{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 68.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ ﴿٦٨﴾
wa nufikha fiṣ-ṣụri fa ṣa’iqa man fis-samāwāti wa man fil-arḍi illā man syā`allāh, ṡumma nufikha fīhi ukhrā fa iżā hum qiyāmuy yanẓurụn
QS. Az-Zumar [39] : 68
Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).
Dan sangkakala ditiup, maka matilah semua yang ada di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk tidak mati. Kemudian malaikat menuipnya untuk kedua kalianya sebagai tanda kehidupan seluruh makhluk untuk bangkit menghadapi hisab di depan Rabb mereka. Maka mereka pun bangkit dari kubur-kubur mereka melihat apa yang hendak Allah perbuat terhadap mereka?
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang kengerian yang terjadi pada hari kiamat berikut terjadinya tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar dan gempa yang dahsyat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68)
Ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga yang paling akhir mati adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya, kemudian Dia berfirman:
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)
sebanyak tiga kali. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab sendiri pertanyaan-Nya itu:
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Yakni hanya Aku sematalah Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Aku telah putuskan fana terhadap segala sesuatu. Kemudian Allah menghidupkan makhluk-Nya, dan yang mula-mula Dia hidupkan adalah Malaikat Israfil, lalu Dia memerintahkan kepadanya agar melakukan tiupan lain pada sangkakala, yaitu tiupan yang ketiga alias tiupan berbangkit. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az-Zumar: 68)
Yaitu mereka menjadi hidup kembali yang sebelumnya masih berupa tulang belulang yang telah hancur berantakan, lalu mereka menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi di hari kiamat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi’at: 13-14)
yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari An-Nu’man ibnu Salim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ya’qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Amr r.a., “Sesungguhnya engkau mengatakan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai ada anu dan anu.” Abdullah ibnu Amr menjawab, “Sesungguhnya aku telah berniat tidak akan menceritakan kepada kalian sesuatu pun tentangnya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan hanyalah bahwa kelak tidak lama lagi kalian akan menyaksikan peristiwa yang besar.” Kemudian Abdullah ibnu Amr r.a. melanjutkan, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Dajjal akan muncul di kalangan umatku dan tinggal di kalangan mereka selama empat puluh —perawi tidak ingat apakah yang dimaksud empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun, ataukah empat puluh malam— Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengirimkan Isa putra Maryam a.s. seakan-akan rupanya seperti Urwah ibnu Mas’ud As- Saqafi, lalu Isa mengalahkan Dajjal dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun sesudah Isa, tanpa ada suatu persengketaan pun di antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan suatu angin yang sejuk dari arah Syam, maka tiada seorang pun yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar zarrah pun melainkan angin itu mencabut nyawanya. Hingga sekalipun seseorang dari mereka sedang berada di dalam sebuah gunung, niscaya angin itu menyusup ke dalamnya dan mengenainya. Abdullah ibnu Amr menegaskan bahwa ia mendengarnya dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia melanjutkan: Dan yang tertinggal adalah orang-orang yang jahat saja, gerakan mereka sangat ringan seperti burung dan pikiran mereka seperti serigala; mereka tidak mengenal hal yang makruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar. Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Maka setan menampakkan dirinya kepada mereka, lalu berkata, “Ingatlah, kalian harus mengikuti perintahku!” Lalu setan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala, maka mereka menyembahnya. Sedangkan mereka yang dalam keadaan demikian itu rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka membaik. Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan langsung mati saat itu juga dalam keadaan apa pun. Dan mula-mula orang yang mendengarnya adalah seorang lelaki yang sedang memlester kolamnya, maka ia mati. Dan tiada seorang pun melainkan mati. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengirimkan atau menurunkan hujan yang rintik-rintik atau hujan lebat —An-Nu’man alias perawi ragu—. Maka muncullah karenanya jasad-jasad manusia. Kemudian sangkakala ditiup lagi, maka dengan serta merta mereka berdiri melihat. Kemudian dikatakan, “Hai manusia, kemarilah kalian menghadap kepada Tuhan kalian, dan berhentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya.” Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Kemudian dikatakan (kepada para malaikat), “Bangkitkanlah golongan orang-orang yang masuk neraka!” Ditanyakan, “Berapa jumlah mereka?” Dijawab, “Dari setiap seribu orang adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban, dan pada hari itu betis disingkapkan.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Hadis Abu Hurairah r.a.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Gayyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tenggang masa di antara dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak mau mengatakannya.” Mereka bertanya, “Apakah empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak mau mengatakannya.” Mereka bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah empat puluh bulan?” Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak mau mengatakannya. Dan segala sesuatu dari manusia itu hancur kecuali tulang ekornya, karena darinya manusia diciptakan kembali.”
Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu’in, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Umar ibnu Muhammad, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda bahwa beliau pernah bertanya kepada Jibril a.s. tentang firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat ini bahwa mereka tidak mati? Maka Jibril a.s. menjawab: Mereka adalah para syuhada yang menyandang pedang-pedang mereka berada di sekitar ‘Arasy; para malaikat menjemput mereka pada hari kiamat untuk dibawa ke padang mahsyar dengan unta kendaraan dari Yaqut yang pelarianya lebih lembut daripada kain sutra, panjang langkahnya sama dengan sejauh jarak mata memandang; mereka berjalan di dalam surga seraya mengatakan dalam pesiarnya itu, “Marilah kita berangkat menuju kepada Tuhan kita, kita akan menyaksikan bagaimana Tuhan kita memutuskan perkara di antara makhluk-Nya.” Tuhanku tertawa (rida) kepada mereka; dan apabila Tuhanku rida kepada seseorang hamba di suatu tempat, maka tidak ada hisab (perhitungan amal perbuatan) baginya.
Semua perawi hadis ini berpredikat siqah kecuali gurunya Ismail ibnu Iyasy, karena orangnya tidak dikenal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Setelah Allah جَلَّ جَلالُهُ mempertakuti mereka dengan keagunganNya, maka di sini Dia mempertakuti mereka dengan keadaan Hari Kiamat, Dia memberi mereka semangat dan (sekaligus) memberi mereka ancaman, seraya berfirman, وَنُفِخَ فِي الصُّورِ “Dan ditiuplah sangkakala.” Ia adalah (tanduk) terompet raksasa yang tidak bisa diketahui kebesarannya selain oleh sang Pencipta yang telah menciptakannya dan orang yang telah diberi kesempatan oleh Allah untuk mengetahuinya di antara makhlukNya. Maka Israfil, salah seorang malaikat yang memiliki tugas penting dan merupakan salah satu malaikat yang memikul Arasy, meniup sangkakala itu, فَصَعِقَ “maka matilah,” maksudnya, pingsanlah, atau matilah (demikian maknanya menurut dua pendapat yang berbeda) مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ “siapa yang di langit dan di bumi.” Maksudnya, semua mereka ketika mendengar tiupan terompet itu, mereka tersentak karena kedahsyatan dan amat sangat kerasnya, sedangkan mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah awal dari datangnya Hari Kiamat, إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ “kecuali siapa yang dikehendaki Allah” artinya di antara mereka ada yang diberi keteguhan oleh Allah saat ditiupnya sangkakala itu, mereka tidak pingsan atau mati. (Mereka adalah) seperti para syuhada atau sebagian di antara mereka atau lainnya.
Ini adalah tiupan yang pertama, yaitu tiupan untuk kematian dan ketakutan, ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ “kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi,” untuk kedua kalinya, yaitu tiupan kebangkitan, فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ “maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu,” maksudnya, mereka berdiri dari dalam kubur untuk kebangkitan dan hisab (perhitungan amal), mereka melihat bahwa penciptaan jasad dan ruh mereka kembali telah selesai dan mata mereka memandang dengan tajam, يَنْظُرُونَ “mereka menunggu” apa yang akan dilakukan Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap mereka.
Dan ketahuilah bahwa ketika sangkakala pun ditiup oleh malaikat israfil, maka matilah semua makhluk yang ada di langit dan juga makhluk yang ada di bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah untuk mati pada saat yang lain sesudah itu. Kemudian sesudah waktu berlalu sekian lama, sangkakala itu ditiup sekali lagi, maka seketika itu dengan serta merta mereka bangun dari kuburnya menunggu keputusan Allah bagi diri masing-masing. 69. Dan bersamaan dengan itu, bumi, yakni padang mahsyar, tempat semua makhluk berkumpul untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan, menjadi terang benderang dengan cahaya keadilan tuhannya; dan buku-buku rekam jejak perbuatan diberikan dan kemudian dibaca oleh mereka masing-masing satu persatu nabi-nabi menjadi saksi bagi umatnya, dan saksi-saksi atas amal mereka-pun dihadirkan, lalu diberikan keputusan oleh Allah di antara mereka satu persatu secara adil, sedang mereka tidak dirugikan sedikit pun.
Az-Zumar Ayat 68 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 68, Makna Az-Zumar Ayat 68, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 68, Az-Zumar Ayat 68 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 68
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)