| {1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 83.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ ﴿٨٣﴾
wa iż akhażnā mīṡāqa banī isrā`īla lā ta’budụna illallāha wa bil-wālidaini iḥsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qụlụ lin-nāsi ḥusnaw wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh, ṡumma tawallaitum illā qalīlam mingkum wa antum mu’riḍụn
QS. Al-Baqarah [2] : 83
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
Ingatlah wahai Bani Israil saat kami mengambil perjanjian yang tegas atas kalian, agar kalian menyembah Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, berbuat baik kepada kedua orang tua, para kerabat, anak-anak yang ditinggal mati bapak mereka sebelum mereka mencapai usia baligh, orang-orang yang membutuhkan yang tidak mempunyai apa yang bisa menutup hajat kebutuhan mereka, agar kalian berkata dengan perkataan paling baik kepada manusia, ditambah dengan mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Namun kalian justru berpaling dan membatalkan perjanjian tersebut, kecuali sedikit orang dari kalian, dan kalian tetap bersikukuh menolah dan berpaling.
Melalui ayat ini Allah mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut dari mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan mengingat hal tersebut. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memerintahkan mereka agar menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama diperintahkan pula kepada semua makhluk-Nya, dan untuk tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian.” (Al Anbiyaa:25)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu
(An Nahl:36)
Hal ini merupakan hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu hak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengharuskan agar Dia semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya, setelah itu baru hak makhluk, dan yang paling dikuatkan untuk ditunaikan ialah hak kedua orang tua. Karena itu, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى selalu membarengi hak kedua orang tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Kulah kembali kalian. (Luqman:14)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman pula dalam ayat lainnya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al Israa’:23)
sampai dengan firman-Nya:
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. (Al Israa’:26)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud r.a. seperti berikut:
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama? Beliau menjawab, “Salat pada waktunya” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi!” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua ibu bapak.” Aku bertanya, “Kemudian apa lagi!” Beliau menjawab, ”Jihad dijalan Allah.”
Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut:
Seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang harus didahulukan aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya, “Kemudian siapa lagi!” Beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi!” Beliau menjawab, “Ayahmu, kemudian orang yang paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekerabatannya denganmu.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Janganlah kalian menyembah selain Allah.
Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi bermakna talab, ungkapan seperti ini lebih kuat. Menurut pendapat yang lain, bentuk asalnya adalah an la ta’budu illallah, seperti bacaan yang dilakukan oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan. Menurut suatu riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas’ud, keduanya membaca ayat ini la ta’budu illallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini dinukil oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan Imam Farra.
Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang menjarnin penghidupan mereka.
Al-masakin ialah orang-orang yang tidak menjumpai apa yang mereka belanjakan buat diri mereka sendiri dan keluarganya. Dalam surat An-Nisa akan dibahas secara rinci mengenai golongan-golongan tersebut yang diperintahkan Allah dengan tegas agar kita menunaikannya, yaitu di dalam firman-Nya:
Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak. (An Nisaa:36) sampai akhir ayat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.
Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut, termasuk dalam hal ini amar ma’ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma’ruf dan nahi munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta berkata baik kepada manusia, seperti yang telah dijelaskan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Kharraz, dari Abu Imran Al-Juni, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (bajik) barang sedikit pun, apabila kamu tidak menemukannya, maka sambutlah saudaramu dengan wajah yang berseri.
Sangat sesuai sekali bila Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkata baik kepada manusia setelah Dia memerintahkan mereka untuk berbuat baik kepada mereka melalui perbuatan. Dengan demikian, berarti dalam ayat ini tergabung dua sisi kebajikan, yaitu kebajikan perbuatan dan ucapan. Kemudian perintah untuk menyembah Allah dan berbuat baik kepada manusia ini dikuatkan lagi dengan perintah yang tertentu secara detail dari hal tersebut, yaitu perintah mendirikan salat dan menunaikan zakat. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat.
(Al Baqarah:83)
Diceritakan pula bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua perintah itu, yakni mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan berpaling dengan sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari kalangan mereka yang mengerjakannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah memerintahkan pula umat ini dengan hal yang serupa di dalam surat An-Nisa, yaitu melalui firman-Nya:
Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An Nisaa:36)
Dengan demikian, berarti umat ini diberi kepercayaan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk mengerjakan perintah-perintah Allah yang tidak pernah dikerjakan oleh umat-umat sebelumnya. Segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah belaka.
Di antara nukilan yang garib (aneh) sehubungan dengan hal ini ialah sebuah riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Abi (ayah Ibnu Abu Hatim), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf (yakni At-Tanisi), telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Sabih, dari Humaid ibnu Uqbah, dari Asad ibnu Wada’ah. Disebutkan bahwa Asad ibnu Wada’ah bila keluar dari rumahnya tidak pernah bersua dengan seorang Yahudi atau Nasrani melainkan ia mengucapkan salam kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya, “Apakah gerangan yang mendorongmu hingga kamu mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani?” Ia menjawab bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman:
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.
Perkataan yang baik itu menurutnya adalah ucapan salam. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, hal yang sama telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani.
Menurut kami, telah ditetapkan di dalam sunnah bahwa kita tidak boleh memulai mengucapkan salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani).
Tafsir Ayat:
Syariat-syariat ini adalah di antara dasar-dasar agama yang diperintahkan oleh Allah pada setiap syariat yang diturunkan, karena meliputi maslahat-maslahat yang umum dalam setiap masa dan tempat, yang tidak disentuh oleh hukum naskh, sebagai dasar agama. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita dengannya dalam FirmanNya,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوالِدَيْنِ إِحْساناً وَبِذِي الْقُرْبى وَالْيَتامى وَالْمَساكِينِ وَالْجارِ ذِي الْقُرْبى وَالْجارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَما مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كانَ مُخْتالاً فَخُورا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa`: 36).
FirmanNya وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil.” Ini merupakan bagian dari kekerasan hati mereka, bahwa setiap perintah yang ditujukan kepada mereka, niscaya mereka melanggarnya, dan mereka tidaklah me-nerimanya kecuali dengan sumpah-sumpah yang kuat dan janji-janji yang kokoh. Dan perjanjian tersebut adalah, لا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ “Janganlah kamu menyembah selain Allah.” Ini merupakan perintah untuk menyembah kepada Allah semata dan larangan dari mempersekutukanNya. Ini adalah dasar agama, di mana segala per-buatan tidak akan diterima bila tidak berdasar di atasnya, dan hal itu adalah hak Allah atas hamba-hambaNya.
Kemudian Allah berfirman, وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan berbuat baik-lah kepada ibu bapak,” yakni berbaktilah kalian kepada kedua orang tua. Ini bersifat umum mencakup segala kebajikan, baik perkataan maupun tindakan yang merupakan perbuatan baik kepada mereka.
Ayat ini menunjukkan larangan dari berbuat buruk kepada kedua orang tua atau larangan tidak berbuat baik dan berbuat jelek, karena yang wajib adalah berbuat baik, dan perintah kepada sesuatu adalah larangan dari hal yang bertentangan dengannya. Dan kebalikan dari berbuat kebaikan ada dua, berbuat buruk yang merupakan kejahatan yang paling besar, dan meninggalkan berbuat baik sekalipun tidak berbuat buruk, juga merupakan hal yang diharamkan, akan tetapi tidak mesti disamakan dengan yang pertama.
Dan seperti ini juga hukumnya dalam hal silaturahim kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Adapun perincian masalah berbuat baik tidaklah terbatas oleh bilangan, akan tetapi dengan definisi sebagaimana yang telah berlalu.
Kemudian Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik secara umum dengan FirmanNya, وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا “Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,” dan di antara perkataan yang baik adalah memerintah mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar, serta mengajarkan ilmu kepada mereka, menyebarkan salam dan wajah berseri, dan lain sebagainya dari perkataan-perkataan yang baik. Dan ketika tidak semua manusia mampu berbuat baik dengan hartanya, maka mereka diperintahkan dengan suatu hal yang mereka mampu melakukannya untuk berbuat baik kepada setiap makhluk, yaitu berbuat baik dengan perkataan. Dengan demikian termasuk dalam kandungan hal itu juga adalah larangan dari perkataan yang buruk kepada manusia hingga kepada kaum kafir. Oleh karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَن
“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.” (QS. Al-Ankabut: 46).
Dan di antara tata krama seorang manusia yang telah Allah didikkan kepada hamba-hambaNya adalah agar manusia itu mulia dalam perkataan maupun tindakannya, tidak berlaku keji dan tidak pula jorok, tidak mencela dan tidak juga bertengkar, akan tetapi berakhlak yang baik, luas keramahannya, pandai bergaul dengan setiap orang, bersabar atas segala yang diterima dari gangguan makhlukNya sebagai tindakan menaati perintah Allah dan pengharapan atas ganjaranNya.
Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk mendirikan Shalat dan menunaikan Zakat, karena seperti yang telah dijelaskan bahwa shalat itu mengandung sikap keikhlasan kepada Dzat yang disembah, sedangkan zakat mengandung tindakan berbuat baik kepada hamba. Kemudian setelah perintah ini, kalian pasti mendapatkan kebaikan-kebaikan dan justru dengan adanya perintah-perintah yang baik tersebut, yang mana bila seorang yang sangat jeli dan paham melihat hal-hal itu niscaya dia akan mengetahui kebaikan Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap hamba-hambaNya yang memerintahkan hal-hal tersebut kepada mereka dan memuliakan mereka dengannya, yang telah mengambil janji-janji atas kalian, ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ “kamu tidak memenuhi janji itu,” dengan cara berpaling, karena orang yang berbalik pergi itu terkadang masih memiliki niat untuk kem-bali lagi kepada hal yang dia tinggalkan, namun mereka ini sama sekali tidak memiliki keinginan dan tidak pula punya niat untuk kembali. Maka mari kita berlindung kepada Allah dari keterhinaan.
Dan FirmanNya, إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ “Kecuali sebagian kecil dari kamu,” ini adalah pengecualian, agar tidak timbul asumsi bahwasanya mereka berpaling semuanya, maka Allah mengabarkan bahwa ada sedikit di antara mereka yang dilindungi oleh Allah dan dikukuhkan dalam hal tersebut.
Ingatlah dan renungkanlah keadaan mereka ketika kami, melalui rasul kami, mengambil janji dari bani israil yaitu bahwa, janganlah kamu menyembah sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah yang maha esa, dan berbuat baiklah dalam kehidupan dunia ini kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir; demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua, serta kepada anak-anak yatim yakni mereka yang belum balig sedang ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dan bertuturkatalah yang baik kepa da manusia seluruhnya tanpa kecuali. Setelah memerintahkan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya, Allah menyusulinya dengan sesuatu yang terpenting dalam hubungan dengan Allah, laksanakanlah salat sebaik mungkin dan secara istikamah, dan tunaikanlah zakat dengan sempurna. Itulah perjanjian yang kamu mereka sepakati dengan Allah, wahai bani israil, tetapi kemudian kamu berpaling dengan meng ingkari janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih menjadi pembangkang. Betapa objektif Al-Qur’an dalam menilai manusia; salah satu buktinya tampak pada ayat ini. Di sini dinyatakan bahwa tidak semua individu bani israil mengingkari perjanjian, seperti diisyaratkan dengan kalimat kecuali sebagian kecil dari kamu. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan bani israil atau bangsa-bangsa lain selalu saja ada sekelom pok kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati nuraninya untuk selalu berbuat baik, seperti dapat kita baca pada surah a’li imr a’n/3: 113. Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika kami, melalui nabi musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai bani israil, janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kam pung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri. Selanjutnya, mereka juga diingatkan, kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur’an ini dan yang hidup pada masa nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian. Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia. Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata darahmu, dirimu sendiri dan kampung hala manmu, padahal yang dimaksud adalah orang lain. Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam surah al-a’ujura’t/49: 11.
Al-Baqarah Ayat 83 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 83, Makna Al-Baqarah Ayat 83, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 83, Al-Baqarah Ayat 83 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 83
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286