{48} Al-Fath / الفتح | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | ق / Qaf {50} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hujurat الحجرات (Kamar-Kamar) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 49 Tafsir ayat Ke 14.
۞ قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَـٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴿١٤﴾
qālatil-a’rābu āmannā, qul lam tu`minụ wa lāking qụlū aslamnā wa lammā yadkhulil-īmānu fī qulụbikum, wa in tuṭī’ullāha wa rasụlahụ lā yalitkum min a’mālikum syai`ā, innallāha gafụrur raḥīm
QS. Al-Hujurat [49] : 14
Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Berkata orang Arab Badui, “Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan keimanan yang sempurna.” Katakanlah olehmu, wahai Nabi (Muhammad), kepada mereka, “Janganlah kalian menganggap diri kalian itu sudah beriman secara sempurna, akan tetapi ucapkanlah, kami telah berserah diri, karena keimanan belum masuk ke dalam hati kamu. Akan tetapi jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah tidak akan mengurangi dari pahala amalanmu sedikit pun.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi orang yang tobat dari dosa-dosanya, Maha Penyayang kepadanya. Di dalam ini terdapat teguran bagi orang yang menampakkan keimanan, sementara antara mengikuti sunnah dan amalannya saling bertolak belakang.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, mengingkari orang-orang Arab Badui yang baru saja masuk Islam, lalu mereka mengiklankan dirinya beriman, padahal iman masih belum meresap ke dalam hati mereka.
Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk,’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 14)
Dari makna ayat ini dapat disimpulkan bahwa iman itu pengertiannya lebih khusus daripada Islam, seperti yang dikatakan oleh mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pengertian ini diperkuat dengan adanya hadis Jibril a.s. ketika ia bertanya (kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tentang Islam, kemudian iman, dan terakhir tentang ihsan. Dalam pertanyaannya itu ia memulai dari yang umum, kemudian kepada yang khusus, lalu kepada yang lebih khusus lagi.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Amir ibnu Sa’d ibnu Waqqas, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberi bagian kepada banyak laki-laki, tetapi tidak memberi seseorang dari mereka barang sedikit pun. Maka Sa’d ibnu Abu Waqqas r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau telah memberi Fulan dan Fulan, tetapi engkau tidak memberi si Fulan barang sedikit pun, padahal dia seorang mukmin?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ balik bertanya, “Bukankah dia seorang muslim?” Sa’d mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali, dan selalu dijawab oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan pertanyaan, “Bukankah dia seorang muslim?” Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya aku benar-benar memberi bagian kepada banyak laki-laki dan aku tinggalkan seseorang yang lebih aku sukai daripada mereka (yang kuberi bagian) tanpa memberinya sesuatu pun, karena aku merasa khawatir bila kelak Allah akan menyeret mereka ke dalam neraka dengan muka di bawah.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan sanad yang sama.
Dalam hadis ini Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membedakan antara orang mukmin dan orang muslim; hal ini menunjukkan bahwa pengertian iman itu lebih khusus daripada Islam. Kami telah menerangkan hal ini berikut dalil-dalilnya dalam syarah Imam Bukhari Kitabul Iman.
Hadis di atas menunjukkan pula bahwa lelaki yang tidak diberi bagian itu adalah seorang muslim, bukan seorang munafik, dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak memberinya sesuatu bagian pun karena beliau percaya dengan keislaman dan keimanannya yang telah meresap ke dalam hatinya. Hal ini menunjukkan pula bahwa orang-orang Arab Badui yang disebutkan dalam ayat ini bukan pula orang-orang munafik; mereka adalah orang-orang muslim, tetapi iman masih belum meresap ke dalam hati mereka. Ketika mereka mengakui bahwa dirinya telah mencapai suatu tingkatan yang pada hakikatnya mereka masih belum mencapainya, maka diberi-Nyalah mereka pelajaran etika. Pengertian inilah yang dimaksudkan oleh Ibnu Abbas r.a., Ibrahim An-Nakha’i, dan Qatadah, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.
Sesungguhnya kami kemukakan pendapat ini untuk menyanggah apa yang telah dikatakan oleh Imam Bukhari rahimahullah yang berpendapat bahwa orang-orang Arab Badui itu adalah orang-orang munafik yang mengaku-aku dirinya beriman, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Telah diriwayatkan dari Sa’id ibnu Jubair, Mujahid, dan Ibnu Zaid, bahwa mereka telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk.’ (Al-Hujurat: 14) Yakni kami tunduk dan patuh karena takut dibunuh atau ditawan.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Asad ibnu Khuzaimah.
Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu kaum yang mengakui dirinya berjasa kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ karena mereka mau beriman.
Tetapi pendapat yang sahih adalah pendapat yang pertama yang mengatakan bahwa mereka adalah suatu kaum yang mendakwakan dirinya menduduki tingkatan iman, padahal iman masih belum meresap ke dalam hati mereka. Maka mereka diberi pelajaran etika dan diberi tahu bahwa sesungguhnya tingkatan iman yang sebenarnya masih belum mereka capai.
Sekiranya mereka itu orang-orang munafik, tentulah mereka dikatakan dengan nada yang keras dan dipermalukan, seperti penuturan perihal orang-orang munafik dalam surat At-Taubah. Dan sesungguhnya hal ini dikatakan kepada mereka hanyalah semata-mata untuk mendidik mereka, yaitu firman-Nya:
Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk, ‘ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 14)
Yaitu kalian masih belum mencapai hakikat iman, kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia tiada mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu. (Al-Hujurat: 14)
Dia tidak akan mengurangi pahala amalanmu barang sedikit pun, semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (Ath-Thur: 21)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat: 14)
Yakni kepada orang yang bertobat dan kembali kepada (jalan)-Nya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan tentang perkataan orang-orang Arab badui. Mereka adalah orang-orang yang masuk Islam di masa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَtanpa disertai pengetahuan dan tidak menunaikan kewajiban dan tuntutan keimanan, meski demikian mereka mengklaim seraya berkata, آمَنَّا “Kami telah beriman,” dengan keimanan yang sempurna yang memenuhi semua perkaranya. Inilah maksud dari perkataan mereka. Maka Allah memerintahkan RasulNya untuk membantah mereka, {قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا} “Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman’.” Artinya, janganlah kalian mengklaim kedudukan iman yang sempurna pada diri kalian, baik secara lahir maupun batin, {وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا} “tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’,” yaitu telah masuk dalam Islam dan cukupkan pada batas itu, {و} “dan,” penyebab hal itu adalah karena {لَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ} “Iman itu belum masuk ke dalam hatimu.” Kalian hanya baru masuk Islam karena takut atau mengharap sesuatu dan lainnya yang menjadi penyebab keimanan kalian, karena itulah pancaran keimanan belum merasuk ke dalam hati kalian.
Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ, {لَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ} “Iman itu belum masuk ke dalam hatimu,” yakni pada waktu kalian mengutarakan pembicaraan ini.
Dalam ayat ini terdapat isyarat tentang hal ihwal mereka setelah itu, sebab tidak sedikit dari mereka yang diberi keimanan hakiki oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ serta berjihad di jalanNya, {وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ} “dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya,” dengan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, {لا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا} “Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu.” Yakni, tidak menguranginya sebesar biji atom pun, justru Allah جَلَّ جَلالُهُ akan menyempurnakannya untuk kalian sehingga kalian tidak akan kehilangan pahala amalan yang besar maupun yang kecil.
{إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} “Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Yakni, Maha Pengampun terhadap orang yang bertaubat dan kembali padaNya serta Maha Penyayang padanya karena taubatnya diterima.
Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah adalah orang yang paling bertakwa, ayat ini menjelaskan hakikat iman yang melekat pada orang yang bertakwa. Ayat ini dikemukakan dalam konteks penjelasan terhadap serombong-an orang-orang Badui yang datang kepada Nabi yang menyatakan bahwa mereka telah beriman dengan benar. Orang-orang Arab Badui berkata kepadamu, ?Kami telah beriman.? Allah menegaskan melalui firman-Nya, Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, ?Kamu belum beriman sebab hati kamu belum sepenuhnya percaya, dan perbuatan kamu belum mencerminkan iman sesuai apa yang kamu katakan tetapi katakanlah ?Kami telah tunduk kepadamu.’ Ucapan se-perti itu lebih pantas kamu katakan, karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun kepada orang yang bertobat, Maha Penyayang kepada orang yang taat.? 15. Selanjutnya ayat ini menjelaskan siapa yang benar-benar sempurna imannya. Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah me-reka yang beriman kepada Allah dan meyakini semua sifat-sifat-Nya dan membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Kemudian dalam berlalunya waktu mereka tidak ragu-ragu sedikitpun dan tidak goyah pendiriannya dan mereka berjihad dengan menye-rahkan harta dan me-ngorbankan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam ucapan dan perbuatan mereka.
Al-Hujurat Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hujurat Ayat 14, Makna Al-Hujurat Ayat 14, Terjemahan Tafsir Al-Hujurat Ayat 14, Al-Hujurat Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hujurat Ayat 14
Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)