{90} Al-Balad / البلد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الليل / Al-Lail {92} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syams الشمس (Matahari) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 91 Tafsir ayat Ke 10.
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا ﴿١٠﴾
wa qad khāba man dassāhā
QS. Asy-Syams [91] : 10
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
Allah bersumpah demi matahari, dan demi siangnya serta cahayanya di waktu dhuha, demi bulan apabila mengiringinya ketika terbit dan terbenam, demi siang apabila menghilangkan dan menyingkapkan kegelapan, demi malam apabila menutupi bumi sehingga apa yang ada di permukaannya menjadi gelap, demi langit dan bangunannya yang kokoh, demi bumi dan penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaan Allah pada penciptaannya untuk menunaikan tugasnya. Kemudian Allah menjelaskan kepadanya jalan keburukan dan kebaikan. Beruntunglah orang yang menyucikan jiwa dan menumbuhkannya dengan kebaikan. Dan merugilah orang yang menutupi jiwanya dalam kemaksiatan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)
Takwil makna ayat dapat dikatakan bahwa sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan dirinya dengan taat kepada Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah, dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang hina. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Mujahid, Ikrimah, dan Sa’id ibnu Jubair. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-Ala: 14-15)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 10)
Yakni membenamkannya, menguburnya, dan menghinakannya dengan tidak mengikuti jalan petunjuk, hingga terjerumuslah dia ke dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dapat juga makna ayat ditakwilkan dengan pengertian berikut, bahwa beruntunglah orang yang jiwanya dibersihkan oleh Allah, dan merugilah orang yang jiwanya ditakdirkan kotor oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Aufi dan Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku dan Abu Zur’ah, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Abu Malik alias Amr ibnul Haris, dari Amr ibnu Hisyam, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. (Asy-Syams: 9) Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Beruntunglah jiwa orang yang di sucikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Malik dengan sanad yang sama. Juwaibir yang disebutkan dalam perawi hadis ini adalah Ibnu Sa’id, orangnya berpredikat matruk, dan lagi Ad-Dahhak belum pernah bersua dengan Ibnu Abbas.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bila bacaannya sampai pada ayat ini, yaitu firman-Nya: dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams: 7-8)
Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghentikan bacaannya, lalu berdoa:
Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya, Engkau adalah Yang Memiliki dan Yang Menguasainya, dan (Engkau) adalah sebaik-baik yang menyucikannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Humaid Al-Madani, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdullah Al-Umawi, telah menceritakan kepada kami Ma’an ibnu Muhammad Al-Gifari, dari Hanzalah ibnu Ali Al-Aslami, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams: 8)
Lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa:
Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya; dan sucikanlah jiwaku, Engkau sebaik-baik yang menyucikannya, Engkau Pemiliknya dan Yang Menguasainya.
Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Saleh ibnu Sa’id, dari Aisyah r.a., bahwa ia merasa kehilangan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di tempat peraduannya, lalu ia mencarinya dengan meraba-rabakan tangannya (dalam kegelapan malam), dan tangannya memegang diri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu sedang melakukan sujud seraya berdoa:
Ya Tuhanku, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikannya dan Engkan adalah Yang Memiliki dan Yang Menguasainya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Asim Al-Ahwal, dari Abdullah ibnul HariS, dari Zaid ibnu Arqam yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ acapkali mengucapkan doa berikut:
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, kepikunan, sifat pengecut, sifat kikir, dan azab kubur. Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikannya, Engkau adalah Pemilik dan Yang Menguasainya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah kenyang (puas), dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak diperkenankan.
Ibnu Zaid mengatakan, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengajarkan kepada kami doa-doa tersebut, dan sekarang kami mengajarkannya kepada kalian. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu’awiyah, dari Asim Al-Ahwal, dari Abdullah ibnul HariS dan Abu Usman An-Nahdi, dari Zaid ibnu Arqam dengan lafaz yang sama.
9-10. “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,” yakni, menyucikan dirinya dari berbagai dosa, membersihkannya dari berbagai aib, dan meningkatkannya dengan ketaatan dan ilmu yang bermanfaat serta amal baik. “Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” yakni, menyembunyikan jiwanya yang mulia yang tidak sebenarnya dengan menghempaskannya dan menyembunyikannya dengan kekotoran, kerendahan, dan mendekatkannya dengan berbagai aib dan dosa, meninggalkan sesuatu yang bisa menyempurnakan dan menumbuhkannya, serta menggunakan sesuatu yang memperkeruh dan mengotorinya.
Dan sungguh rugi orang yang menutupi kemuliaan jiwa itu, mengotorinya dengan sifat-sifat buruk, dan mematikan potensinya untuk berbuat baik. Dengan melakukan hal itu, manusia tidak malu lagi berperilaku buruk, berbuat dosa, dan merugikan orang lain. 11. Kaum samud, yang dahulu tinggal di sebelah selatan madinah, adalah contoh manusia yang mengotori jiwa dengan kekafiran dan maksiat. Kaum ‘amud telah mendustakan rasulnya, yaitu nabi saleh, karena mereka melampaui batas dalam keingkaran terhadap ajakan nabi mereka dan melakukan tindakan yang penuh dosa.
Asy-Syams Ayat 10 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syams Ayat 10, Makna Asy-Syams Ayat 10, Terjemahan Tafsir Asy-Syams Ayat 10, Asy-Syams Ayat 10 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syams Ayat 10
Tafsir Surat Asy-Syams Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)