{39} Az-Zumar / الزمر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فصلت / Fussilat {41} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ghafir غافر (Yang Maha Pengampun) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 40 Tafsir ayat Ke 3.
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ ۖ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ ﴿٣﴾
gāfiriż-żambi wa qābilit-taubi syadīdil-‘iqābi żiṭ-ṭaụl, lā ilāha illā huw, ilaihil-maṣīr
QS. Ghafir [40] : 3
yang mengampuni dosa dan menerima tobat dan keras hukuman-Nya; yang memiliki karunia. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua makhluk) kembali.
Maha Pengampun terhadap dosa orang-orang yang berbuat dosa, Penerima taubat dari orang-orang yang bertaubat, namun hukuman-Nya keras atas siapa yang berani melakukan dosa-dosa, dan tidak mau bertaubat darinya. Dia pemilik karunia dan nikmat atas hamba-hamba-Nya yang taat, tiada sesembahan yang berhak untuk disembah selain-Nya. Hanya kepada-Nya tempat kembali seluruh makhluk di hari perhitungan amal perbuatan, lalu Dia membalas masing-masing orang sesuai dengan haknya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mu’min: 3)
Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 3)
Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50)
Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat dalam Al-Qur’an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan rasa harap dan takut kepada-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Yang mempunyai karunia. (Al-Mu’min: 3)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keluasan dan kecukupan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Yazid ibnul Asam mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai kebaikan yang banyak.
Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia. Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri salah satu pun darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mu’min: 3)
Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia.
Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3)
Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya (Ar-Ra’d:41)
Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq As-Subai’i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah Umar ibnul Khattab, lalu lelaki itu bertanya, “Hai Amirul Mu’minin, sesungguhnya aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?” Maka Umar r.a. membacakan firman-Nya: Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur’an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata kepadanya, “Beramallah, janganlah kamu berputus asa.”
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini, juga Ibnu Jarir, sedangkan teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja’far ibnu Barqan, dari Yazid Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh). Dia biasa menghadap kepada Khalifah Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, “Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan bin Anu?” Orang-orang menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin, dia sekarang gemar minum-minuman ini (khamr).” Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya (sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, “Tulislah, dari Umar ibnul Khattab kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat serta sangat keras hukuman-Nya Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan.” Setelah itu Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka, semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Ketika surat itu sampai kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca berulang-ulang, lalu berkata, “Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat, Yang sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku.”
Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na’im melalui hadis Ja’far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu. Ketika beritanya sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, “Cara inilah yang harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia, teguhkanlah hatinya, dan mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus’ab ibnuz Zubair r.a. di daerah pedalaman Kufah. Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mu’min hingga sampai pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3). Tiba-tiba ada seorang lelaki di belakangku yang mengendarai bagal berbulu blonde dengan mengenakan pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan, “Yang Mengampuni dosa, ” maka katakanlah olehmu, “Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa, ampunilah bagiku dosa-dosaku.” Dan jika engkau katakan, “Yang Menerima tobat, ” maka katakanlah olehmu, “Ya Tuhan Yang Menerima tobat, terimalah tobatku.” Dan jika engkau katakan, “Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, “Ya Tuhan Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku.” Maka aku menoleh ke belakang, dan ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, “Apakah kalian melihat seorang lelaki yang mengenakan kain burdah yamani?” Mereka menjawab, “Kami tidak melihat seorang pun.” Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas a.s.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
1-3. Allah subhnahu wata’ala mengabarkan tentang kitab-Nya yang agung, yaitu bahwa sesungguhnya ia berasal dan diturunkan dari sisi Allah yang berhak dipuja dan disembah, karena kemahasempurnaan-nya dan keesaan-Nya dalam segala perbuatan-Nya.
“Yang Maha Perkasa” yang dengan keperkasaan-Nya Dia menundukan semua makhluk.
“Yang Maha Mengetahui” segala sesuatu. “yang Mengampuni dosa” dari orang-orang yang berbuat dosa. “Dan Menerima taubat” dari orang-orang yang betaubat. “Lagi keras hukuman-Nya” terhadap siapa saja yang lancang berbuat dosa dan tidak bertaubat darinya. “yang mempunyai karunia”, maksudnya, pemilik karunia dan kebaikan yang menyeluruh.
Setelah Allah menetapkan sebagian dari kemahasempurnaan-Nya, dan hal itu memastikan bahwa hanya Dia saja yang berhak disembah, yang amal ibadah hanya dimurnikan untuk-Nya, maka karena itu Dia kemudian berfirman, “Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Hanya kepada-Nya lah (semua makhluk) kembali.”
Sisi korelasi penyebutan turunnya al-Quran dari sisi Allah yang mempunyai sifat-sifat tersebut tadi adalah bahwa sifat-sifat tersebut memastikan seluruh makna yang terkandung di dalam al-Quran. Karena itu, sesungguhnya al-Quran boleh jadi adalah informasi tentang nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Allah, dan ini adalah nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan
dan boleh jadi informasi tentang hal yang gaib yang telah lalu dan yang akan datang, dan ini adalah pemberitahuaan dari yang Maha Mengetahui kepada hamba-hamba-Nya.
Boleh jadi pula informasi tentang karunia-karunia-Nya yang sangat besar dan nikmat-nikmatNya yang luar biasa dan segala perintah yang mengantarkan kepada nikmat tersebut. Yang demikian ini ditunjukan oleh firmanNya “Yang mempunyai karunia”.
Boleh jadi juga informasi tentang hukumannya yang sangat keras dan hal apa saja yang menyebabkan dan memastikan dari berbagai perbuatan maksiat. Hal ini ditunjukan oleh firmanNya “yang amat keras hukumanNya”.
Boleh jadi juga seruan kepada orang-orang yang berdosa untuk bertaubat, berinabah dan memohon ampunan (kepada Allah). Ini diisyaratkan oleh firmanNya, “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukumanNya”.
Boleh jadi juga ini informasi bahwa hanya Dia yang berhak diibadahi dan disembah, kemudian berbagai dalil aqli dan naqli dikemukakan untuknya, himbauan untuk beribadah kepadaNya dan larangan beribadah kepada selain Dia, serta penegakan argument-argumen naqli dan aqli terhadap ketidak benaran penyembahan kepada selain Allah itu serta ancaman nya. itulah sebabnya Dia berfirman, “Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia”.
Serta boleh jadi juga informasi tentang balsanNya yang sangat adil dan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik serta siksaan bagi orang-orang yang durhaka. Hal ini diisyaratkan oleh firmanNya, “Hanya kepadaNya-lah (semua makhluk) kembali.”
Itulah yang dicakup di dalam al-Quran berupa al-Matholib al-‘Aliyah (nilai-nilai yang luhur).
Dia Allah yang maha pengampun, mengampuni dosa dan menerima tobat bagi orang yang mau memohon ampunan dan bertobat, dan pada waktu yang bersamaan juga sangat keras hukuman-Nya; serta dia juga yang memiliki karunia. Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain dia. Hanya kepada-Nya saja-lah semua makhluk kembali. 4. Adalah suatu keniscayaan bahwa tidak ada orang yang memperdebatkan tentang kebenaran dari ayat-ayat Allah dengan tujuan memperolok-olokkan atau menimbulkan keraguan terhadapnya, kecuali apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engkau wahai nabi Muhammad tertipu oleh keberhasilan usaha mereka yang menghasilkan berbagai kesenangan yang mereka peroleh di seluruh negeri.
Ghafir Ayat 3 Arab-Latin, Terjemah Arti Ghafir Ayat 3, Makna Ghafir Ayat 3, Terjemahan Tafsir Ghafir Ayat 3, Ghafir Ayat 3 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ghafir Ayat 3
Tafsir Surat Ghafir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)