{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 22.
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴿٢٢﴾
lau kāna fīhimā ālihatun illallāhu lafasadatā, fa sub-ḥānallāhi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifụn
QS. Al-Anbiya [21] : 22
Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.
Seandainya di langit dan bumi terdapat sembahan-sembahan selain Allah yang mengatur urusan keduanya, niscaya sistem keduanya sudah rusak. Mahasuci Allah, Rabb Arsy, dari apa yang disifatkan oleh orang-orang yang ingkar lagi kafir berupa dusta, kebohongan, dan segala kekurangan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. ((Al Mu’minun:91)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
Maka Mahasuci Allah yang mempunyai ‘Arasy daripada apa yang mereka sifatkan.
Yaitu Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan, bahwa Allah beranak atau bersekutu. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari apa yang dibuat-buat oleh mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.
Yakni Dialah Yang memutuskan, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya dan tiada seorang pun yang dapat menolak keputusanNya karena keagungan, kebesaran, ilmu, hikmah, keadilan, dan belas kasihan-Nya.
Orang musyrik menyembah makhluk yang tidak bisa memberikan manfaat atau membahayakan dengan meninggalkan sikap keikhlasan kepada Allah, Dzat yang mempunyai seluruh kesempurnaan. Di TanganNyalah terdapat (kendali) segala urusan, manfaat, dan bahaya. Ini (perbuatan orang musyrik itu) termasuk (cerminan) tidak adanya taufik Allah جَلَّ جَلالُهُ padanya, buruknya keberuntungannya, kebodohannya yang parah, dan besarnya ulah kezhalimannya. Sesungguhnya alam semesta ini tidak akan menjadi baik kecuali bila berada di bawah satu sesembahan semata. Sebagaimana tidaklah alam (ini) diadakan kecuali oleh satu pemilik (Rabb). Karenanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, لَوْ كَانَ فِيهِمَا “Sekiranya di dalam keduanya,” yaitu di langit dan bumi آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا “terdapat tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa,” pada bentuk keduanya, dan rusak pula makhluk-makhluk yang berada di dalamnya.
Penjelasannya sebagai berikut: Bumi lapisan atas dan lapisan bawah berdasarkan pemandangan yang terlihat dalam bentuk yang paling sempurna ditilik dari aspek keindahan dan keteraturan, yang tidak ada celah kekurangan, cacat, pertentangan, dan kontradiksi di dalamnya, hal ini mengindikasikan bahwa Dzat yang mengaturnya satu, Pemiliknya satu dan Tuhannya satu. Andai saja, alam ini mempunyai dua pengatur dan dua pemilik atau lebih dari itu, niscaya aturan geraknya akan carut-marut, tiang-tiangnya akan roboh, kedua-duanya akan saling bertentangan dan berlawanan. Jika salah satu dari keduanya ingin menetapkan suatu pengaturan tertentu, sementara pihak lain tidak menghendakinya, niscaya realisasi keinginan mereka berdua secara sekaligus merupakan bentuk kemustahilan. Dan terealisasinya keinginan salah satu pihak, sementara kehendak yang lain tidak terwujud, menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan pihak yang lain itu. Sedangkan keserasian dua belah pihak pada satu kesepakatan bulat dalam seluruh perkara adalah tidak mungkin juga. Oleh karenanya, menjadi sebuah kepastian bahwa Dzat yang Perkasa yang kehendakNya semata yang dapat terwujudkan (sesuatu) tanpa ada penentang atau penyanggah, Dia adalah Allah جَلَّ جَلالُهُ Yang Mahasatu lagi Mahaperkasa. Karena ini, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan sebuah bentuk dalil tamanu’ (kontradiktif) dengan FirmanNya,
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Allah جَلَّ جَلالُهُ sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya. (Kalau ada tuhan besertaNya) masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha-suci Allah جَلَّ جَلالُهُ dari apa yang mereka sifatkan.” (Al-Mu`minun: 91).
Senada dengan ayat di atas, penggunaan ayat berikut berdasarkan salah satu tafsirannya,
قُلْ لَوْ كَانَ مَعَهُ آلِهَةٌ كَمَا يَقُولُونَ إِذًا لابْتَغَوْا إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلًا * سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا
“Katakanlah, ‘Jikalau ada tuhan-tuhan di sampingNya sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Pemilik ‘Arasy.’ Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.” (Al-Isra`: 42-43).
Karenanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, فَسُبْحَانَ اللَّهِ “Maka Mahasuci Allah,” Dia berlepas diri dan Suci dari segala kekurangan yang mengarah pada kesempurnaanNya رَبُّ الْعَرْشِ “Yang mempunyai ‘Arasy,” yang menjadi atap seluruh makhluk, tempat yang paling luas dan paling agung. Maka, rububiyah (pengaturan) Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap makhluk-makhluk lain yang lebih kecil dari Arasy adalah lebih masuk akal عَمَّا يَصِفُونَ “dari apa yang mereka sifatkan,” yaitu orang-orang yang menentang dan mengingkari, berupa (tindakan) penisbatan anak dan istri bagi Allah, serta kepemilikan sekutu dari segala aspek.
Seandainya pada keduanya, langit dan bumi, ada tuhan-tuhan selain Allah, yang mengelola langit dan bumi sebagaimana dugaan orang-orang kafir, tentu keduanya telah binasa karena perselisihan pengelolaan di antara dua tuhan ini. Dengan demikian, jelaslah kepalsuan dugaan orang kafir yang meyakini ada dua tuhan atau lebih. Mahasuci Allah dengan kesucian yang mutlak, tuhan yang memiliki ‘arsy, dari apa yang mereka sifatkan kepada-Nya dengan tanpa dasar. 23. Dia, Allah, tidak ditanya atau dievaluasi dan dimintai pertanggungja-waban tentang apa yang dikerjakan-Nya terhadap makhluk, karena Allah tuhan yang maha berkuasa, yang kekuasaan-Nya mutlak. Tidak pernah salah atau keliru sedikit pun dalam semua perbuatan-Nya. Tetapi sebaliknya manusia, merekalah yang akan ditanya atau dievaluasi dan dimintai pertanggung jawaban tentang semua yang mereka kerjakan di dunia, baik karena kelemahan atau kebodohan maupun karena dorongan hawa nafsu yang tidak terkendali.
Al-Anbiya Ayat 22 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 22, Makna Al-Anbiya Ayat 22, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 22, Al-Anbiya Ayat 22 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 22
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)