{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 54.
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ ﴿٥٤﴾
wa mā mana’ahum an tuqbala min-hum nafaqātuhum illā annahum kafarụ billāhi wa birasụlihī wa lā ya`tụnaṣ-ṣalāta illā wa hum kusālā wa lā yunfiqụna illā wa hum kārihụn
QS. At-Taubah [9] : 54
Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).
Yang menyebabkan tidak diterimanya nafkah mereka karena mereka menyembunyikan kekufuran kepada Allah dan mendustakan Rasul-Nya Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Mereka tidak mendirikan shalat, kecuali dengan berat hati, dan tidak berinfak kecuali dengan terpaksa. Mereka tidak mengharapkan pahala atas kewajiban-kewajiban tersebut dan tidak takut akan siksa karena meninggalkannya disebabkan kekufuran mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang penyebab nafkah itu tidak diterima dari mereka.
…melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.
Yakni sesungguhnya segala amal perbuatan itu dianggap sah hanyalah karena iman.
…dan mereka tidak mengerjakan salat melainkan dengan malas
Maksudnya, tidak ada semangat bagi mereka untuk beramal, dan tidak ada sikap mereka yang benar.
…dan tidak (pula) mereka menafkahkan.
suatu harta pun.
…melainkan dengan rasa enggan.
Padahal Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda bahwa Allah tidak akan merasa bosan sehingga kalian sendiri yang bosan. Dan bahwa Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali yang baik. Karena itulah Allah tidak menerima suatu nafkah pun dari mereka, tidak pula suatu amal pun, Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.
Kemudian Allah menjelaskan sifat kefasikan mereka dan perbuatan mereka, Dia berfirman, وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya.” Padahal semua amal, syarat diterima-nya adalah iman, sedangkan mereka itu tidak beriman dan tidak beramal shalih, bahkan shalat yang merupakan amal jasmani yang paling utama, mereka lakukan dengan malas-malasan. وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى “Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas.” Yakni merasa berat, hampir tidak melakukannya karena beratnya shalat atas mereka. وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ “Dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan”, tanpa kelapangan dada dan ketenangan jiwa. Ini adalah celaan yang men-dalam bagi siapa saja yang melakukan seperti apa yang mereka lakukan, dan bahwa seorang hamba seharusnya tidak mendatangi shalat kecuali dalam keadaan semangat jasmani dan rohani, dan tidak berinfak kecuali dengan dada yang lapang dan jiwa yang tenang berharap balasan pahalanya dari Allah semata dan tidak menyerupai orang-orang munafik.
Selanjutnya disebutkan alasan ditolaknya infak orang-orang munafik. Dan yang menghalang-halangi infak mereka, kaum munafik, untuk diterima adalah karena mereka kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat dengan penuh ketaatan melainkan dengan malas, tidak senang, atau kurang peduli, dan mereka tidak pula menginfakkan harta, melainkan dengan rasa enggan atau terpaksa, karena mereka tidak yakin terhadap limpahan pahala dari Allah di akhirat kelak bagi mereka yang melakukan kebaikan atas dasar keikhlasan. Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tertolaknya amal perbuatan baik orang-orang munafik, seperti salat dan menginfakkan harta, maka ayat ini memperingatkan kaum mukmin agar tidak menganggap baik kekayaan dan kekuasaan duniawi yang dianugerahkan kepada mereka, apalagi sampai mengaguminya. Maka karena itu, janganlah harta dan anak-anak mereka, yakni kaum munafik, membuatmu kagum sehingga menjadikanmu menaati perintahnya dan mendengar ucapannya padahal penuh kebohongan dan justru akan menjerumuskanmu ke jurang kenistaan, seperti dijelaskan pada surah al-Muna’fiqun/63: 4. Memang benar, banyaknya harta dan anak bisa saja menjadi indikasi kebaikan jika menyebabkan pemiliknya menjadi baik dan taat kepada Allah. Namun, sesungguhnya maksud Allah dengan itu, yakni karunia harta dan anak bagi orang-orang munafik, sejatinya adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia, sebab dengan itu mereka semakin berat hatinya meninggalkan dunia dan senantiasa merasa takut kehilangan apa yang mereka miliki, dan yang lebih menyakitkan adalah kelak mereka akan mati dalam keadaan kafir serta tempat menetap mereka adalah neraka.
At-Taubah Ayat 54 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 54, Makna At-Taubah Ayat 54, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 54, At-Taubah Ayat 54 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 54
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)