{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 119.
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۖ وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ ﴿١١٩﴾
innā arsalnāka bil-ḥaqqi basyīraw wa nażīraw wa lā tus`alu ‘an aṣ-ḥābil-jaḥīm
QS. Al-Baqarah [2] : 119
Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
Sesungguhnya Kami mengutusmu wahai Rasul dengan membawa agama yang haq yang didukung dengan hujjah-hujjah dan mukjizat-mukjizat. Maka sampaikanlah kepada manusia disertai dengan penyampaian berita gembira kepada orang-orang beriman bahwa mereka akan mendapatkan dua kebaikan; kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Dan peringatkanlah orang-orang yang ingkar terhadap siksa Allah yang telah menanti mereka. Kamu tidak lagi bertanggung jawab setelah kamu menyampaikan tentang kekufuran siapa yang kafir dari mereka kepadamu, karena di hari kiamat kelak mereka akan masuk ke dalam api neraka dan tidak keluar darinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Abdullah Al-Fazzari, dari Syaiban An-Nahwi, telah menceritakan ke-padaku Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Telah diturunkan kepadaku firman-Nya, “Sesungguhnya Kami mengutusmu dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sebagai pembawa berita gembira dengan surga dan pemberi peringatan terhadap neraka.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
Menurut bacaan kebanyakan ulama qiraat ialah wala tus-alu dengan ta yang di-dammah-kan sebagai kalimat berita. Menurut bacaan Ubay ibnu Ka’b dikatakan wa ma tas-alu (dan janganlah kamu bertanya), sedangkan menurut qiraat Ibnu Mas’ud dibaca wa lan tus-alu. Qiraat ini dinukil oleh Ibnu Jarir yang artinya Kami tidak akan menanyakan kepadamu tentang kekufuran orang-orang yang kafir. Perihalnya sama dengan firman-Nya:
Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab (amalan mereka). (Ar Ra’du:40)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22)
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku. (Qaaf:45)
Masih banyak ayat lainnya yang semakna.
Akan tetapi, ulama lainnya membacanya la tas-al dengan huruf ta yang di-fat-hah-km dengan makna nahi, yakni janganlah kamu tanyakan tentang keadaan mereka.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Aduhai, apakah yang telah dilakukan oleh kedua orang tuaku? Aduhai, apakah yang telah dilakukan oleh kedua ibu bapakku. Aduhai, apakah yang telah dilakukan oleh kedua ayah ibuku? Maka turunlah ayat wala tas-al ‘an as-habil jahim (Dan janganlah kamu bertanya tentang penghuni-penghuni neraka). Maka beliau tidak lagi menyebut-nyebut kedua orang tuanya hingga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mewafatkannya.
Ibnu Jarir meriwayatkan pula hadis yang semisal, dari Abu Kuraib, dari Waki’, dari Musa ibnu Ubaidah yang pribadinya masih dibicarakan oleh mereka, dari Muhammad ibnu Ka’b.
Al-Qurtubi meriwayatkan hadis ini melalui Ibnu Abbas dan Muhammad ibnu Ka’b. Al-Qurtubi mengatakan, perumpamaan kalimat ini sama dengan kata-kata, “Jangan kamu tanyakan tentang si Fulan.” Makna yang dimaksud ialah bahwa keadaan si Fulan melampaui apa yang menjadi dugaanmu. Dalam tazkirah telah kami sebutkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menghidupkan bagi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kedua ibu bapaknya hingga keduanya beriman kepada beliau, dan kami telah mengemukakan sanggahan-sanggahan kami sehubungan dengan sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Sesungguhnya ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka.
Menurut kami (penulis), hadis yang menceritakan tentang kedua orang tua Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dihidupkan kembali untuk beriman kepadanya tidak terdapat di dalam kitab-kitab Sittah, juga kitab lainnya, sanad hadisnya berpredikat daif, wallaahu a’lam.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Daud ibnu Abu Asim: Bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di suatu hari bertanya, “Di manakah kedua orang tuaku?” Maka turunlah firman-Nya, “Sesungguhnya Kami mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan janganlah kamu bertanya tentang penghuni-penghuni neraka.”‘
Hadis ini berpredikat mursal, sama dengan hadis sebelumnya. Sesungguhnya Ibnu Jarir membantah pendapat yang diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b dan lain-lainnya dalam masalah tersebut, karena mustahil Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ragu terhadap perkara kedua orang tuanya, dan Ibnu Jarir memilih qiraat yang pertama (yakni yang membaca wa la tus alu). Tetapi sanggahan yang dikemukakannya itu dalam tafsir ayat ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat boleh saja hal tersebut terjadi di saat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memohon ampun buat kedua orang tuanya sebelum beliau mengetahui nasib keduanya. Ketika beliau telah mengetahui hal tersebut, maka beliau berlepas diri dari keduanya dan menceritakan keadaan yang dialami oleh kedua orang tuanya, bahwa keduanya termasuk penghuni neraka, seperti yang telah ditetapkan di dalam kitab sahih, dan masalah ini mempunyai banyak perumpamaannya yang semisal, untuk itu apa yang disebutkan oleh Ibnu Jarir tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Falih ibnu Sulaiman, dari Hilal ibnu Ali, dari Ata ibnu Yasar yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan Abdullah ibnu Amr ibnul As, lalu ia bertanya, “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di dalam kitab Taurat.” Maka Abdullah ibnu Amr ibnul As menjawab, “Baiklah, demi Allah, sesungguhnya sifat-sifat beliau yang disebutkan di dalam kitab Taurat sama dengan yang disebutkan di dalam Al-Qur’an,” yaitu seperti berikut: Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira, pemberi peringatan, dan sebagai benteng pelindung bagi orang-orang ummi (buta huruf). Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku namai kamu mutawakkil (orang yang bertawakal), tidak keras, tidak kasar, tidak pernah bersuara keras di pasar-pasar, dan tidak pernah menolak (membalas) kejahatan dengan kejahatan lagi, tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mewafatkannya sebelum dia dapat meluruskan agama yang tadinya dibengkokkan (diselewengkan), hingga mereka mengucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah.”” Maka dengan melaluinya Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup.
Hadis ini hanya diketengahkan oleh Imam Bukhari sendiri, dia mengetengahkannya di dalam Bab “Buyu’ (Jual Beli)”, dari Muhammad ibnu Sinan, dari Falih dengan lafaz seperti tertera di atas, sedangkan orang yang mengikutinya mengatakan dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah, dari Hilal. Sa’id mengatakan dari Hilal, dari Ata, dari Abdullah ibnu Salam. Imam Bukhari meriwayatkannya pula dalam Bab “Tafsir”, dari Abdullah, dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah, dari Hilal, dari Ata, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As dengan lafaz yang semisal.
Abdullah yang disebutkan dalam sanad hadis ini adalah Ibnu saleh, seperti yang dijelaskannya di dalam Kitabul Adah. Dan Ibnu Mas’ud Ad-Dimasyqi menduganya adalah Abdullah ibnu Raja’.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam tafsir surat Al-Baqarah ini dari Ahmad ibnul Hasan ibnu Ayyub, dari Muhammad ibnu Ahmad ibnul Barra, dari Al-Mu’afi ibnu Sulaiman, dari Falih dengan lafaz yang sama, dan menambahkan bahwa Ata mengatakan, “Kemudian aku bersua dengan Ka’b Al-Ahbar, lalu aku tanyakan kepadanya tentang hadis ini, ternyata keduanya tidak berbeda dalam mengetengahkan lafaz hadis ini kecuali Ka’b yang mengatakan, ‘Menurut yang sampai kepadanya disebutkan ‘A’yunan ‘umuma, wa azanan sumuma, wa quluban gulufa (mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup)’.”
Kemudian Allah menyebutkan beberapa ayat yang singkat dan komplit untuk ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan shahihnya apa yang ia emban seraya berfirman,
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” Ayat ini meliputi semua ayat yang dia bawa, yang berporos pada tiga perkara,
Pertama, berkaitan dengan kerasulannya itu sendiri, dan yang kedua; pada kehidupan, petunjuk, dan bimbingannya, dan yang ketiga; pada pengetahuan tentang apa yang dibawa olehnya berupa al-Qur`an dan as-Sunnah. Perkara pertama dan kedua masuk dalam Firman Allah, إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad),” sedang perkara ketiga masuk dalam FirmanNya, بِالْحَقِّ “dengan kebenaran.”
Penjelasan tentang perkara pertama, yaitu kerasulannya itu sendiri, bahwasanya telah diketahui tentang kondisi penduduk bumi sebelum diutusnya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yang mana mereka menyembah berhala, api dan salib serta merubah-rubah agama, hingga mereka berada dalam gelapnya kekafiran yang telah menguasai dan merasuki mereka semua, kecuali segelintir dari ahli Kitab yang telah punah sesaat sebelum kerasulan tiba. Sungguh telah diketahui bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ tidaklah menciptakan makhluk-makhlukNya dengan sia-sia dan Dia tidak membiarkan mereka berjalan sendiri, karena Allah itu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, Mahamampu lagi Maha Pengasih, maka di antara hikmah dan kasih sayangNya terhadap hamba-hambaNya adalah bahwa Dia mengutus kepada mereka Rasul yang mulia tersebut yang mengajak mereka kepada penyembahan hanya semata kepada Dzat yang Mahakasih, yang tidak ada sekutu bagiNya, karena hanya dengan sebatas kerasulannya, seorang yang berakal akan mengetahui kebenarannya, dan itulah tanda yang paling besar yang menunjukkan bahwasanya beliau itu adalah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Penjelasan perkara yang kedua adalah barangsiapa yang mengenal Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ secara baik dan sempurna, dan dia mengetahui sejarah hidupnya dan kehidupannya sebelum diutus serta perkembangan hidupnya dengan berpedoman kepada sifat-sifat yang mulia, kemudian setelah itu bertambah mulia dan luhur akhlak dan sifat-sifatnya yang agung dan indah bagi orang yang memandangnya, maka barangsiapa yang mengetahuinya dan menapaki kondisi-kondisinya, niscaya dia akan mengetahui bahwasanya semua itu tidaklah mungkin kecuali merupakan akhlak-akhlak para Nabi yang sempurna, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ telah menjadikan sifat-sifat sebagai tanda terbesar untuk mengetahui pemiliknya dari sisi kebenaran dan kebohongannya.
Sedangkan perkara yang ketiga adalah mengetahui apa yang dibawa oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berupa syariat yang agung dan al-Qur`an yang mulia yang mengandung segala kabar yang shahih, perintah-perintah kepada hal yang baik, larangan-larangan dari hal-hal yang buruk, dan mukzijat-mukjizat yang besar, maka seluruh tanda-tanda itu masuk ke dalam ketiga perkara tersebut.
FirmanNya, بَشِيرًا “Sebagai pembawa berita gembira,” yaitu bagi orang yang menaatimu dengan kebahagiaan dunia maupun akhirat, وَنَذِيرًا “dan pemberi peringatan,” yaitu bagi orang yang bermaksiat kepadamu dengan kesengsaraan dan kehancuran dunia maupun akhirat. وَلا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيم “Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawaban) tentang penghuni-penghuni neraka,” maksudnya, kamu tidaklah bertanggung jawab terhadap mereka, karena kamu hanya menyampaikan dan Kamilah yang akan membalasnya.
Sungguh, kami telah mengutusmu, wahai nabi Muhammad, dengan kebenaran syariat yang terang dan agama yang lurus, sebagai pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman tentang surga yang penuh kenikmatan, dan pemberi peringatan kepada orang-orang kafir tentang siksaan api neraka. Dan engkau tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang kaum kafir yang menjadi penghuni-penghuni neraka sesudah engkau dengan sungguh-sungguh mengajak mere ka beriman. Dalam pernyataan Allah ini terkandung hiburan bagi rasulullah agar tidak kecewa dan berkecil hati terhadap apa yang telah dilakukannya. Dan janganlah engkau, wahai nabi Muhammad, bersusah payah mencari kerelaan orang-orang yang ingkar. Hal itu tidak mungkin, sebab orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu, nabi Muhammad, sebelum engkau meninggalkan agamamu dan berpaling mengikuti agama mereka yang mereka anggap paling benar. Karena itu, engkau tidak perlu melakukan apa yang mereka minta demi memperoleh kerelaan mereka, tetapi tetaplah engkau meng hadapkan dirimu untuk mendapatkan kerelaan Allah. Tetaplah mengajak mereka kepada kebenaran dan katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah, yakni agama islam, itulah petunjuk, yakni agama yang sebenarnya. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu, yakni kebenaran wahyu, sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Meski khitab ayat ini ditujukan kepada nabi Muhammad, pada hakikatnya pesan ini berlaku umum bagi seluruh umat islam.
Al-Baqarah Ayat 119 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 119, Makna Al-Baqarah Ayat 119, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 119, Al-Baqarah Ayat 119 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 119
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)