{80} ‘Abasa / عبس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإنفطار / Al-Infitar {82} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Takwir التكوير (Menggulung) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 81 Tafsir ayat Ke 9.
بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ ﴿٩﴾
bi`ayyi żambing qutilat
QS. At-Takwir [81] : 9
karena dosa apa dia dibunuh?
Apabila matahari digulung dan hilang sinarnya. Apabila bintang-bintang berjatuhan lalu hilang cahayanya. Apabila gunung-gunung dihempaskan dari permukaan bumi, sehingga menjadi debu beterbangan. Apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan dan dibiarkan. Apabila binatang-binatang liar dikumpulkan dan dibaurkan, agar Allah membalaskan satu dengan yang lainnya. Apabila lautan dinyalakan, kemudian menjadi api yangbesar dan berkobar. Apabila ruh-ruh dipertemukan dengan yang tubuhnnya. Apabila anak-anak kecil yang dikubur hidup-hidup ditanya pada Hari Kiamat dengan pertanyaan untuk menghiburnya dan membuat menangis orang yang menguburnya, “Karena dosa apakah ia dikubur hidup-hidup?” Apabila catatan-catatan amal disodorkan. Apabila langit dilenyapkan dan dihilangkan dari tempatnya semula. Apabila neraka dinyalakan lalu menyala-nyala. Dan apabila surga didekatkan kepada para penghuninya, yaitu orang-orang yang bertakwa. Apabila semua itu telah terjadi, maka setiap jiwa yakin dan melihat apa yang telah dikerjakannya berupa kebaikan atau keburukan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ}
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (At-Takwir: 8-9)
Demikianlah menurut qiraat jumhur ulama, yakni su’ilat dan al-mau’udah artinya bayi-bayi yang sewaktu masa Jahiliah dikubur hidup-hidup oleh orang-orang tua mereka karena malu mempunyai anak perempuan. Maka kelak di hari kiamat bayi-bayi itu ditanya, atas dosa apakah mereka dibunuh, dimaksudkan sebagai ancaman terhadap para pelakunya. Karena sesungguhnya apabila orang yang teraniaya ditanya, maka terlebih lagi beratnya hukuman yang dikenakan terhadap pelaku aniaya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. (At-Takwir: 8) Yakni bertanya, dengan memakai bentuk aktif, yaitu sa’alat. Hal yang sama dikatakan oleh Abud Duha, yaitu sa’alat yang artinya menuntut balas kematiannya. Diriwayatkan dari As-Saddi dan Qatadah hal yang semisal. Banyak hadis yang menerangkan tentang bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Abul Aswad alias Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal, dari Urwah, dari Aisyah, dari Juzamah binti Wahb saudara perempuan Ukasyah yang mengatakan bahwa ia menghadiri majelis Rasullullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu berada di kalangan banyak orang, dan beliau bersabda: Sesungguhnya aku telah berniat akan melarang gilah, maka aku melihat orang-orang- Romawi dan orang-orang Persia, ternyata mereka melakukan gilah terhadap anak-anak mereka, dan hal tersebut tidak membahayakan anak-anak mereka. – Gilah ialah menyusui di waktu mengandung (pent.).- Kemudian mereka bertanya tentang ‘azl (melakukan orgasme di luar Liang ovum untuk mencegah kehamilan). Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Itu sama dengan perbuatan mengubur anak secara tersembunyi, dan kelak anak perempuan yang dikubur hidup-hidup akan ditanya.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Abu Abdur Rahman Al-Muqri. dari Abdullah ibnu Yazid, dari Sa’id ibnu Abu Ayyub. Ibnu Majah telah meriwayatkannya pula dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yahya ibnu Ishaq As-Sulaihini, dari Yahya ibnu Ayyub. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula dan juga Abu Daud, Turmuzi, danNasai melalui hadis Malik ibnu Anas; ketiga-tiganya dari Abul Aswad dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kapada kami Ibnu ‘Adiy, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya’bi, dari Alqamah, dari Salamah ibnu,Yazid Al-Ju’fi yang mengatakan bahwa aku dan saudaraku berangkat menemui Rasulullah, lalu kami bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu kami yang bernama Mulaikah, dia adalah seorang wanita yang gemar bersilaturahmi dan menghormati tamu, juga melakukan hal-hal lainnya. Dia telah meninggal dunia di masa Jahiliah, maka apakah amal perbuatan kebaikannya itu dapat memberikan sesuatu manfaat bagi dirinya?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Tidak.” Kami bertanya, “Sesungguhnya dia dahulu pernah mengubur hidup-hidup saudara perempuan kami yang baru lahir di masa Jahiliah, apakah hal itu dapat memberi sesuatu manfaat baginya?” (Kalau tidak salah, si penanya dan saudaranya itu baru saja masuk Islam dan belum mengetahui Islam secara mendalam).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Wanita yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup dan anak perempuan yang dikuburnya hidup-hidup kedua-duanya dimasukkan ke dalam neraka, terkecuali jika perempuan yang menguburnya menemui masa Islam (lalu masuk Islam), maka Allah memaafkan perbuatannya.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq dari Alqamah dan Abul Ahwas, dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Wanita yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup dan anak perempuan yang dikuburnya kedua-duanya di dalam neraka.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq Al-Azraq, telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepadaku Khansa binti Mu’awiyah As-Sarimiyyah, dari pamannya yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, siapa sajakah orang yang masuk surga itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Nabi masuk surga, orang yang mati syahid masuk surga, bayi laki-laki masuk surga, dan bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup masuk surga.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Qurrah, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang siapa saja orang yang masuk surga? Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup masuk surga.
Hadis ini mursal dan termasuk di antara hadis-hadis mursal Al-Hasan di antara ahli hadis ada yang mau menerimanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Abdullah Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adani, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, anak-anak kaum musyrik berada di dalam surga; maka barang siapa yang mengira bahwa mereka di dalam neraka, sesungguhnya dia dusta. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (At-Takwir: 8-9)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mau’udah ialah bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak ibnu Harb, dari An-Nu’man ibnu Basyir, dari Umar ibnul Khattab sehubungan dengan makna firman-Nya: apabila bayi-bayi perempuan yang dikiibur hidup-hidup ditanya. (At-Takwir: 8) Bahwa Qais ibnu Asim datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah mengubur hidup-hidup beberapa bayi perempuanku di masa Jahiliah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Merdekakanlah seorang budak untuk tiap anak perempuan yang engkau kubur hidup-hidup itu. Qais ibnu Asim berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah pemilik ternak unta.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sembelihlah seekor unta budnah untuk setiap orang dari mereka.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Abdur Razzaq dalam sanad hadis ini masih diperselisihkan, karena sesungguhnya dia tidak mencatat hadis ini melainkan dari Al-Husain ibnu Mahdi, lalu dari Israil.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula hadis ini, untuk itu ia mengatakan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zahrani melalui surat yang ditujukannya kepadaku, bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, lalu disebutkan hadis yang semisal dengan sanad yang sama, hanya saja dalam riwayat ini disebutkan bahwa Qais ibnu Asim mengatakan, “Aku telah mengubur hidup-hidup delapan bayi perempuanku di masa Jahiliah.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab di akhir kalimatnya: Sembelihlah jika engkau suka seekor unta budnah untuk tiap bayi yang telah engkau kubur hidup-hidup itu.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja’, telah menceritakan kepada kami Qais ibnur Rabi’, dari Al-Agar ibnus Sabah, dari Khalifah ibnu Husain yang mengatakan bahwa Qais ibnu Asim datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mengubur hidup-hidup dua belas orang bayi perempuanku di masa Jahiliah,” atau tiga belas bayi perempuannya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Merdekakanlah budak sebanyak bilangan mereka. Lalu Asim ibnu Qais memerdekakan budak-budak sebanyak bilangan anak-anak perempuannya yang telah ia kubur hidup-hidup di masa Jahiliah. Ketika tahun berikutnya, ia tiba lagi dengan membawa seratus ekor unta, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, inilah sedekah kaumku sebagai kompensasi dari apa yang telah aku lakukan terhadap kaum muslim.” Ali ibnu Abu Thalib mengatakan, “Kami merasa senang dengan ternak unta itu dan kami menamainya Qaisiyyah.”
Ayat 1-14
Maknanya, bila hal-hal besar ini terjadi, manusia akan menjadi jelas perbedaannya (satu sama lain). Masing-masing mengetahui perbuatannya yang telah dilakukan untuk Hari Akhirat serta segala yang dilakukan, baik dan buruknya. Karena ketika Hari Kiamat terjadi, matahari digulung, rembulan dipadamkan cahayanya dan keduanya dlemparkan ke neraka. “Dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” yakni berubah dan berguguran dari garis edarnya. “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan,” yakni berubah menjadi tumpukan pasir yang beterbangan lalu berubah seperti kapas yang berhamburan lalu berubah kemudian menjadi debu beterbangan dan dilenyapkan dari tempatnya. “Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan),” artinya, pada hari itu manusia tidak lagi memperdulikan harta-harta mereka yang berharga yang dulunya mereka pedulikan dan mereka jaga setiap waktu. Lalu datanglah kengerian yang membuat mereka melalaikannya. Allah mengingatkan dengan unta-unta bunting yang merupakan harta paling berharga bagi bangsa Arab kala itu, tapi maknanya berlaku untuk semua barang yang berharga.
“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,” yakni dikumpulkan pada Hari Kiamat agar Allah menghukumi satu sama lain dan semua manusia mengetahui sempurnanya keadilan Allah hingga ia menghukum qishash pada kambing bertanduk untuk kambing yang tidak bertanduk seraya dikatakan padanya,. “Jadilah dabu” “Dan apabila lautan dipanaskan,” yaitu dinyalakan sehingga saking besarnya api yang dinyalakan. “Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),” yakni setiap jiwa yang berbuat disandingkan pada padanannya; yang baik dipertemukan dangan yang baik dan yang keji dipertemukan dengan yang keji. Orang-orang yang beriman dinikahkan dengan bidadari bermata jeli sedangkan orang-orang kafir dinikahkan dengan setan-setan. Hal ini seperti yang disebutkan dalam Firman Allah,
“Orang-orang kafir dibawa ke Neraka Jahanam bergerombol-gerombol.” (Az-Zumar:71)
“Dan orang-orang yang bertakwa dibawa ke surga bergerombol-gerombol.” (Az-Zumar:73).
“Kumpulkanlah orang-orang zhalim dan istri-istri mereka.” (Ash-Shaffat:22).
“dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,” tentang apa yang pernah dilakukan oleh orang-orang jahiliah dengan mengubur hidup-hidup anak perempuan tanpa sebab, hanya karena takut melarat. Ia ditanya , “karena dosa apakah dia dibunuh,” dan sebagaimana diketahui, ia tidak memiliki dosa apapun. Dalam ayat ini terdapat celaan bagi orang yang membunuhnya. “dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia),” yang mencakup semua pekerjaan yang dilakukan orang, baik dan buruknya “dibuka,” dan dibagikan untuk pemiliknya. Ada yang mengambil catatan amalnya dengan tangan kanan, ada yang mengambil dengan tangan kiri dan ada juga yang mengambil dari belakang punggung.
“Dan apabila langit dilenyapkan,” yaitu diilenyapkan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang lain “dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.” (Al-Furqon:25).
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggamannya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Az-Zumar:67).
“Dan apabila Neraka Jahim dinyalakan,” yakni dinyalakan hingga berkobar hebat tidak seperti sedia kala. “Dan apabila surga didekatkan,” yakni didekatkan pada orang-orang yang bertakwa. “maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui,” yaitu masing-masing jiwa karena disebutkan dalam konteks syarat, seperti yang disebutkan dalam Firman Allah,
“Dan mereka menemukan apa yang mereka perbuat hadir.” (Al-Kahfi:49).
Sifat-sifat Hari Kiamat yang disebutkan oleh Allah di atas adalah termasuk sifat-sifat yang menggetarkan jiwa dan semakin memperbesar musibah, membuat badan menggigil, menyebarkan rasa takut, dan mendorong orang-orang yang berakal agar mempersiapkan diri menghadapi hari itu serta melarang mereka melakukan segala sesuatu yang mengundang celaan. Karena itu ada orang salaf berkata, “barangsiapa yang ingin mempersiapkan diri untuk Hari Kiamat, seolah-olah ia telah melihatnya dengan mata kepala, hendaklah merenungkan ayat, “dan apabila matahari digulung.”
8-13. Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan ditanya, karena dosa apa dia dibunuh. Masyarakat jahiliah merasa malu bila mempunyai anak perempuan karena wanita dianggap tidak mempunyai peran apa-apa dalam kehidupan. Untuk menutup rasa malu, mereka rela mengubur anak-anak perempuannya hidup-hidup. Dan apabila lembaran-lembaran yang berisi catatan perbuatan manusia, yang besar maupun yang kecil, dibuka lebar-lebar. Pada saat itu manusia tidak bisa mengelak dari apa yang telah dia perbuat di dunia. Dia yang menerima catatan amal dengan tangan kanan akan berbahagia. Sebaliknya, mereka yang menerima dengan tangan kiri akan celaka. Dan apabila langit dilenyapkan. Langit yang semula menjadi atap bagi penduduk bumi akan dikelupas layaknya kulit binatang dikelupas dari tubuhnya. Dan apabila neraka jahim dinyalakan dengan suhu panas yang tidak terbayangkan. Neraka itu disediakan bagi mereka yang ingkar kepada Allah. Dan apabila surga dengan segala kenikmatannya didekatkan kepada mereka yang beriman dan beramal saleh
At-Takwir Ayat 9 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Takwir Ayat 9, Makna At-Takwir Ayat 9, Terjemahan Tafsir At-Takwir Ayat 9, At-Takwir Ayat 9 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Takwir Ayat 9
Tafsir Surat At-Takwir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)