Tafsir Al-Qur’an Surah An-Najm Ayat 39 النجم Lengkap Arti Terjemah Indonesia

{52} At-Thur / الطور الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ القمر / Al-Qamar {54}

Tafsir Al-Qur’an Surat An-Najm النجم (Bintang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 53 Tafsir ayat Ke 39.

Al-Qur’an Surah An-Najm Ayat 39

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾

wa al laisa lil-insāni illā mā sa’ā

QS. An-Najm [53] : 39

Arti / Terjemah Ayat

dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,

Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia)

(Yaitu) bahwa sesungguhnya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan dosanya (juga) tidak akan dipikul oleh orang lain. Sesungguhnya seorang manusia tidak mendapatkan balasan selain perbuatan yang telah diusahakannya.

Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azhim)

Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (An-Najm: 39)

Yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali dari apa yang diupayakan oleh dirinya sendiri.

Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Al-Qur’an yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil upayanya. Karena itulah maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan hal ini, tidak memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, tidak pula memberi mereka petunjuk kepadanya, baik melalui nas hadis maupun makna yang tersirat darinya. Hal ini tidak pernah pula dinukil dari seseorang dari para sahabat yang melakukannya. Seandainya hal ini (bacaan Al-Qur’an untuk mayat) merupakan hal yang baik, tentulah kita pun menggalakkannya dan berlomba melakukannya.

Pembahasan mengenai amal taqarrub itu hanya terbatas pada apa-apa yang digariskan oleh nas-nas syariat, dan tidak boleh menetapkannya dengan berbagai macam hukum analogi dan pendapat mana pun. Akan tetapi, berkenaan dengan doa dan sedekah (yang pahalanya dihadiahkan buat mayat), maka hal ini telah disepakati oleh para ulama, bahwa pahalanya dapat sampai kepada mayat, dan juga ada nas dari syariat yang menyatakannya.

Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah r.a.. yang menyebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:

Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah sesudah kepergiannya atau ilmu yang bermanfaat.

Ketiga macam amal ini pada hakikatnya dari hasil jerih payah yang bersangkutan dan merupakan buah dari kerjanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis:

Sesungguhnya sesuatu yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil upayanya dan sesungguhnya anaknya merupakan hasil dari upayanya.

Sedekah jariyah, seperti wakaf dan lain sebagainya yang sejenis, juga merupakan hasil upaya amal dan wakafnya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ telah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yasin: 12)

Ilmu yang dia sebarkan di kalangan manusia, lalu diikuti oleh mereka sepeninggalnya, hal ini pun termasuk dari jerih payah dan amalnya. Di dalam kitab sahih disebutkan:

Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi-pahala mereka barang sedikit pun.

Tafsir as-Sa’di (Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan)

38-41. Terdapat berbagai hukum dalam lembaran-lembaran itu, di antara yang terpenting adalah yang disebutkan Allah dalam FirmanNYa, “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” Artinya, setiap orang akan menanggung akibat amalannya, baik maupun buruk. Setiap orang tidak akan mendapatkan balasan apa pun dari amalan orang lain dan tidak menanggung dosa siapa pun.

“dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),” yakni di akhirat, dan kebaikan akan dipisahkan dari keburukan, “kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,” yaitu yang mencakup seluruh amal; amalan baik dibalas baik dan amalan buruk dibalas buruk.

Balasan adil uang membuat semua manusia mengakuinya dan memuji Allah atas keadilanNya bahkan penghuni neraka sekalipun pada saat dimasukkan ke dalam neraka, tapi hatinya penuh pujian terhadap Rabb mereka serta mengakui kesempurnaan hikmah Nya dan marah terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengetahui bahwa yang menyebabkan mereka masuk ke dalam tempat kembali yang paling buruk adalah diri mereka sendiri.

Ada yang mengambil dalil dari Firman Allah, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,” dengan berpendapat bahwa amal kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah tidak boleh dihadiahkan kepada orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Menurut mereka, karena Allah berfirman, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,” sampainya usaha orang lain pada seseorang menafikan ayat ini. Cara pengambilan dalil ini perlu dikaji ulang, karena ayat ini menunjukkan, seseorang tidak akan mendapatkan apa pun selain yang telah dikerjakan sendiri, ini memang benar dan tidak perlu diperdebatkan, namun ayat ini tidak menunjukkan bahwa seseorang tidak mendapatkan manfaat dari hasil usaha orang lain jika yang bersangkutan menghadiahkannya pada yang lain. Sama seperti harta, seseorang tidak memiliki harta selain yang dimiliki, hal itu tidak mengharuskan yang bersangkutan tidak memiliki harta yang diberikan oleh orang lain kepadanya di samping harta yang dimilikinya itu.

Tafsir Ringkas Kemenag (Kementrian Agama Republik Indonesia)

39-40. Dan diajarkan pula dalam lembaran-lembaran kitab suci itu bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan usahanya yang baik atau buruk tidak akan dihilangkan. Semua itu kelak akan diperlihatkan kepadanya sehingga ia dapat berbangga dengan kebaikannya dan malu dengan amal buruknya


An-Najm Ayat 39 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Najm Ayat 39, Makna An-Najm Ayat 39, Terjemahan Tafsir An-Najm Ayat 39, An-Najm Ayat 39 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Najm Ayat 39


Tafsir Surat An-Najm Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62