{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 75.
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿٧٥﴾
a fa taṭma’ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma’ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba’di mā ‘aqalụhu wa hum ya’lamụn
QS. Al-Baqarah [2] : 75
Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya?
Wahai kaum muslimin, apakah kalian lupa perbuatan-perbuatan Bani Israil, lalu kalian berharap orang-orang Yahudi akan membenarkan agama kalian? Ulama-ulama mereka telah mendengar firman Allah dari Taurat, kemudian mereka menyelewengkannya kepada makna yang tidak benar setelah mereka memahami kebenaran. Atau menyelewengkannya lafaz-lafaznya sementara mereka menyadari bahwa mereka menyelewengkann Kalam Rabb alam semesta secara dusta dan sengaja.
Afatatmauna, apakah kalian masih mengharapkan, hai orang-orang mukmin.
An yu-minu lakum, golongan yang sesat dari kalangan orang-orang Yahudi itu mau tunduk dengan taat kepada kalian, yaitu mereka yang kakek moyangnya telah menyaksikan berbagai mukjizat yang jelas dengan mata kepala mereka sendiri, tetapi ternyata hati mereka menjadi keras sesudah itu.
Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya, yakni menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya. Hal itu mereka lakukan setelah mereka memahaminya dengan pemahaman yang jelas. Tetapi mereka menyimpang dengan sepengetahuan mereka, dan menyadari bahwa perubahan dan takwil keliru yang mereka lakukan itu benar-benar salah. Hal ini sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya. (Al Maidah:13)
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setelah itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada Nabi-Nya beserta orang-orang yang mengikutinya dari kalangan kaum mukmin, memutuskan harapan mereka terhadap orang-orang Yahudi itu:
Apakah kalian masih mengharapkan mereka akan percaya kepada kalian, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah.
Makna yang dimaksud dari firman-Nya, “Yasma’una,” adalah mendengar kitab Taurat, karena kitab Taurat telah mereka dengar semua, tetapi mereka adalah orang-orang yang meminta kepada Nabi Musa a.s. untuk dapat melihat Tuhan mereka dengan jelas, lalu mereka disambar oleh halilintar di tempat tersebut.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan —menukil perkataan yang dinukilnya dari sebagian kalangan ahlul ‘ilmi— bahwa mereka berkata kepada Musa, “Hai Musa, sesungguhnya telah dihalang-halangi antara kami dan Tuhan kami hingga kami tidak dapat melihat-Nya, maka perdengarkanlah kepada kami Kalam-Nya di saat Dia berbicara kepadamu.” Maka Nabi Musa a.s. memohon hal tersebut kepada Tuhannya, dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepadanya, “Ya, perintahkanlah kepada mereka agar bersuci dan mencuci pakaiannya serta berpuasa,” lalu mereka melakukannya.
Kemudian Nabi Musa membawa mereka keluar hingga sampai di Bukit Tur. Ketika mereka tertutupi oleh awan, Musa memerintahkan kepada mereka untuk sujud, lalu mereka semua menyungkur bersujud, dan Allah berbicara kepada Musa, sedangkan mereka mendengar firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengandung perintah dan larangan kepada mereka, hingga mereka memahami apa yang mereka dengar dari-Nya. Sesudah itu Nabi Musa a.s. kembali bersama mereka menuju kaum Bani Israil.
Ketika mereka datang kepada kaumnya, ada sebagian dari kalangan mereka mengubah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka. Mereka berkata kepada kaum Bani Israil di saat Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kalian untuk mengerjakan anu dan anu.”
Selanjutnya Ibnu Abbas mengatakan bahwa golongan tersebutlah yang disebut oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat ini (Al Baqarah:75). Sesungguhnya mereka mengatakan, “Allah telah memerintahkan kepada kalian untuk mengerjakan anu dan anu,” hanyalah untuk menentang apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka, yakni mereka mengubahnya dari perintah yang sesungguhnya. Golongan inilah yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam ayat ini.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya.
Yang mereka ubah adalah kitab Taurat.
Apa yang disebut oleh As-Saddi ini lebih umum pengertiannya daripada yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Ishaq, sekalipun pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir karena berpegang kepada konteks ayat. Karena sesungguhnya bukan merupakan suatu kepastian bila mereka telah mendengar Kalamullah secara langsung mempunyai pemahaman yang sama dengan apa yang didengar oleh Nabi Musa ibnu Imran yang diajak bicara langsung oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Sedangkan dalam ayat lain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. (At Taubah:6)
Yakni agar Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mempunyai kesempatan untuk menyampaikan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepadanya.
Karena itulah Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
kemudian mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedangkan mereka mengetahui.
Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Yahudi yang pernah mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya sesudah mereka memahami dan menghafalnya.
Mujahid mengatakan bahwa orang-orang yang mengubah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan yang menyembunyikannya adalah para ulama dari kalangan mereka.
Abul Aliyah mengatakan, mereka sengaja mengubah sifat-sifat Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang ada dalam kitab mereka dari tempat-tempatnya.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, “Wahum ya’lamuna” (sedangkan mereka mengetahui), yakni mereka berdosa.
Ibnu Wahb mengatakan bahwa firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
padahal mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya.
Menurut Ibnu Zaid, yang dimaksud dengan Kalamullah ialah kitab Taurat yang diturunkan kepada mereka, lalu mereka mengubahnya. Mereka menjadikan hal yang halal di dalamnya menjadi haram, dan yang haram mereka jadikan halal, lalu mereka mengubah perkara yang hak menjadi perkara yang batil, dan yang batil menjadi hak. Apabila datang kepada mereka orang yang berada dalam pihak yang benar disertai dengan uang suap, barulah mereka mengeluarkan Kitabullah (Taurat). Jika datang kepada mereka orang yang berada dalam pihak yang batil dengan membawa uang suap, mereka mengeluarkan kitab yang telah mereka ubah itu sehingga dia berada dalam pihak yang benar. Apabila datang kepada mereka seseorang yang menanyakan sesuatu masalah kepada mereka tanpa ada kaitannya dengan perkara yang hak, tanpa uang suap, dan tanpa lainnya, mereka memerintahkan perkara yang hak (sebenarnya) kepada orang itu. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada mereka:
Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir. (Al Baqarah:44)
Tafsir Ayat:
Ayat ini adalah sebuah pemupusan akan harapan kaum Mukminin dari keimanan ahli kitab. Yakni janganlah kalian terlalu berharap mereka akan beriman, sedangkan akhlak mereka tidak mendukung harapan kalian terhadap mereka, karena mereka dahulu merubah kalam Allah setelah mereka memahami dan mengetahuinya, lalu mereka membuat suatu makna yang tidak Allah kehendaki untuk menipu manusia bahwasanya makna-makna itu datangnya dari sisi Allah padahal itu bukanlah dari sisi Allah. Jika perilaku mereka terhadap kitab mereka sendiri -yang mana mereka meyakininya sebagai kemuliaan bagi mereka dan agama mereka-, mereka menghalangi manusia dari jalan Allah dengan kitab itu, maka bagaimana mungkin mereka diharapkan percaya kepada kalian? Hal ini adalah perkara yang paling mustahil.
Sesudah menjelaskan sikap orang yahudi, maka kemudian mengingatkan nabi Muhammad dan umat islam dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah kamu, kaum muslim, sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, meyakini kerasulan nabi Muhammad, dan beriman pada petunjuk Al-Qur’an’ hal seperti ini mustahil dapat terwujud, sedangkan segolongan dari mereka sudah mendengar dan mengetahui firman Allah yang terdapat pada kitab taurat lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya dan menafsirkannya sekehendak hati, padahal mereka, yaitu kaum yahudi madinah, mengetahuinya bahwa taurat itu berisi petunjuk bagi mereka. Keingkaran kaum yahudi tidak saja tecermin pada keingkaran mereka terhadap kerasulan nabi Muhammad, tetapi juga pada sikap munafiknya. Karakter ini nyata dan jelas apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman dari kelompok sahabat nabi, mereka berkata, kami telah beriman sebagaimana kalian meyakini kerasulan Muhammad. Tetapi apabila mereka kembali kepada sesamanya, mereka bertanya kepada kelompoknya, apakah akan kamu ceritakan kepada mereka yang menjadi pengikut Muhammad apa yang telah diterangkan Allah kepadamu di dalam taurat tentang akan datangnya seorang rasul yang bernama ahmad’nama lain nabi Muhammad, sehingga mereka atau umat islam itu dapat menyanggah kamu dan menyalahkanmu di hadapan tuhanmu, karena kerasulan Muhammad itu memang benar dan tercantum dalam taurat. Karena itu tidakkah kamu mengerti bahwa bila ini terjadi, yaitu penjelasan tentang kerasulan Muhammad, berarti kamu telah melakukan hal yang bodoh’ ayat ini turun untuk menegaskan bahwa kaum yahudi pada dasarnya mengakui kenabian Muhammad, namun mereka tidak mengimaninya.
Al-Baqarah Ayat 75 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 75, Makna Al-Baqarah Ayat 75, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 75, Al-Baqarah Ayat 75 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 75
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)