{3} Ali ‘Imran / آل عمران | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المائدة / Al-Maidah {5} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nisa النساء (Wanita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 4 Tafsir ayat Ke 86.
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا ﴿٨٦﴾
wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyụ bi`aḥsana min-hā au ruddụhā, innallāha kāna ‘alā kulli syai`in ḥasībā
QS. An-Nisa [4] : 86
Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Bila seorang muslim mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah salamnya dengan yang lebih baik, baik lafazhnya dan baik pula keceriannya. Atau jawablah dengan yang sama dengan salamnya, masing-masing mendapatkan pahala dan balasan-Nya. Sesungguhnya Allah membalas segala sesuatu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).
Apabila seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, maka balaslah salamnya itu dengan salam yang lebih baik darinya, atau balaslah ia dengan salam yang sama. Salam lebihan hukumnya sunat, dan salam yang semisal hukumnya fardu.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Sahl Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnus Sirri Al-Intaki, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq, dari Asim Al-Ahwal, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman Al-Farisi yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, ya Rasulullah (semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu, wahai Rasulullah).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Semoga keselamatan dan rahmat Allah terlimpahkan atas dirimu. Kemudian datang pula lelaki yang lain dan mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi (semoga keselamatan dan rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, wahai Rasulullah).” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Semoga keselamatan dan rahmat serta berkah Allah terlimpahkan atas dirimu. Lalu datang lagi lelaki yang lain dan mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi wabarakatuh (semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya terlimpahkan kepadamu, wahai Rasulullah).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hal yang sama semoga terlimpahkan kepadamu. Maka lelaki yang terakhir ini bertanya, “Wahai Nabi Allah, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, telah datang kepadamu si anu dan si anu, lalu keduanya mengucapkan salam kepadamu dan engkau menjawab keduanya dengan jawaban yang lebih banyak dari apa yang engkau jawabkan kepadaku.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Karena sesungguhnya engkau tidak menyisakannya buatku barang sedikit pun, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman, “Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa),” maka aku menjawabmu dengan salam yang serupa.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim secara mu’allaq. Untuk itu ia mengatakan, telah diriwayatkan dari Ahmad ibnul Hasan dan Imam Turmuzi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnus Sirri Abu Muhammad Al-Intaki, bahwa Abul Hasan (seorang lelaki yang saleh) mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq, lalu ia mengetengahkan berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi ibnu Qani’, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq Abu Usman, lalu ia mengetengahkan hadis yang semisal, tetapi aku tidak melihatnya di dalam kitab musnad.
Hadis ini mengandung makna yang menunjukkan bahwa tidak ada tambahan dalam jawaban salam yang bunyinya mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Seandainya disyariatkan salam yang lebih banyak dari itu, niscaya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menambahkannya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir (saudara lelaki Sulaiman ibnu Kasir), telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, dari Auf, dari Abu Raja Al-Utaridi, dari Imran ibnul Husain yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mengucapkan, “Assalamu ‘al’aikum, ya Rasulullah,” lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawabnya dengan jawaban yang sama, kemudian beliau duduk dan bersabda, “Sepuluh.” Kemudian datang lelaki lainnya dan mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi, ya Rasulullah,” lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawabnya dengan jawaban yang sama, kemudian duduk dan bersabda, “Dua puluh.” Lalu datang lelaki lainnya dan bersalam, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membalasnya dengan salam yang serupa, kemudian duduk dan bersabda, “Tiga puluh.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Muhammad ibnu Kasir. Imam Turmuzi mengetengahkannya, begitu pula Imam Nasai dan Al-Bazzar yang juga melalui hadis Muhammad ibnu Kasir. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib bila ditinjau dari sanadnya.
Dalam bab yang sama diriwayatkan pula hadis dari Abu Sa’id, Ali, dan Sahl ibnu Hanif. Al-Bazzar mengatakan bahwa hal ini telah diriwayatkan pula dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melalui berbagai jalur, dan hadis ini merupakan hadis yang paling baik sanadnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Abdur Rahman Ar-Rawasi, dari Al-Hasan ibnu Saleh, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Barang siapa yang mengucapkan salam kepadamu dari kalangan makhluk Allah, jawablah salamnya, sekalipun dia adalah seorang Majusi.” Demikian itu karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
…maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
…maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya. (An Nisaa:86) Yakni kepada orang-orang muslim (yang bersalam kepadamu). atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).ditujukan kepada kafir zimmi.
Akan tetapi, takwil ini masih perlu dipertimbangkan, atas dasar hadis di atas tadi yang menyatakan bahwa makna yang dimaksud ialah membalas salam penghormatan dengan yang lebih baik. Apabila seorang muslim mengucapkan salam penghormatan dengan lafaz salam yang maksimal dari apa yang disyariatkan, maka balasannya adalah salam yang serupa. Terhadap ahli zimmah (kafir zimmi), mereka tidak boleh dimulai dengan salam, dan jawaban terhadap mereka tidak boleh dilebihkan, melainkan hanya dibalas dengan yang singkat, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Apabila orang Yahudi mengucapkan salam kepada kalian, maka sebenarnya yang diucapkan seseorang dari mereka adalah, “As-Samu’alaikum (kebinasaan semoga menimpa kamu), maka katakanlah, “Wa’alaika (dan semoga kamu pun mendapat yang serupa).”
Di dalam Sahih Muslim disebut melalui Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Janganlah kalian memulai salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani, dan apabila kalian bersua dengan mereka di jalan, maka desaklah mereka ke tempat yang paling sempit.
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari seorang laki-laki, dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa salam hukumnya sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri ini juga dikatakan oleh semua ulama, bahwa menjawab salam hukumnya wajib bagi orang yang ditujukan salam kepadanya. Maka berdosalah dia jika tidak melakukannya, karena dengan begitu berarti dia telah melanggar perintah Allah yang ada di dalam firman-Nya:
…maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud berikut sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian tidak dapat masuk surga sebelum beriman, dan kalian belum beriman sebelum saling mengasihi. Maukah aku tunjukkan kalian kepada suatu perkara, apabila kalian melakukannya, niscaya kalian akan saling mengasihi, yaitu: “Tebarkanlah salam di antara kalian.”
Salam penghormatan adalah sebuah kata yang bersumber dari salah seorang dari dua orang yang bertemu dengan maksud penghormatan dan doa serta segala hal yang mengiringi ucapan tersebut berupa wajah yang berseri dan semisalnya. Dan bentuk salam yang paling tinggi adalah apa yang dijelaskan oleh syariat, baik sebagai permulaan maupun jawabannya. Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan kaum Mukminin bahwa bila mereka diberikan ucapan salam dengan salam apa pun, maka sepatutnya mereka membalasnya dengan yang lebih baik darinya, baik perkataan maupun wajah yang berseri, atau dengan yang sama persis dengannya. Pemahaman terbalik (mafhum al-Mukhalafah) dari hal tersebut adalah larangan dari tidak membalas sama sekali atau membalasnya namun lebih rendah darinya. Dari ayat ini dapat diambil juga sebuah dalil tentang anjuran memulai salam dan ucapan selamat dari dua aspek:
Pertama, bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan untuk membalasnya dengan yang lebih baik atau sama persis dengannya, hal itu menuntut bahwa ucapan penghormatan itu sangat dianjurkan oleh syariat.
Kedua, dapat disarikan dari kata kerja yang menunjukkan “lebih” atau “paling” yaitu kata lebih baik, di mana hal itu menunjukkan akan adanya keikutsertaan ucapan penghormatan dan balasannya dengan baik, sebagaimana dasarnya memang seperti itu.
Ada pengecualian dari keumuman ayat yang mulia tersebut bagi orang yang memberikan penghormatan dengan suatu kondisi yang tidak diperintahkan, seperti memberikan salam kepada orang yang sedang membaca al-Qur`an atau sedang mendengarkan khutbah atau seorang yang sedang shalat dan semacamnya, sesungguhnya dalam kondisi ini tidaklah dianjurkan untuk membalas salam tersebut, demikian juga dikecualikan dari ayat ini adalah orang yang telah diperintahkan oleh syariat untuk dijauhi dan tidak diberikan ucapan penghormatan, seperti seorang pelaku maksiat yang tidak bertaubat, yang mana orang tersebut akan tercegah dari kemaksiatannya dengan tindakan itu, maka, sesungguhnya orang seperti itu dihajr (dijauhi) tidak diberikan ucapan penghormatan dan ucapan penghormatan darinya tidaklah dibalas, yang demikian itu karena bertentangan dengan kemaslahatan yang lebih besar. Dan yang termasuk dalam membalas ucapan penghormatan adalah setiap ucapan penghormatan yang telah terbiasa diucapkan oleh suatu masyarakat, dan ucapan itu bukanlah suatu yang dilarang secara syariat, maka harus dibalas sepertinya atau lebih baik darinya. Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ menjanjikan balasan (kebaikan) atas segala perbuatan baik dan mengancam segala perbuatan buruk dengan FirmanNya, إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا “Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ memperhitungkan segala sesuatu,” Allah جَلَّ جَلالُهُ menyimpan segala perbuatan-perbuatan para hamba, yang baik maupun yang buruk, yang kecil maupun yang besar, kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ akan membalas mereka dengan apa yang ditetapkan oleh karunia, keadilan, dan hikmahNya yang terpuji.
Dan apabila kamu dihormati oleh siapa saja dengan suatu salam penghormatan, baik dalam bentuk perbuatan atau perlakuan, maka balaslah dengan segera penghormatan itu dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu yang sepadan dengan penghormatan yang diberikan-Nya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu menyangkut cara dan kualitas penghormatan balasan yang telah diberikan. Jika kita perhatikan, ayat salam penghormatan ini terletak di tengahtengah ayat perang. Ini bisa bermaksud menunjukkan prinsip islam yang asasi yaitu salam yang bermakna keselamatan dan kedamaian. Ia melaksanakan perang hanya untuk menetapkan kedamaian dan keselamatan di muka bumi dengan makna yang luas dan menyeluruh orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya pasti meyakini bahwa Allah adalah maha esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada tuhan selain dia, tidak ada yang patut disembah kecuali dia. Oleh sebab itu, janganlah kaum muslim lalai berbakti dan mengabdi kepada-Nya, patuhlah terhadap perintah-perintah-Nya dan tinggalkanlah laranganlarangan-Nya, karena dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat. Tidak satu pun yang sanggup membangkitkan dan mengumpulkan kalian selain Allah, untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang telah kalian lakukan. Hari itu merupakan hari yang tidak diragukan terjadinya. Pada hari itu tidak ada manfaat harta kekayaan dan anak-anak kalian untuk menjadi penolong bagi kalian, dari azab Allah. Yang akan aman dari azab Allah hanyalah orang-orang yang beramal saleh sewaktu berada di dunia. Oleh sebab itu, manusia harus percaya kepada firman Allah tentang kedatangan hari kiamat itu. Siapakah yang lebih dapat dipercaya ucapannya dan benar perkataan-Nya daripada Allah’ ketahuilah bahwa informasi yang bukan berasal dari Allah tidak dapat dipastikan kebenarannya, karena berita-berita itu mengandung kemungkinan benar atau kemungkinan salah. Sedangkan informasi yang bersumber dari Allah pasti benar.
An-Nisa Ayat 86 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nisa Ayat 86, Makna An-Nisa Ayat 86, Terjemahan Tafsir An-Nisa Ayat 86, An-Nisa Ayat 86 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nisa Ayat 86
Tafsir Surat An-Nisa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)