| {1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 253.
۞ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَـٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ ﴿٢٥٣﴾
tilkar-rusulu faḍḍalnā ba’ḍahum ‘alā ba’ḍ, min-hum mang kallamallāhu wa rafa’a ba’ḍahum darajāt, wa ātainā ‘īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, walau syā`allāhu maqtatalallażīna mim ba’dihim mim ba’di mā jā`at-humul-bayyinātu wa lākinikhtalafụ fa min-hum man āmana wa min-hum mang kafar, walau syā`allāhu maqtatalụ, wa lākinnallāha yaf’alu mā yurīd
QS. Al-Baqarah [2] : 253
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya.
Para Rasul yang mulia itu, sebagian dari mereka diunggulkan oleh Allah atas sebagian yang lainnya, menurut apa yang Allah anugerahkan kepada mereka. Di antara mereka ada yang Allah berbicara langsung kepadanya, yaitu Musa dan Muhammad. Ini menetapkan sifat kalam bagi Allah sesuai dengan keagungan-Nya. Di antara mereka ada yang Allah angkat ke derajat-derajat yang tinggi seperti Muhammad dengan keumuman risalah penutup nubuwwah, keunggulan umatnya atas umat-umat yang lain dan sebagainya. Dan Allah telah memberikan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan dan mencengangkan kepada Isa putra Maryam seperti menyembuhkan orang buta bawaan sejak lahir dengan izin Allah, menyembuhkan penderita penyakii sopak dengan izin Allah dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan Allah mendukungnya dengan Jibril. Seandainya Allah berkehendak supaya orang-orang yang datang setelah para Rasul tersebut tidak bertikai setelah datang kepada mereka keterangan dari Allah, niscaya mereka tidak akan bertikai. Akan tetapi khilaf tetap terjadi di antara mereka; di antara mereka ada yang tetap teguh diatas imannya, dan diantara mereka ada yang tetap bersikukuh di atas kekufurannya. Kalau Allah berkehendak, setelah terjadi perselisihan diantara mereka yang membawa kepada pertikaian, niscaya mereka tidak bertikai. Akan tetapi Allah memberikan taufik-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki untuk menaati-Nya dan beriman kepada-Nya, dan membiarkan siapa yang Dia kehendaki sehingga dia mendurhakai-Nya dan kafir kepada-Nya. Dia melakukan dan memilih sebagaimana yang Dia kehendaki.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan bahwa Dia mengutamakan sebagian rasul-rasul atas sebagian yang lain. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain) dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Al Israa’:55)
Sedangkan di dalam surat ini disebutkan:
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia).
Yang dimaksud ialah Nabi Musa dan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, demikian pula Nabi Adam. Seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui Abu Zar r.a.
…dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.
Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis Isra, yaitu ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan para nabi lainnya di langit sesuai dengan perbedaan kedudukan mereka di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Apabila dikatakan, apakah kaitan antara ayat di atas dengan hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah, yaitu sebagai berikut:
Seorang lelaki dari kalangan kaum muslim bertengkar dengan seorang lelaki Yahudi. Lelaki Yahudi itu berkata dalam sumpah yang diucapkannya, “Tidak, demi Tuhan yang telah memilih Musa atas semua manusia.” Maka lelaki muslim mengangkat tangannya dan menampar wajah orang Yahudi tersebut seraya berkata, “Hai orang yang buruk, juga atas Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ?” Lelaki Yahudi datang menghadap Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mengadukan perihal lelaki muslim tadi. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Janganlah kalian mengutamakan diriku atas para nabi, karena sesungguhnya manusia itu semuanya mati di hari kiamat nanti, dan aku adalah orang yang mula-mula dibangunkan. Ternyata kujumpai Musa sedang memeluk tiang Arasy. Aku tidak mengetahui apakah dia terbangun sebelumku ataukah dia telah memperoleh balasannya dengan kematian (sa’iqah) ketika di Bukit Tur? Karena itu, janganlah kalian mengutamakan diriku atas para nabi.”
Menurut riwayat yang lain disebutkan:
Janganlah kalian saling mengutamakan di antara para nabi.
Maka sebagai jawabannya dapat dikatakan seperti berikut:
Pertama, hal ini terjadi sebelum Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengetahui keutamaan dirinya atas para nabi lainnya. Akan tetapi, alasan ini masih perlu dipertimbangkan.
Kedua, sesungguhnya hal ini sengaja dikatakan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai ungkapan rasa rendah dirinya.
Ketiga, larangan dalam hadis ini mengandung makna tidak boleh saling mengutamakan dalam keadaan seperti itu, yakni dalam situasi pertengkaran dan persengketaan.
Keempat, larangan ini mengandung pengertian tidak boleh saling mengutamakan hanya berdasarkan pendapat dan fanatisme.
Kelima, manusia tidak berhak saling mengutamakan di antara para nabi, melainkan hal tersebut hanyalah hak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى semata. Manusia hanya diharuskan tunduk, berserah diri, dan beriman kepada-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mukjizat.
Yang dimaksud dengan al-bayyinat ialah hujah-hujah dan dalil-dalil yang akurat yang membenarkan apa yang ia sampaikan kepada kaum Bani Israil, bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah kepada mereka.
…dan Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus.
Yakni Allah memperkuatnya dengan Malaikat Jibril a.s.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan.
Dengan kata lain, hal tersebut terjadi karena keputusan dan takdir Allah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Akan tetapi, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
(253) Allah جَلَّ جَلالُهُ sang Pencipta mengabarkan bahwa Dia mem-beda-bedakan tingkat (derajat) antara para Rasul dalam keutamaan-keutamaan yang mulia dan keistimewaan-keistimewaan yang indah, sesuai dengan keutamaan yang dikaruniakan olehNya atas mereka dan penegakan yang mereka lakukan dari keimanan yang sempurna, keyakinan yang kuat, akhlak yang luhur, tingkah laku yang terpuji, dakwah, pengajaran, dan kegunaan yang menyeluruh. Maka di antara mereka ada yang Allah جَلَّ جَلالُهُ jadikan sebagai kekasihNya, di antara mereka ada juga yang diajak bicara langsung olehNya, di antara mereka ada yang diangkat olehNya di atas para makhluk beberapa derajat, dan untuk keseluruhan para nabi, tidak ada se-orang pun manusia yang mampu mencapai keutamaan mereka yang tinggi. Allah جَلَّ جَلالُهُ mengistimewakan Isa bin Maryam ‘alaihissalam bahwa dia diberikan keterangan-keterangan yang jelas yang menunjukkan akan kerasulannya dengan yakin dan kehambaannya dengan benar dan bahwa risalah yang dibawanya dari Allah جَلَّ جَلالُهُ semuanya adalah benar, lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ menjadikannya mampu menyembuhkan orang yang buta, penyakit kusta, dan mampu menghidupkan orang mati dengan izin Allah جَلَّ جَلالُهُ, Nabi Isa ‘alaihissalam berbicara dengan manusia saat masih dalam buaian, diperkuat dengan Ruhul Qudus yaitu ruh keimanan yang menjadikan ruhani beliau unggul di atas selainnya. Dengan itu semua dia mendapatkan kekuatan dan pertolongan, walaupun dasar dari pertolongan dengan ruh tersebut bersifat umum bagi setiap Mukmin sesuai dengan keimanannya, sebagai-mana Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ
“Dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padaNya.” (Al-Mujadilah: 22).
Akan tetapi apa yang didapatkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam adalah lebih besar daripada yang didapatkan selainnya. Karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ mengkhususkannya dengan menyebutnya. Pendapat lain mengatakan bahwa Ruh Qudus di sini adalah Jibril ‘alaihissalam ,, yakni Allah جَلَّ جَلالُهُ menguatkan Nabi Isa dengan pertolongan Jibril dan bantuannya. Akan tetapi maknanya yang benar adalah yang pertama.
Dan ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan tentang kesempurnaan para Rasul dan apa yang Allah جَلَّ جَلالُهُ berikan kepada mereka dari keutamaan dan keistimewaan dan bahwa agama mereka adalah satu, dakwah mereka kepada kebaikan adalah satu, di mana seharusnya dan konsekuensi dari itu adalah bersatunya seluruh umat untuk mem-benarkannya dan patuh kepada mereka, karena apa yang mereka dapatkan dari keterangan-keterangan yang jelas yang dengan hal seperti itu manusia pasti beriman, akan tetapi sebagian besar dari mereka berpaling dari jalan yang lurus, dan terjadilah perselisihan antara seluruh umat, di antara mereka ada yang beriman dan di antara mereka ada yang kafir, maka akibat dari itu semua adalah terjadinya saling membunuh yang merupakan akibat dari perpe-cahan dan perselisihan serta permusuhan, seandainya Allah جَلَّ جَلالُهُ meng-hendaki, pastilah Allah جَلَّ جَلالُهُ akan menyatukan mereka di atas petunjuk hingga mereka tidak berselisih, dan sekiranya Allah جَلَّ جَلالُهُ juga menghen-daki setelah terjadinya perselisihan itu yang mengakibatkan saling membunuh, pastilah mereka tidak saling membunuh, akan tetapi hikmah Allah جَلَّ جَلالُهُ telah tetap berjalan dengan segala perkara di atas pengaturan itu sesuai dengan sebab-sebabnya.
Ayat ini merupakan tanda yang paling besar atas adanya andil tindakan dari Allah جَلَّ جَلالُهُ pada seluruh sebab-sebab yang meng-akibatkan segala macam hasilnya, dan bahwasanya bila Dia meng-hendaki, Dia akan membiarkannya dan bila Dia menghendaki, Dia akan melarangnya. Semua itu tunduk pada hikmahNya semata, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ Maha Melakukan apa yang dikehendakiNya, tidak ada penghalang, tidak pula penentang, dan tidak pula penolong di hadapan keinginan dan kehendakNya.
Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa nabi Muhammad adalah salah seorang rasul yang diutus Allah, di sini dijelaskan kedudukan para rasul di sisi-Nya dan keadaan umat mereka setelah kepergian para rasul itu. Rasul-rasul yang mulia dan tinggi derajatnya yang telah kami sebutkan itu kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain dengan keutamaan yang diberikan kepada mereka. Di antara mereka ada yang Allah berfirman dengannya secara langsung dan mengajaknya berbicara sesuai keagungan-Nya, seperti nabi musa saat berada di tur sina dan nabi Muhammad saat mikraj di sidratulmuntaha, dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat seperti nabi Muhammad yang dibekali dengan ajaran yang bersifat universal. Dan kami beri isa putra maryam beberapa mukjizat yang menjadi bukti kebenaran risalah yang ia bawa, seperti menyembuhkan anak yang terlahir buta, orang yang menderita penyakit belang; menghidupkan orang yang sudah mati, dan sebagainya; semua atas izin Allah. Dan kami perkuat dia dengan rohulkudus, yaitu jibril yang selalu berada mendampingi dan memberinya dukungan hingga ia diangkat oleh Allah ke langit. Para rasul itu datang dengan membawa petunjuk, agama kebenaran, dan beberapa penjelasan. Maka, sudah semestinya semua manusia beriman, tidak berselisih dan saling memerangi. Tetapi kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang yang datang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, bertengkar, mengutuk dan berkelahi sebagai puncak perselisihan mereka. Yang lebih buruk lagi, perselisihan mereka justru terjadi setelah bukti-bukti nyata sampai kepada mereka. Bukti-bukti itu mereka putar-balikkan dan disalahpahami, tetapi Allah tidak menghendaki sehingga mereka berselisih dan perselisihan itu mengantar mereka ke dalam pertengkaran, saling mengutuk, berkelahi dan/atau saling membunuh. Maka, dari perselisihan itu juga mengakibatkan ada di antara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka umat para rasul itu berbunuh-bunuhan setelah terjadi perselisihan sesama mereka. Demikianlah, kalau menghendaki, tidak terjadi perselisihan itu, tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya sesuai hikmah dan kebijaksanaan-Nyawahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya serta mengikuti petunjuknya! infakkanlah dengan mengeluarkan sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepadamu, baik dalam bentuk yang wajib seperti zakat maupun infak yang bersifat sunah. Bersegeralah sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli yang mendatangkan keuntungan, atau seseorang dapat membeli dirinya dengan sejumlah harta yang ia bayarkan sebagai tebusan agar dirinya tidak mendapat siksa tuhan pada hari kiamat, ketika tidak ada lagi persahabatan yang memungkinkan seseorang membantu walau persahabatan itu sangat dekat yang dapat menyelamatkan dari azab Allah. Kalau sahabat yang sangat akrab saja tidak bisa, apalagi sahabat biasa. Dan pada hari itu tidak ada lagi syafaat pertolongan dari seseorang yang dapat meringankan azab kecuali dari orang-orang yang mendapat izin dan rida dari Allah. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah, sebab mereka tidak menyambut baik seruan kebenaran.
Al-Baqarah Ayat 253 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 253, Makna Al-Baqarah Ayat 253, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 253, Al-Baqarah Ayat 253 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 253
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286