{57} Al-Hadid / الحديد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحشر / Al-Hasyr {59} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah المجادلة (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 58 Tafsir ayat Ke 22.
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَـٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَـٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾
lā tajidu qaumay yu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhiri yuwāddụna man ḥāddallāha wa rasụlahụ walau kānū ābā`ahum au abnā`ahum au ikhwānahum au ‘asyīratahum, ulā`ika kataba fī qulụbihimul-īmāna wa ayyadahum birụḥim min-h, wa yudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru khālidīna fīhā, raḍiyallāhu ‘an-hum wa raḍụ ‘an-h, ulā`ika ḥizbullāh, alā inna ḥizballāhi humul-mufliḥụn
QS. Al-Mujadilah [58] : 22
Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.
Wahai Rasul, engkau tidak akan mendapati kaum yang membenarkan Allah dan hari Akhir, mengamalkan syariat Allah untuk mereka. Mereka lebih menyukai dan berlindung kepada orang yang memusuhi Allah, rasul-Nya, dan membangkang perintah keduanya. Padahal, nenek moyang, anak keturunan, saudara, dan kerabat mereka adalah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanami iman, yang menguatkan dan menyokong mereka dengan pertolongan menghadapi musuh di dunia. Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawah pepohonannya. Mereka kekal di dalamnya dalam jangka waktu tidak terhingga. Allah telah menghalalkan keridhaan kepada mereka, tidak murka, dan mereka pun merasa puas terhadap kemuliaan dan tingginya derajat yang mereka dapatkan. Mereka itulah kelompok dan wali Allah. Ketahuilah, mereka adalah orang-orang yang meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Al-Mujadilah: 22)
Yaitu mereka tidak akan mau berteman akrab dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah kaum kerabatnya sendiri. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran: 28), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah:24)
Sa’id ibnu Abdul Aziz dan lain-lainnya telah mengatakan bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. (Al-Mujadilah: 22), hingga akhir ayat. diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah alias Amir ibnu Abdullah ibnul Jarrah ketika membunuh ayahnya dalam Perang Badar. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab r.a. ketika mengangkat anggota musyawarahnya yang diserahkan kepada enam orang sahabat, setelah Abu Ubaidah meninggal dunia, ia mengatakan, “Seandainya Abu Ubaidah masih hidup, tentulah aku akan mengangkatnya sebagai anggota musyawarahku.”
Menurut pendapat yang lain, firman-Nya: sekalipun orang-orang itu bapak-bapak mereka. (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya (yang musyrik) dalam Perang Badar. atau (sekalipun mereka adalah) anak-anak (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman. atau (sekalipun mereka adalah) saudara-saudara (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Mus’ab ibnu Umair. Dia telah membunuh saudara kandungnya yang bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut. atau (sekalipun mereka adalah) keluarga (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Umar yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya yang musyrik, juga berkenaan dengan Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris; masing-masing dari mereka telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Atabah dalam perang tersebut. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Menurut hemat saya, dapat dimasukkan ke dalam pengertian ini hadis berikut yang menceritakan saat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bermusyawarah dengan kaum muslim sehubungan dengan para tawanan Perang Badar. Maka As-Siddiq berpendapat menerima tebusan pembebasan dari mereka, yang kelak dana tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi pihak kaum muslim. Dan pula mengingat mereka yang menjadi tawanan itu terdiri dari saudara-saudara sepupu dan handai tolan, dengan harapan mudah-mudahan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberi petunjuk kepada mereka di masa mendatang. Lain halnya dengan Umar, ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, menurut hemat saya, bolehkah engkau memberikan kekuasaan kepadaku terhadap si Fulan salah seorang kerabatku, maka aku akan membunuhnya, dan engkau berikan kekuasaan kepada Ali terhadap Aqil, dan engkau berikan kekuasaan kepada Fulan terhadap si Fulan, agar Allah mengetahui dengan nyata bahwa dalam hati kami tidak ada rasa kasih sayang kepada orang-orang musyrik,” hingga akhir kisah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. (Al-Mujadilah: 22)
Yakni orang yang mempunyai sifat tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka adalah ayahnya sendiri atau saudaranya sendiri, maka dia termasuk orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan keimanan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Yakni dia telah ditetapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى termasuk orang yang berbahagia, dan Allah menjadikan hatinya kuat dengan kebahagiaan itu dan imannya telah menghiasi kalbu sanubarinya.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka. (Al-Mujadilah: 22) Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. (Al-Mujadilah: 22) Yaitu Allah menguatkan mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan)-Nya (Al-Mujadilah: 22)
Ayat yang bernada demikian telah sering ditafsirkan sebelumnya, sedangkan mengenai makna firman-Nya:
Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan)-iVya. (Al-Mujadilah: 22)
Ini mengandung rahasia yang sangat indah, mengingat mereka membenci kaum kerabat dan handai tolan demi membela agama Allah. Maka Allah memberikan gantinya kepada mereka dengan rida-Nya kepada mereka, dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membuat mereka puas dengan apa yang Dia berikan kepada mereka berupa nikmat yang kekal, keberuntungan yang besar, dan keutamaan yang melimpah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Al-Mujadilah: 22)
Yakni mereka yang bersifat demikian itu adalah golongan Allah, yaitu hamba-hamba-Nya yang dimuliakan oleh-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Al-Mujadilah: 22)
Ayat ini mengandung isyarat yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang beruntung, berbahagia, dan mendapat pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Dan ini merupakan kebalikan dari orang-orang lain yang dimasukkan ke dalam golongan setan. Kemudian disebutkan oleh firman-Nya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Humaid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Anbasah, dari seorang lelaki yang adakalanya ia sebutkan namanya. Dia mengatakan bahwa orang tersebut adalah Abdul Hamid ibnu Sulaiman yang tidak sempat tertulis di dalam kitabku, dari Az-Zayyal ibnu Abbad yang telah menceritakan bahwa Abu Hazim Al-A’raj berkirim surat kepada Az-Zuhri yang isinya mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya kedudukan itu ada dua macam, yaitu ada kedudukan yang diberikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui kekasih-kekasih-Nya kepada kekasih-kekasih-Nya. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sebutannya tidak terkenal, begitu pula pribadinya. Sesungguhnya telah disebutkan sifat mereka oleh lisan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melalui sabdanya yang mengatakan:
‘Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tidak dikenal, bertakwa lagi bersih dirinya, yaitu orang-orang yang apabila tidak ada orang-orang lain tidak merasa kehilangan mereka; dan apabila mereka ada, tiada yang mengundang mereka. Hati mereka adalah pelita petunjuk, mereka dapat keluar dari tiap-tiap fitnah yang hitam lagi gelap. ‘
Mereka itulah kekasih-kekasih Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang disebutkan oleh firman-Nya: ‘Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung’ (Al-Mujadilah: 22).”
Na’im ibnu Hammad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ya Allah, janganlah Engkau jadikan peran dan jasa bagi pendurhaka dan orang yang fasik di sisiku, karena sesungguhnya aku telah menjumpai di antara wahyu yang telah Engkau turunkan kepadaku, “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” (Al-Mujadilah: 22).
Sufyan mengatakan, para ulama berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang menggauli sultan.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Ahmad Al-Askari.
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya,” maksudnya, tidaklah menyatu antara orang yang beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya dengan orang yang menentang Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya. Tidaklah seorang hamba beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan Hari Akhir dengan sebenarnya melainkan pasti melaksanakan tuntutan dan keharusan iman yaitu mencintai dan loyal terhadap orang yang beriman dan membenci orang yang tidak beriman dan yang memusuhinya meski terhadap orang yang dekat sekalipun. Inilah iman yang sebenarnya yang bermanfaat dan yang dimaksudkan.
Orang yang memiliki sifat tersebut adalah أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ “orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka.” Artinya, keimanan telah ditetapkan, dikokohkan, dan ditanamkan dalam diri mereka secara kuat, yang tidak bisa tergoncang dan terpengaruh oleh berbagai syubhat dan keraguan. Mereka adalah orang-orang yang dikuatkan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ, وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ “dengan pertolongan yang datang dariNya,” yakni dari wahyu, pertolongan, dan bantuan ilahi, serta kebaikan rabbani dan mereka itulah orang-orang yang memiliki kehidupan baik di akhirat. Mereka mendapatkan surga penuh kenikmatan di tempat keabadian. Di dalamnya terdapat semua hal yang diinginkan jiwa dan dinik-mati serta dipilih oleh mata. Mereka mendapatkan kenikmatan terbesar dan terbaik, yaitu Allah جَلَّ جَلالُهُ menghalalkan keridhaanNya bagi mereka. Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak akan murka pada mereka selamanya. Mereka ridha terhadap Rabb mereka atas berbagai macam kemuliaan, pemberian, dan derajat tinggi yang diberikan pada mereka, karena mereka tidak melihat adanya batas di atas pemberian Allah جَلَّ جَلالُهُ itu dan tidak pula melihat adanya akhiran di bawah pemberian itu.
Adapun orang yang mengira bahwa dirinya beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan Hari Akhir, namun di samping beriman ia juga mencintai musuh-musuh Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menyukai orang-orang yang membuang keimanan di balik punggungnya, maka keimanannya hanyalah semu, yang tidak ada hakikatnya. Karena setiap hal harus memiliki bukti penguat. Anggapan saja tidak berguna dan orangnya tidak bisa dibenarkan.
Segala puji bagi Allah جَلَّ جَلالُهُ semata.
Allah lalu menyatakan, ‘engkau, Muhammad, tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. ‘ mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari dia berupa kemauan dan kekuatan batin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung. 1. Apa yang ada di langit, bintang, bulan, planet, dan seluruh isi galaksi, dan apa yang ada di bumi, lautan, daratan, gunung, sungai, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain semuanya bertasbih kepada Allah, menyatakan kemahasucian Allah menurut caranya masing-masing sesuai dengan keadaan dan kejadiannya, sedangkan manusia tidak memahami tasbih makhluk-makhluk tersebut; dan dialah yang mahaperkasa, menciptakan dan menghancurkan jagat raya; mahabijaksana, dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta.
Al-Mujadilah Ayat 22 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mujadilah Ayat 22, Makna Al-Mujadilah Ayat 22, Terjemahan Tafsir Al-Mujadilah Ayat 22, Al-Mujadilah Ayat 22 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mujadilah Ayat 22
Tafsir Surat Al-Mujadilah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)