{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 199.
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴿١٩٩﴾
ṡumma afīḍụ min ḥaiṡu afāḍan-nāsu wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm
QS. Al-Baqarah [2] : 199
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Hendaknya bergeraknya kalian dari Arafah di mana Ibrahim bergerak meninggalkannya dalam keadaan menyelisihi orang-orang jahiliyah yang tidak wukuf di sana. Memohonlah kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa kalian, sesungguhnya Dia Maha mengampuni hamba-hamba-Nya yang memohon ampunan kepada-Nya dan menyayangi mereka.
Lafaz summa dalam ayat ini untuk meng-ataf-kan suatu khabar kepada khabar yang lain dan menunjukkan pengertian urutannya. Seakan-akan Allah memerintahkan kepada orang yang wakaf di Arafah agar bertolak menuju Muzdalifah untuk berzikir kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di Masy’aril Haram. Allah memerintahkan kepadanya agar wuquf bersama orang-orang banyak di Arafah, seperti yang telah dilakukan oleh mayoritas orang-orang di masa silam, kecuali orang-orang Quraisy, orang-orang Quraisy tidak mau keluar dari batasan Tanah Suci. Mereka melakukan wuqufnya di perbatasan Kota Suci yang berdekatan dengan Tanah Halal, lalu mereka mengatakan, “Kami adalah orang-orang kepercayaan Allah di negeri-Nya dan pengurus aimah-Nya.”
Imam Bukhari meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa dahulu orang-orang Quraisy dan orang-orang yang mengikuti mereka berwuquf di Muzdalifah, lalu mereka menamakannya Al-Hams, sedangkan orang-orang Arab lainnya berwuquf di Arafah.
Ketika Islam datang, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar datang ke Arafah, kemudian melakukan wuquf padanya, lalu bertolak darinya. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya: dari bertolaknya orang-orang. (
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ata, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir dan mengatakannya sebagai suatu kesepakatan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Mujahid, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut’im, dari ayahnya yang menceritakan, “Aku pernah kehilangan seekor unta milikku di Arafah, maka aku berangkat mencarinya. Tiba-tiba aku menjumpai Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang wuquf. Maka aku berkata (kepada diriku sendiri), ‘Sesungguhnya hal ini termasuk Hams, apakah gerangan yang sedang dilakukannya di sini?’.”
Riwayat ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing.
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya pula dari hadis Musa Ibnu Uqbah, dari Kuraib, dari Ibnu Abbas yang kesimpulannya menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan istilah ifadah (bertolak) dalam ayat ini ialah bertolak dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim saja, yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang dalam ayat ini adalah Nabi Ibrahim a.s., juga menurut salah satu riwayat lainnya yang ada pada Imam (Ibnu Jarir). Ibnu Jarir mengatakan, “Seandainya tidak ada kesepakatan hujah yang memberikan pengertian sebaliknya, niscaya riwayat ini lebih kuat.”
<>Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sering memerintahkan berzikir sesudah menunaikan ibadah. Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila selesai dari salat selalu membaca istigfar sebanyak tiga kali. Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menganjurkan membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak tiga puluh tiga kali (masing-masing).
Dalam bab ini Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Ibnu Abbas ibnu Mirdas As-Sulami tentang pemiohonan ampun Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ buat umatnya pada sore hari Arafah. Kami telah menghimpunnya di dalam sebuah kitab mengenai keutamaan hari Arafah.
Ibnu Murdawaih dalam bab ini meriwayatkan sebuah hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari, dari Syaddad ibnu Aus yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Penghulu istigfar ialah bacaan seorang hamba akan doa berikut: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menciptakan diriku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada di bawah perintah-Mu dan janji-Mu menurut kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahalan apa yang telah kuperbuat, aku kembali kepada-Mu dengan semua nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku, dan aku kembali kepada-Mu dengan semua dosaku. Maka ampunilah daku, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Engkau.” Barang siapa yang membacanya di suatu malam, lalu di malam itu juga ia meninggal dunia, niscaya ia masuk surga. Dan barang siapa yang membacanya di siang hari, lalu ia meninggal dunia. niscaya masuk surga.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Abu Bakar pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu doa yang akan kubacakan dalam salatku.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Katakanlah, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan perbuatan aniaya yang banyak sekali, sedangkan tiada seorang pun yang dapat memberikan ampunan kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan belas kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
Hadis-hadis mengenai istigfar cukup banyak, dan yang disebutkan di sini hanya sebagian kecil saja.
Tafsir Ayat:
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak.” Maksudnya, kemudian bertolaklah kalian dari Muzdalifah dari tempat bertolaknya orang-orang dari sejak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam hingga sekarang. Dan yang dimaksud dengan bertolak tersebut telah diketahui oleh me-reka, yaitu untuk melempar jumrah, menyembelih hewan kurban, thawaf, sa’i, bermalam di Mina pada malam-malam tasyriq, dan menyempurnakan sisa kegiatan manasik haji lainnya. Dan ketika bertolak, maksudnya adalah apa yang telah disebutkan dan hal-hal yang disebutkan pada akhir manasik, ketika telah selesai darinya, Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan untuk beristighfar dan banyak berdzikir kepadaNya. Istighfar tersebut untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada seorang hamba dalam melaksanakan ibadahnya dan kelalaiannya padanya, sedangkan dzikir kepada Allah adalah wujud kesyukuran atas segala nikmat yang telah diberikan dengan taufikNya dalam melaksanakan ibadah yang agung dan karunia yang tak terkira tersebut.
Demikianlah seharusnya yang dilakukan seorang hamba setiap kali ia selesai dari suatu ibadah, sepatutnya ia beristighfar kepada Allah dari kelalaiannya dan bersyukur atas taufikNya, bukan seperti orang yang memandang bahwa ia telah menyem-purnakan ibadah, dan telah berbuat baik kepada Allah dan ibadah itu menjadikannya menempati posisi yang tinggi, sesungguhnya orang seperti ini berhak atas kemurkaan dan amalannya ditolak, sebagaimana yang pertama berhak untuk dikabulkan dan diberi taufik kepada amalan-amalan yang lainnya.
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak, yakni dari arafah setelah wukuf menuju masyarilharam, muzdalifah, mina, dan mekah, dan mohonlah ampunan kepada Allah di tempat-tempat tersebut dari semua dosa yang pernah dilakukan. Sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayang kepada orang yang tobat dan memohon ampun. Orang arab jahiliah ketika menunaikan ibadah haji merasa tidak perlu mengikuti cara-cara orang banyak berwukuf di arafah, bermalam di muzdalifah, dan melempar jamrah, padahal semuanya berasal dari manasik haji yang dicontohkan oleh nabi ibrahim. Mereka meyakini bahwa tidak keluar dari mekah merupakan penghormatan terhadap kakbah dan tanah haram. Al-qur’an meluruskan hal ini, menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam tata cara ibadah antara satu golongan dengan golongan yang lain. Prinsip ibadah adalah menaati perintah Allah dan mengikuti aturan-Nya dengan ikhlas. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji seperti tawaf, sai, wukuf di arafah, bermalam di muzdalifah, melempar jamrah, tahalul, dan tawaf wada’, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu dalam tradisi jahiliah dengan khidmat, khusyuk, dan takzim; bahkan berzikirlah kepada Allah dengan lebih takzim dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, ya tuhan kami! berilah kami kebaikan di dunia, seperti hidup yang sehat, harta yang banyak, dan keturunan yang cerdas sehingga terhormat dan bermartabat, tetapi di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun karena tidak beriman dan beramal saleh.
Al-Baqarah Ayat 199 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 199, Makna Al-Baqarah Ayat 199, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 199, Al-Baqarah Ayat 199 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 199
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)