{16} An-Nahl / النحل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الكهف / Al-Kahfi {18} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra الإسراء (Memperjalankan Di Waktu Malam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 17 Tafsir ayat Ke 76.
وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا ۖ وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلَافَكَ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٧٦﴾
wa ing kādụ layastafizzụnaka minal-arḍi liyukhrijụka min-hā wa iżal lā yalbaṡụna khilāfaka illā qalīlā
QS. Al-Isra [17] : 76
Dan sungguh, mereka hampir membuatmu (Muhammad) gelisah di negeri (Mekah) karena engkau harus keluar dari negeri itu, dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal (di sana), melainkan sebentar saja.
Sungguh orang-orang kafir hampir mengusirmu dari Makkah dengan cara mereka mengganggumu. Seandainya mereka mengusirmu darinya, maka mereka tidak akan berdiam di sana setelah kepergianmu melainkan sebentar saja, hingga mereka ditimpa azab yang disegerakan.
Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, ketika mereka memberikan saran kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk tinggal di negeri Syam yang merupakan negeri para nabi dengan meninggalkan kota Madinah yang ditempatinya saat itu. Pendapat ini dinilai lemah karena ayat ini jelas ayat Makkiyyah, sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tinggal di Madinah sesudah itu.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, sesungguhnya ayat ini diturunkan di Tabuk. Akan tetapi, kesahihan pendapat ini masih perlu dipertimbangkan.
Imam Baihaqi dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Al-Asam, dari Ahmad ibnu Abdul Jabbar Al-Utaridi, dari Yunus ibnu Bukair, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam bahwa di suatu hari orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mereka berkata, “Hai Abul Qasim, jika engkau benar seorang nabi, maka pergilah ke negeri Syam, karena sesungguhnya negeri Syam adalah tanah Mahsyar dan tempat tinggal para nabi.” Ternyata apa yang dikatakan oleh mereka itu dibenarkannya. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat ke Medan Tabuk dengan tujuan tiada lain adalah negeri Syam. Setelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sampai di Medan Tabuk, Allah menurunkan kepadanya beberapa ayat surat Al-Isra setelah surat Al-Isra khatam, yaitu mulai dari firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri(mu) untuk mengusirmu darinya. (Al Israa’:76) Sampai dengan firman-Nya: suatu perubahan pun. (Al Israa’:77) Maka Allah memerintahkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk kembali ke Madinah, dan Allah berfirman, “Di Madinahlah tempat hidupmu dan tempat kematianmu, serta di Madinahlah engkau akan dibangkitkan.”
Sanad hadis ini masih perlu dipertimbangkan kesahihannya, tetapi yang jelas pendapat ini tidak benar, karena sesungguhnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan perang di Medan Tabuk bukan karena anjuran orang-orang Yahudi, melainkan menaati perintah Allah yang disebutkan melalui firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu. (At Taubah:123)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang di haramkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (At Taubah:29)
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerangi mereka di Tabuk untuk melakukan pembalasan atas gugurnya sebagian dari para sahabat dalam perang Mu’tah.
Seandainya hadis tadi sahih, tentulah semakna dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Aqirah ibnu Ma’dan, dari Salim ibnu Amir, dari Abu umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu Mekah, Madinah, dan Syam.
Al-Walid mengatakan, yang dimaksud dengan Syam ialah Baitul Maqdis. Akan tetapi tafsir yang mengatakan di Tabuk adalah lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh Al-Walid yang menyatakan di Baitul Maqdis.
Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini di turunkan berkenaan dengan orang-orang kafir Quraisy manakala mereka bertekad untuk mengusir Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari kampung halaman mereka. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengancam mereka dengan menurunkan ayat ini. Jika mereka mengusir Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sesudah itu tentulah mereka tidak akan lama lagi dapat tinggal di Mekah. Dan memang demikianlah kejadiannya, karena sesungguhnya sesudah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berhijrah meninggalkan mereka setelah mengalami tekanan yang sangat berat dari pihak mereka, maka dalam masa satu setengah tahun berikutnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mempertemukan mereka dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Medan Badar tanpa diduga-duga oleh mereka. Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atas mereka, sehingga banyak dari kalangan pemimpin mereka yang terhormat gugur dan yang lainnya ditawan.
Karena itulah disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami., hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, demikianlah ketetapan Kami terhadap orang-orang yang kafir kepada rasul-rasui Kami dan yang menyakitinya dengan mengusirnya dari tempat tinggal mereka, Allah menurunkan azab terhadap mereka. Seandainya saja Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bukanlah rasul pembawa rahmat, tentulah mereka akan ditimpa pembalasan di dunia ini dengan azab yang tak pernah dialami oleh seorang manusia pun. Dalam suatu ayat disebutkan oleh firman-Nya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. (Al Anfaal:33), hingga akhir ayat.
(76-77) وَاِنْ كَادُوْا لَيَسْتَفِزُّوْنَكَ مِنَ الْاَرْضِ لِيُخْرِجُوْكَ مِنْهَا “Dan sesungguh-nya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu darinya,” karena kebencian mereka dengan keber-adaanmu bersama mereka. Hampir saja mereka mengusirmu dan menyingkirkanmu dari negeri (Makkah). Seandainya mereka mela-kukannya, niscaya mereka tidak akan lama bertahan di negeri itu, hingga azab menimpa mereka. Itu adalah sunnatullah yang tidak pernah berubah dan berganti pada setiap umat. Setiap umat yang mendustakan dan mengusir RasulNya, niscaya Allah akan menye-gerakan azab bagi mereka. Oleh karenanya, tatkala orang-orang kafir itu membuat makar terhadap RasulNya dan mengusirnya, maka tidaklah mereka mampu bertahan kecuali sebentar saja sampai akhirnya Allah membinasakan mereka di perang Badar, menewas-kan tokoh-tokoh mereka dan mencerai-beraikan kekuatan mereka. BagiNya-lah semua pujian.
Dalam ayat ini terdapat dalil betapa besarnya kebutuhan se-orang hamba kepada peneguhan hati oleh Allah. [Sudah seharus-nya] dia senantiasa meminta, supaya Allah meneguhkan hatinya di atas keimanan dengan tetap melakukan segala usaha yang menghan-tarkan kepadanya. Karena Nabi saja –padahal beliau adalah insan yang paling sempurna– (diberi peneguhan hati oleh Allah. Ed). Allah berfirman kepada beliau, وَلَوْلَآ اَنْ ثَبَّتْنٰكَ لَقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَيْهِمْ شَيْـًٔا قَلِيْلًا ۙ ﮊ “Dan kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,” lalu bagaimana dengan selain beliau?
Dalam ayat ini terdapat tindakan Allah mengingatkan Rasul-Nya terhadap karunia dan penjagaanNya dari keburukan. Hal ini menunjukkan bahwasanya Allah mencintai hamba-hambaNya, yang menyadari curahan kenikmatan pada mereka di kala muncul sebab-sebab keburukan dalam bentuk penjagaan dariNya dan keteguhan di atas keimanan.
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya semakin tinggi kedudukan seorang hamba dan semakin banyak nikmat yang dia dapatkan dari Allah, maka semakin besar pula dosa dan tingkat kejahatannya apabila dia melakukan perbuatan yang tercela. Karena Allah telah mengingatkan RasulNya, seandainya beliau melakukan-nya –dan itu tidak mungkin terjadi– dengan FirmanNya, اِذًا لَّاَذَقْنٰكَ ضِعْفَ الْحَيٰوةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيْرًا “Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.”
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya apabila Allah menghendaki kehancuran suatu umat, maka kejahatannya akan berlipat-lipat, membesar dan semakin menjadi-jadi, sampai akhir-nya jatuhlah keputusan dari Allah atas mereka, maka Allah menim-pakan hukuman itu kepada mereka, sebagaimana itu sudah men-jadi sunnatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu apabila mereka mengusir RasulNya.
Dan sungguh, mereka orang-orang kafir itu hampir membuatmu wahai nabi Muhammad gelisah di negeri mekah karena mereka menyuruh engkau harus keluar dari negeri itu, akan tetapi Allah mencegahnya sehingga tidak terlaksana keinginan orang-orang kafir itu, dan kalau terjadi demikian, yakni jika mereka benar-benar mengusirmu dari mekah niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal di sana melainkan sebentar saja, kemudian mereka akan hancur binasa. Yang demikian itu, yakni kehancuran bagi umat yang mengusir para rasul kami dari negerinya, merupakan ketetapan bagi para rasul kami yang kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan kami. Setiap umat yang mengusir para rasul dari negerinya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Demikianlah ketetapan Allah yang ditetapkan, dan tidak ada perubahan bagi ketetapan itu selamalamanya.
Al-Isra Ayat 76 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Isra Ayat 76, Makna Al-Isra Ayat 76, Terjemahan Tafsir Al-Isra Ayat 76, Al-Isra Ayat 76 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Isra Ayat 76
Tafsir Surat Al-Isra Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)