian kata ini bila dikatakan mujtabin nimar, artinya bila mereka melubanginya. Dan dikatakan wajtabassauba bila seseorang membukanya (memotongnya); oleh karena itulah maka kantong dalam bahasa Arab disebut al-jaib. Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (Asy-Syu’ara: 149)
Dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan kisah ayat ini menyebutkan ucapan seorang penyair:
Ingatlah segala sesuatu selain Allah pasti lenyap (binasa) sebagaimana telah lenyap suatu kabilah dari Syanif dan Marid.
Mereka telah mengukir dan memotong batu-batu gunung dengan tangan-tangan yang keras dan lengan-lengan yang kekar.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Arab, dan tempat tinggal mereka adalah di lembah Al-Qura. Kami telah menyebutkan kisah kaum ‘Ad secara rinci di dalam tafsir surat Al-A’raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi.
6-14. Allah berfirman, “Apakah kamu tidak memperhatikan,” dengan hati dan pandanganmu, “bagaimana Rabbmu berbuat” terhadap umat-umat yang melampaui batas itu, kaum ‘Ad, “(yaitu) penduduk Iram,” kabilah terkenal di Yaman, angkuh, dan sombong, “yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” yakni di seluruh negeri-negeri lain dari segi kekuatan dan kekokohan. Sebagaimana dikatakan kepada mereka oelah nabi mereka Hud alaihi salam “Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-A’rof :68)
“Dan kaum tsamud yang memotong batu-batu yang besar di lembah,” yakni di lembah negeri. Dengan kekuatan, mereka memahat batu-batu besar dan dijadikan sebagai tempat tinggal.
“Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),” yakni yang memiliki tentara yang mengokohkan kekuasaannya seperti halnya pasak yang memperkokoh dan apa pun yang dipertahankan. “Yang berbuat sewenang-wenang dalam negerinya.” Sifat ini kembali pada kaum ‘Ad, Tsamud, Fir’aun, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka berlaku melampaui batas di atas bumi Allah dan menyiksa hamba-hamba Allah dalam agama dan dunia mereka. Karena itu Allah berfirman, “Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,” yaitu dengan melakukan kekufuran dan berbagai cabangnya dari berbagai jenis kemaksiatan, serta berusaha memerangi para Rasul dan menghalangi manusia dari jalan Allah.
Ketika mereka telah mencapai puncak pembangkangan yang mengharuskan mereka binasa, Allah menimpakan siksa dan mengirimkan cambuk siksaNya. “Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi,” bagi siapa pun yang mendurhakaiNya. Allah sedikit memberinya tangguhan, dan setelah itu akan menyiksanya dengan siksaan Dzat yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Itulah kota dengan bangunan-bangunan megah yang pada masanya belum pernah dibangun seperti itu megahnya di negeri-negeri lain. 9. Dan tidakkah kamu perhatikan pula azab yang telah Allah timpakan atas kaum ‘amud yang memotong dan memahat batu-batu besar di lembah untuk dijadikan kediaman mereka’.
Al-Fajr Ayat 8 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Fajr Ayat 8, Makna Al-Fajr Ayat 8, Terjemahan Tafsir Al-Fajr Ayat 8, Al-Fajr Ayat 8 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Fajr Ayat 8
Tafsir Surat Al-Fajr Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)