{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 112.
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١١٢﴾
balā man aslama waj-hahụ lillāhi wa huwa muḥsinun fa lahū ajruhụ ‘inda rabbihī wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn
QS. Al-Baqarah [2] : 112
Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Perkaranya tidak seperti yang mereka kalim bahwa surga hanya khusus bagi mereka semata bukan selain mereka. Akan tetapi surga akan dimasuki oleh orang-orang yang ikhlas kepada Allah semata, tidak sekutu bagi-Nya, dan dia mengikuti Rasul Muhammad dalam segala perkataan dan perbuatannya. Barang siapa melakukan itu, maka dia akan mendapatkan pahala amalnya di sisi Rabb-nya di akhirat, yaitu masuk surga. Mereka tidak takut terhadap perkara akhirat ang mereka hadapi, dan mereka juga tidak sedih atas bagian dunia yang tidak mereka dapatkan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan.
Dengan kata lain, barang siapa yang ikhlas dalam beramal karena Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.”(Ali Imran:20), hingga akhir ayat.
Abul Aliyah dan Ar-Rabi’ mengatakan, makna man aslama wajhahu lillah ialah barang siapa yang ikhlas kepada Allah.
Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa aslama ialah ikhlas, dan wajhahu artinya agamanya, yakni barang siapa yang mengikhlaskan agamanya karena Allah semata. Wahuwa muhsinun artinya mengikuti Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam beramal. Dikatakan demikian karena syarat bagi amal yang diterima itu ada dua, salah satunya ialah hendaknya amal perbuatan dilakukan dengan niat karena Allah semata, dan syarat lainnya ialah hendaknya amal tersebut benar lagi sesuai dengan tuntunan syariat (mengikuti petunjuk Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Karena itu, dikatakan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam salah satu sabdanya:
Barang siapa mengerjakan suatu amal yang bukan termasuk urusan kami, maka amal itu ditolak.
Hadis riwayat Imam Muslim melalui hadis Siti Aisyah r.a.
Untuk itu amal para rahib dan orang-orang yang semisal dengan mereka, sekalipun amal mereka dinilai ikhlas karena Allah, sesungguhnya amal tersebut tidak diterima dari mereka sebelum mereka mendasarinya karena mengikut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang diutus kepada mereka dan kepada segenap umat manusia. Sehubungan dengan mereka dan orang-orang yang semisal dengan mereka, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Al Furqaan:23)
Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya, dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An Nuur:39)
Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 2-5)
Telah diriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar r.a. bahwa ia menakwilkan makna ayat ini ditujukan kepada para rahib, seperti yang akan dijelaskan nanti.
Jika amal perbuatan yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan syariat dalam gambaran lahiriahnya, sedangkan niat pengamalnya tidak ikhlas karena Allah, maka amal ini pun tidak diterima dan dikembalikan kepada pelakunya. Yang demikian itu adalah keadaan orang-orang yang pamer dan orang-orang munafik, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
(An Nisaa:142)
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong) dengan barang berguna. (Al-Ma’un: 4-7)
Untuk itu, dalam firman Allah yang lain disebutkan:
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al Kahfi:110)
Di dalam ayat ini disebutkan:
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan. maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Melalui ayat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menjamin bahwa mereka pasti mendapat pahala tersebut dan mengamankan mereka dari hal-hal yang mereka takuti. Dengan kata lain, tiada kekhawatiran bagi mereka dalam menghadapi masa mendatang, tiada pula kesedihan bagi mereka atas masa lalu mereka. Menurut Sa’id ibnu Jubair, la khaufun ‘alaihim artinya tiada kekhawatiran bagi mereka, yakni di hari kemudian, wala hum yahzanuna, dan tiada pula mereka bersedih hati, yakni tiada kesedihan atas diri mereka dalam menghadapi kematiannya.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan keterangan yang jelas dan bersifat umum bagi setiap orang seraya berfirman, بَلَى “(Tidak demikian) tentu,” maksudnya tidak seperti angan-angan dan klaim kalian, akan tetapi مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ “barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,” maksudnya mengikhlaskan segala perbuat-annya dan dengan menyerahkan hatinya kepadaNya, وَهُوَ “sedang ia” dengan keikhlasannya itu, مُحْسِنٌ “berbuat kebajikan” dalam menyembah Rabbnya dengan menyembahNya sesuai syariatNya, maka mereka itulah penghuni surga, dan bagi mereka ganjaran di sisi Rabb mereka yaitu surga dengan segala kenikmatan yang ada padanya, وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ “dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,” mereka memperoleh apa yang diharapkan dan terhindar dari apa yang dikhawatirkan.
Dapat dipahami dari sini bahwa barangsiapa yang berbeda dengan keterangan di atas, maka dia adalah penghuni neraka lagi sengsara. Oleh karena itu, tidaklah ada keselamatan kecuali bagi orang-orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Tuhannya dan mengikuti Sunnah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Tidak! mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya yahudi atau nasrani, melainkan barang siapa yang menyerahkan diri, tunduk, patuh, taat, ikhlas sepe nuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, beriman, membenarkan, dan mengikuti apa yang dibawa oleh rasulullah, dia mendapat pahala di sisi tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka di akhirat dan mereka tidak bersedih hati. Mereka kekal dalam kenikmatan. Dan orang yahudi berkata, orang nasrani itu tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan berupa agama yang benar, padahal nabi isa telah datang kepada mereka, lalu mereka menging karinya. Dan orangorang nasrani juga berkata, orang-orang yahudi tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan beru pa agama yang benar, padahal nabi musa telah datang kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Padahal, mereka membaca kitab, yakni taurat bagi orang yahudi dan injil bagi orang nasrani. Apa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan isi perdebatan antara yahudi dan nasrani di hadapan rasulullah. Rafi bin armalah, seorang yahudi, mengatakan kepada orang nasrani, kalian tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap isa dan injil. Seorang nasrani dari najran lalu menanggapinya, kalian juga tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap musa dan taurat. Demikian pula orang-orang musyrik arab yang tidak berilmu; mereka berkata seperti ucapan me-reka, ahli kitab, itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan dalam soal agama.
Al-Baqarah Ayat 112 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 112, Makna Al-Baqarah Ayat 112, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 112, Al-Baqarah Ayat 112 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 112
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)