Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 104 البقرة Lengkap Arti Terjemah Indonesia

{1} Al-Fatihah / الفاتحة الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ آل عمران / Ali ‘Imran {3}

Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 104.

Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 104

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا ۗ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١٠٤﴾

yā ayyuhallażīna āmanụ lā taqụlụ rā’inā wa qụlunẓurnā wasma’ụ wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm

QS. Al-Baqarah [2] : 104

Arti / Terjemah Ayat

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, raa’inaa, tetapi katakanlah, “Unzhurnaa” dan dengarkanlah. Dan orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.

Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia)

Wahai orang-orang beriman, jangan mengucapkan kepada Rasul Muhammad “Raina”, yang artinya berikanlah pendengaranmu, pahamilah kami dan jadikanlah kami paham. Orang-orang Yahudi mengucapkannya kepada Nabi dengan memutar lidah mereka dengan maksud menghina beliau dan menisbatkannya kepada “Ruunah” (kebodohan). Sebagai gantinya, Ucapakanlah wahai orang-orang mukmin, “Unzhurna”. Yakni lihat dan perhatikanlah kami. Kata ini menunaikan makna yang sama dengan kata sebelumnya. Dan dengarkanlah apa yang dibacakan kepadamu dari kitab Rabb-mu serta pahamilah. Bagi orang-orang yang ingkar disediakan azab yang pedih.

Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azhim)

Melalui ayat ini Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman menyerupakan diri dengan orang-orang kafir dalam ucapan dan perbuatan. Demikian itu karena orang-orang Yahudi selalu menggunakan ucapan-ucapan yang di dalamnya terkandung makna sindiran untuk menyembunyikan maksud sebenarnya, yaitu menghina Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, semoga Allah melaknat mereka. Untuk itu apabila mereka hendak mengatakan, “Sudilah kiranya Anda mendengar (memperhatikan) kami,” maka mereka mengatakannya menjadi ra’ina, mereka menyindirnya dengan kata-kata yang berarti kebodohan (ketololan), diambil dari akar kata ar-ra’inah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.'”‘ Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” semoga kamu tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan), “Ra’ina,” dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikan kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (An Nisaa:46)

Demikian pula disebutkan oleh hadis-hadis yang menceritakan bahwa mereka itu (orang-orang Yahudi) apabila mengucapkan salam, sesungguhnya yang mereka ucapkan hanya berarti As-samu ‘alaikum, sedangkan makna as-samu ialah kebinasaan atau kematian.

Karena itulah bila menjawab salam mereka kita diperintahkan menggunakan kata-kata wa ‘alaikum. Karena sesungguhnya yang diperkenankan oleh Allah hanyalah buat kita untuk kebinasaan mereka, sedangkan dari mereka yang ditujukan kepada kita tidak diperkenankan.

Tujuan ayat ini ialah Allah melarang kaum mukmin menyerupai orang-orang kafir dalam ucapan dan perbuatannya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan (kepada Muhammad), “ra’ina” tetapi katakanlah, “Unzurna,” dan “Dengarlah.” Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sabit, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Atiyyah, dari Abu Munib Al-Jarasyi, dari Ibnu Umar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Aku diutus sebelum hari kiamat dengan membawa pedang hingga hanya Allah semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya, dan rezekiku dijadikan di bawah naungan tombakku, serta kenistaan dan kehinaan dijadikan bagi orang yang menentang perintahku. Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka.

Imam Abu Daud meriwayatkan dari Usman ibnu Abu Syaibah, dari Abun Nadr Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ibnul Qasim dengan lafaz yang sama, yaitu:

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.

Di dalam hadis ini terkandung larangan, peringatan, dan ancaman yang keras meniru-niru orang kafir dalam ucapan, perbuatan, pakaian, hari-hari raya, ibadah mereka, serta perkara-perkara lainnya yang tidak disyariatkan kepada kita dan yang kita tidak mengakuinya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Na’im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Mis’ar, dari Ibnu Ma’an dan Aun atau salah seorang dari keduanya, bahwa seorang lelaki datang kepada Abdullah ibnu Mas’ud, lalu lelaki itu berkata, “Berilah aku pelajaran.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Apabila kamu mendengar Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman,’ maka bukalah lebar-lebar telingamu (perhatikanlah) karena sesungguhnya hal itu merupakan kebaikan yang diperintahkan, atau kejahatan yang dilarang.”

Al-A’masy meriwayatkan dari Khaisamah yang pernah berkata, “Apa yang kalian baca di dalam Al-Qur’an yang bunyinya mengatakan, ‘Hai orang-orang yang beriman,’ maka sesungguhnya hal itu di dalam kitab Taurat disebutkan, ‘Hai orang-orang miskin’.”

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa’id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna kalimat ra’ina. Ia mengatakan, artinya ialah ‘perhatikanlah kami dengan pendengaranmu’.

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan takwil firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan (kepada Muhammad), “Ra’ina.”

Pada mulanya mereka mengatakan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Bukalah pendengaranmu lebar-lebar untuk kami.” Sesungguhnya ucapan ra’ina ini sama dengan ucapanmu, “‘Alinna.”

Mujahid mengatakan, makna la taqulu ra’ina ialah janganlah kalian mengatakan hal yang bertentangan. Menurut riwayat lain disebutkan, “Janganlah kamu katakan, ‘Perhatikanlah kami, maka kami akan memperhatikanmu’.”

Ata mengatakan bahwa ra’ina adalah suatu dialek di kalangan orang-orang Ansar, maka Allah melarang hal tersebut.

Al-Hasan mengatakan bahwa ucapan ra’ina artinya kata-kata ejekan, mengingat ar-ra’inu minal qauli artinya kata-kata yang digunakan untuk tujuan tersebut. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ melarang memperolok-olok ucapan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan seruan beliau yang mengajak mereka masuk Islam. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Ibnu Juraij, bahwa dia mengatakan hal yang semisal.

Abu Sakhr mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya:

janganlah kalian katakan (kepada Muhammad), “Ra’ina,” tetapi katakanlah, “Unzurna.”

Pada mulanya apabila ada seseorang dari kalangan kaum mukmin mempunyai suatu hajat (keperluan) kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sedangkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah beranjak dari mereka, maka mereka memanggilnya dengan ucapan, “‘Sudilah kiranya engkau memperhatikan kami.” Hal ini terasa kurang enak oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bila ditujukan kepada diri beliau.

As-Saddi mengatakan, seorang lelaki dari kalangan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ yang dikenal dengan nama Rifa’ah ibnu Zaid sering datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Apabila Rifa’ah bersua dengannya, lalu mereka berbincang-bincang. Rifa’ah mengatakan, “Dengarkanlah aku, semoga engkau tidak mendengar apa-apa” (dengan memakai dialeknya), sedangkan kaum muslim menduga bahwa para nabi terdahulu dihormati dengan ucapan tersebut. Maka salah seorang kaum muslim ikut-ikutan mengatakan, “Dengarkanlah, semoga engkau tidak mendengar, semoga engkau tidak berkecil hati.” Kalimat inilah yang disebutkan di dalam surat An-Nisa. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ memerintahkan kepada kaum mukmin, janganlah mereka mengucapkan kata-kata ra’ina kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam meriwayatkan pula hal yang semisal.

Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar menurut kami sehubungan dengan masalah ini ialah Allah melarang kaum mukmin mengatakan kepada Nabi-Nya ucapan ra’ina. Karena kalimat ini tidak disukai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎ bila mereka tujukan kepada Nabi-Nya. Pengertian ayat ini sama dengan makna yang terkandung di dalam sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu:

Janganlah kalian sebutkan buah anggur dengan nama Al-Karam, melainkan sebutlah Al-Habalah, dan janganlah kalian sebulkan, “Hambaku” melainkan sebutlah, “Pelayanku.”

Tafsir as-Sa’di (Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan)

Tafsir Ayat:

Kaum Muslimin berkata di tengah perbincangan mereka bersama Rasul saat mereka belajar perkara-perkara agama mereka, رَاعِنَا “Perhatikanlah kami,” maksudnya perhatikan kondisi kami, dan mereka bermaksud baik, sedangkan orang-orang Yahudi juga mengatakan seperti itu namun dengan maksud jelek, mereka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengatakan hal itu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan maksud yang jelek, maka Allah melarang orang-orang beriman mengucapkan kalimat itu untuk mencegah masalah tersebut. Ayat ini menunjukkan larangan tentang suatu perkara yang (pada dasarnya) boleh tetapi bisa menjadi jalan menuju kepada hal yang haram. Juga menunjukkan akhlak dan pemakaian kalimat yang tidak bermakna kecuali hanya yang baik dan tidak keji serta meninggalkan kalimat-kalimat yang jelek, atau yang mengandung makna mengganggu atau perkara yang tidak patut, maka Allah memerintahkan mereka kepada ka-limat-kalimat yang tidak bermaksud kecuali hanya yang baik saja. Allah berfirman, وَقُولُوا انْظُرْنَا “Namun katakanlah, ‘Lihatlah kami’.” dengan kalimat ini cukup mewakili maksud yang dikehendaki tanpa ada sedikit pun masalah, وَاسْمَعُوا “dan dengarlah,” Allah tidak menyebutkan hal yang didengar agar menjadi lebih umum kepada segala perkara yang diperintahkan untuk didengar, maka hal itu mencakup perintah mendengar al-Qur`an dan mendengar sunnah yang merupakan hikmah secara lafazh maupun makna dan sebagai respon. Ayat ini juga menunjukkan adab dan ketaatan, kemudian Allah mengancam orang-orang kafir dengan azab yang pedih lagi menyakitkan.

Tafsir Ringkas Kemenag (Kementrian Agama Republik Indonesia)

Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu katakan, ra”ina’, 2 yang berarti, peliharalah dan jagalah kami, kepada rasulullah karena kata itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang yahudi untuk berolokolok yang menyerupai kata ra’unah, yang berarti bebal dan sangat bodoh, tetapi katakanlah, undhurna’ (perhatikanlah kami), dalam mempelajari agama dan dengarkanlah serta taatilah perintah-perintah Allah kepadamu dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yahudi yang berkata, kami mendengar dan kami ingkar. Dan orang-orang kafir dari kaum yahudi itu akan mendapat azab yang pedih akibat olokolok mereka kepada rasulullah. Orang-orang yang kafir dari ahli kitab, yahudi dan nasrani, dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan, salah satunya Al-Qur’an sebagai kebaikan yang paling tinggi dari tuhanmu, karena kedengkian dan rasa iri dalam diri mereka. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya, berupa kenabian, wahyu, kenikmatan, dan kebaji kan kepada orang yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, misalnya kepada nabi mu hammad. Dan Allah pemilik karunia, nikmat, dan kebajikan yang besar.


Al-Baqarah Ayat 104 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 104, Makna Al-Baqarah Ayat 104, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 104, Al-Baqarah Ayat 104 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 104


Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286