{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 116.
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۖ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ ﴿١١٦﴾
wa qāluttakhażallāhu waladan sub-ḥānah, bal lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, kullul lahụ qānitụn
QS. Al-Baqarah [2] : 116
Dan mereka berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya.
Orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin berkata, “Allah mengangkat anak untuk diri-Nya.” Allah menyucikan diri-Nya dari perkataan batil ini. Karena semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya dan hamba-Nya. Mereka semuanya tunduk kepada-Nya dan patuh di bawah kekuasaan-Nya.
Ayat ini dan ayat yang berikutnya mengandung bantahan terhadap orang-orang Nasrani —semoga laknat Allah menimpa mereka— dan juga orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik Arab, yaitu mereka yang menjadikan para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Allah mendustakan dakwaan semuanya, demikian juga dakwaan mereka yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah beranak. Untuk itu Dia berfirman, “Subhanahu,” Mahasuci dan Mahabersih serta Maha Tinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah.
Yakni perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang mereka buat-buat, sesungguhnya hanya milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi dan semua yang ada padanya. Dialah yang mengatur mereka, yang menciptakan mereka, yang memberi mereka rezeki, yang menguasai mereka, yang menundukkan mereka, yang menjalankan mereka, dan yang menggerakkan mereka menurut apa yang dikehendaki-Nya. Semuanya merupakan hamba-hamba-Nya dan milik-Nya, maka mana mungkin Dia mempunyai anak dari kalangan mereka? Karena sesungguhnya seorang anak itu hanya dilahirkan dari dua spesies yang sama, sedangkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tiada yang menyamai-Nya dan tiada yang menyekutui-Nya dalam kebesaran dan keagungan-Nya, dan tiada istri bagi-Nya, maka mana mungkin Dia beranak? Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al An’am:101)
Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.”” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam:88-95)
Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlas: 1-4)
Melalui ayat-ayat tersebut di atas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menetapkan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Mahaagung Yang tiada tandingan dan tiada persamaan bagi-Nya. Segala sesuatu selain Dia adalah makhluk-Nya yang menjadi hamba-hamba-Nya, maka mana mungkin Dia beranak dari mereka? Karena itu, dalam tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu’aib, dari Abdullah ibnu Abul Husain, telah menceritakan kepada kami Nafi’ ibnu Jubair (yaitu Ibnu Mut’im), dari Ibnu Abbas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Anak Adam telah mendustakan Aku, padahal tidak layak baginya mendustakan Aku. Dan dia telah mencaci-Ku, padahal tidak patut baginya mencaci-Ku. Adapun kedustaan yang dilakukannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Aku tidak dapat menghidupkannya kembali seperti semula. Adapun caciannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Aku mempunyai anak. Mahasuci Aku dari mempunyai istri atau anak.”
Hadis ini hanya diketengahkan oleh Imam Bukhari sendiri dari satu jalur.
Ibnu Murdawaih berkata, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Kamil, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Ath-Thurmuzi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq ibnu Muhammad Al-Qarwi, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Anak Adam telah mendustakan Aku, padahal tidak layak baginya mendustakan Aku. Dan dia telah mencaci-Ku, padahal tidak patut baginya mencaci-Ku. Adapun kedustaan yang dilakukannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan, “Allah tidak akan membangkitkan aku seperti Dia menciptakan aku pada awal mulanya,” padahal permulaan penciptaan tidaklah lebih mudah daripada mengembalikannya. Adapun caciannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Allah telah mengambil anak (beranak), padahal Aku adalah Allah Yang Maha Esa yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
Di dalam kitab Sahihain (Bukhari dan Muslim) disebutkan sebuah hadis dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bahwa beliau pernah bersabda:
Tiada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah atas gangguan yang telah didengarnya, sesungguhnya mereka menganggap-Nya beranak. Akan tetapi, Dia tetap memberi mereka rezeki dan membiarkan mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Semua tunduk kepada-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Mutarrif, dari Atiyyah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna qanitun, yakni musallun (berdoa).
Menurut Ikrimah dan Abu Malik, artinya semua mengakui bahwa Dia wajib disembah. Menurut Sa’id ibnu Jubair makna qanitun ialah ikhlas. Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas, qanitun artinya berdiri di hari kiamat. Menurut As-Saddi artinya semua taat kepada-Nya di hari kiamat.
Khasif meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna qanitun, yaitu semua taat kepada-Nya. Bila dikatakan, “Jadilah kamu manusia,” maka jadilah manusia. Dan bila dikatakan, “Jadilah kamu keledai,” maka jadilah keledai.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari Mujahid bahwa qanitun artinya mereka semuanya taat kepada Allah. Selanjutnya Mujahid mengatakan bahwa taat orang kafir ialah melalui bayangannya yang sujud kepada Allah, sedangkan diri orang kafir itu sendiri tidak suka. Pendapat dari Mujahid ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dari semua pendapat di atas Ibnu Jarir menyimpulkan bahwa tunduk, patuh, dan taat hanya kepada Allah merupakan hal yang (diperintahkan) oleh syariat. Hal ini telah diriwayatkan dalam hadis, sebagaimana disebutkan pula di dalam firman-Nya:
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (Ar Ra’du:15)
Telah diriwayatkan di dalam sebuah hadis yang mengandung penjelasan tentang lafaz qunut dalam Al-Qur’an, bahwa yang dimaksud adalah taat, tunduk, dan patuh, seperti yang telah dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim:
telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Darraj yang dijuluki Abus Samah telah menceritakan hadis berikut dari Abul Haisam, dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Setiap lafaz Al-Qur’an yang menyebutkan al-qunut artinya taat.
Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, dari Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Abu Luhai’ah, dari Darraj dengan sanad yang semisal, tetapi di dalam sanadnya terdapat kelemahan dan tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
Predikat rafa’ hadis ini merupakan hal yang tidak dapat diterima, mengingat adakalanya hal ini merupakan perkataan seorang sahabat atau orang yang lebih rendah daripada dia. Banyak sekali tafsir yang mengetengahkan sanad ini, padahal di dalamnya terkandung hal yang diingkari. Maka janganlah Anda teperdaya olehnya, karena sesungguhnya sanad ini predikatnya daif.
Tafsir Ayat:
وَقَالُوا “Orang-orang kafir berkata,” maksudnya, orang-orang kafir dari kaum Yahudi, Nasrani, orang-orang musyrik dan setiap orang yang berkata tentang itu, اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا “Allah mempunyai anak.” Mereka menisbatkan Allah kepada suatu hal yang tidak layak dengan keagunganNya dan mereka benar-benar berlaku buruk serta mereka menganiaya diri mereka sendiri dengan perkataan tersebut, dan Allah جَلَّ جَلالُهُ bersabar atas perbuatan mereka, sungguh Dia telah berlaku santun terhadap mereka, memaafkan mereka, dan memberikan rizki atas mereka walaupun mereka telah berlaku tidak baik kepadaNya.
سُبْحَانَهُ “Mahasuci Allah,” maksudnya suci dan bebas dari segala hal yang dituduhkan oleh orang-orang musyrik dan orang-orang zhalim dari perkara-perkara yang tidak sesuai dengan keagunganNya. Maka Mahasuci Dzat yang memiliki kesempurnaan yang mutlak dalam segala bentuknya yang tidak disisipi oleh kekurangan sedikitpun dalam segala bentuknya, bersamaan dengan bantahan Allah terhadap perkataan mereka. Dia juga menegakkan hujjah dan keterangan yang kuat terhadap kesucianNya dari semua itu seraya berfirman, بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ “Bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah,” maksudnya, seluruhnya kepunyaan Allah berikut hamba-hambaNya, Dia mengatur mereka dengan pengaturan seorang tuan terhadap budak-budaknya, mereka tunduk kepadanya dan di bawah pengaturannya. Maka bila mereka semua itu adalah hamba-hambaNya yang membutuhkan-Nya, sedangkan Dia tidak butuh kepada mereka lalu bagaimanakah ada seseorang di antara mereka yang menjadi anak bagi Allah? Seorang anak itu pasti berasal dari jenis orang tuanya, karena dia merupakan bagian darinya, padahal Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah yang Maha Memiliki lagi Mahaperkasa, sedangkan kalian adalah orang-orang yang dikuasai dan diatur, Allah Mahakaya dan kalian sangatlah miskin, lalu dengan semua itu bagaimana mungkin Allah memiliki anak? Ini adalah suatu hal yang paling batil dan yang paling buruk.
Ketundukan itu ada dua macam; ketundukan yang bersifat umum, yaitu ketundukan seluruh makhluk di bawah pengaturan sang Pencipta, dan kedua, ketundukan yang bersifat khusus, yaitu ketundukan ibadah. Bentuk yang pertama adalah seperti dalam ayat ini, sedang bentuk yang kedua adalah seperti dalam Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ,
وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Dan mereka, kaum yahudi dan nasrani, berkata, Allah mempunyai anak. Mahasuci Allah dari perkataan mereka. Ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas pernyataan kaum yahudi yang meyakini uzair sebagai putra Allah, kaum nasrani yang meng anggap isa sebagai putra Allah, dan kaum musyrik arab yang menganggap malaikat sebagai putri Allah. Bahkan milik-Nyalah, yakni Allah-lah pencipta dan pe milik apa yang di langit dan di bumi, termasuk di dalamnya uzair, isa, dan para malaikat itu. Semua tunduk, taat, dan patuh kepada-Nya, yakni kepada kebesaran, kekuasaan dan kehendak-Nya. Allah pencipta langit dan bumi. Apabila dia hendak menetapkan, mengadakan, dan mewujud kan sesuatu, tidak ada halangan sedikit pun bagi-Nya, dia hanya berkata kepadanya, jadilah! maka jadi lah sesuatu itu.
Al-Baqarah Ayat 116 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 116, Makna Al-Baqarah Ayat 116, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 116, Al-Baqarah Ayat 116 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 116
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)