{1} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | آل عمران / Ali ‘Imran {3} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah البقرة (Sapi Betina) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 2 Tafsir ayat Ke 259.
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَـٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٢٥٩﴾
au kallażī marra ‘alā qaryatiw wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urụsyihā, qāla annā yuḥyī hāżihillāhu ba’da mautihā, fa amātahullāhu mi`ata ‘āmin ṡumma ba’aṡah, qāla kam labiṡt, qāla labiṡtu yauman au ba’ḍa yaụm, qāla bal labiṡta mi`ata ‘āmin fanẓur ilā ṭa’āmika wa syarābika lam yatasannah, wanẓur ilā ḥimārik, wa linaj’alaka āyatal lin-nāsi wanẓur ilal-‘iẓāmi kaifa nunsyizuhā ṡumma naksụhā laḥmā, fa lammā tabayyana lahụ qāla a’lamu annallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr
QS. Al-Baqarah [2] : 259
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Atau apakah kamu wahai Rasul melihat seperti seorang laki-laki yang melewati sebuah perkampungan yang telah hancur perumahannya dan temboknya menumpangi atapnya, lalu laki-laki itu berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan perkampungan yang telah mati ini?” Lalu Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya kepadanya, “Berapa lama kamu mati?” Dia menjawab, “Satu atau sebagian hari saja.” Lalu Allah mengabarkan kepadanya bahwa dia telah mati selama seratus tahun, Allah memerintahkannya untuk melihat makanan dan minumannya, bagaimana Allah menjaga keduanya sehingga keduanya tidak basi selama masa yang panjang tersebut. Allah memintanya untuk melihat keledainya, bagaimana Allah menghidupkannya lagi setelah sebelumnya ia hanyalah tulang-belulang yang tercecer. Allah berfirman kepadanya, “Kami akan menjadikanmu sebagai bukti bagi umat manusia.” Yakni bukti nyata keuasaan Allah dalam membangkitkan sesudah kematian. Allah memerintahkannya agar melihat kepada tulang-belulang, bagaimana Allah mengangkat sebagian diatas sebagiannya yang lainnya, menyambung sebagian dengan sebagian lainnya, kemudian membungkusnya dengan daging setelah ia tersusun dengan sempurna, kemudian mengembalikan kehidupan kepadanya. Manakala dia melihat semua itu dengan mata kepalanya, dia pun mengakui keagungan Allah dan bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan dia sendiri menjadi bukti bagi manusia.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya.
Makna firman ini dalam hal kekuatannya sama dengan pengertian “Apakah engkau memperhatikan perumpamaan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya.” Karena itu, dalam ayat berikutnya di-’ataf-kan kepadanya firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya.
Para ulama berbeda pendapat tentang siapa orang yang lewat tersebut. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Isam ibnu Daud, dari Adam ibnu Iyas, dari Israil, dari Abi Ishaq, dari Najiyah ibnu Ka’b, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa orang yang disebut dalam ayat ini adalah Uzair. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Najiyah pula. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya juga dari Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan Sulaiman ibnu Buraidah. Pendapat inilah yang terkenal.
Wahb ibnu Munabbih dan Abdullah ibnu Ubaid (yaitu Armia ibnu Halqiya) mengatakan bahwa Muhammad ibnu Ishaq pernah meriwayatkan dari seseorang yang tidak diragukan lagi periwayatannya dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa orang tersebut adalah Khaidir a.s.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar dari Sulaiman ibnu Muhammad Al-Yasari Al-Jari, seseorang dari ahli Al-Jari (yaitu anak paman Mutarrif). Ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Salman mengatakan, “Sesungguhnya ada seseorang dari ulama negeri Syam mengatakan bahwa orang yang dimatikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى selama seratus tahun, lalu sesudah itu dihidupkan lagi oleh-Nya bernama Hizqil ibnu Bawar.”
Mujahid ibnu Jabr mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil.
Adapun negeri yang disebutkan dalam ayat, menurut pendapat yang terkenal mengatakan Baitul Maqdis. Orang tersebut melaluinya setelah negeri itu dihancurkan oleh Bukhtanasar dan semua penduduknya dibunuh.
…yang (temboknya) roboh menutupi atapnya.
Khawiyah artinya kosong, tidak ada seorang pun, diambil dari perkataan mereka, “Khawatid daru”, yang artinya rumah itu kosong tak berpenghuni.
‘Ala ‘Urusyiha, yakni tembok dan atapnya runtuh menimpa halaman negeri tersebut dan lapangannya. Maka lelaki itu berdiri seraya berpikir tentang kejadian yang menimpa negeri itu dan penduduknya, padahal sebelumnya negeri tersebut sangat ramai dan dipenuhi oleh bangunan-bangunan. Lalu ia berkata:
Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh?
Dia mengatakan demikian setelah melihat kehancuran dan kerusakan negeri tersebut yang sangat parah, dan sesudah itu bagaimana cara mengembalikannya seperti semula.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Menurut suatu pendapat, negeri tersebut diramaikan kembali setelah tujuh puluh tahun kematian lelaki itu, penduduknya lengkap seperti semula, dan kaum Bani Israil kembali lagi ke negeri itu. Ketika Allah membangkitkannya sesudah ia mati, maka anggota tubuhnya yang mula-mula dihidupkan oleh Allah adalah kedua matanya. Dengan demikian, maka ia dapat menyaksikan perbuatan Allah, bagaimana Allah menghidupkan kembali dirinya. Setelah seluruh tubuh lelaki itu hidup seperti sediakala, maka Allah berfirman kepadanya melalui malaikat:
Berapakah lamanya kamu tinggal? Ia menjawab, “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Dia merasakan bahwa dirinya mati pada permulaan siang hari, kemudian dihidupkan kembali pada petang harinya. Akan tetapi, ketika ia melihat matahari masih tetap ada, ia menduga bahwa ia dibangkitkan dalam hari yang sama. Karena itulah ia berkata, “Atau setengah hari.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab dengan melalui firman-Nya:
Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah.”
Demikian itu karena menurut kisahnya disebutkan bahwa lelaki itu membawa buah anggur, buah tin, dan minuman jus. Maka ia melihatnya masih utuh seperti semula, tiada sesuatu pun yang berubah, minuman jusnya tidak berubah, buah tinnya tidak masam dan tidak busuk, serta buah anggurnya tidak berkurang barang sedikit pun.
dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang).
Yakni bagaimana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menghidupkannya kembali dengan disaksikan oleh kedua matamu.
Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia.
Yaitu sebagai dalil yang membuktikan adanya hari berbangkit.
Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali.
Maksudnya, bagaimana Kami mengangkatnya dan menyusun sebagian darinya atas sebagian yang lain hingga seperti bentuk semula.
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Nafi’ ibnu Abu Na’im, dari Ismail ibnu Hakim, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari ayahnya, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca kaifa nunsyizuha dengan memakai huruf za. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Menurut pendapat yang lain dibaca nunsyiruha (dengan memakai huruf ra), artinya ‘Kami menghidupkannya kembali’. Demikianlah menurut Mujahid.
…kemudian Kami menutupinya dengan daging.
As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa tulang-belulang keledainya telah bercerai-berai di sebelah kanan dan kirinya. Lalu ia memandang ke tulang-belulang itu yang berkilauan karena putihnya. Kemudian Allah mengirimkan angin, lalu angin itu menghimpun kembali tulang-belulang itu ke tempat semula. Kemudian masing-masing tulang tersusun pada tempatnya masing-masing, hingga jadilah seekor keledai yang berdiri berbentuk rangka tulang tanpa daging. Selanjutnya Allah memakaikan kepadanya daging, otot, urat, dan kulit, lalu Allah mengirim malaikat yang ditugaskan untuk meniupkan roh ke dalam tubuh keledai itu melalui kedua lubang hidungnya. Maka dengan serta merta keledai itu meringkik dan hidup kembali dengan seizin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Semuanya itu terjadi di hadapan pandangan mata Uzair. Setelah ia menyaksikan hal itu dengan jelas dan kini ia mengerti, maka ia berkata yang perkataannya disitir oleh firman-Nya:
Dia berkata, “Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Yakni saya yakin akan hal ini karena saya telah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, dan saya adalah orang yang paling mengetahui hal ini di antara semua manusia yang hidup di zaman saya.
Menurut ulama yang lain, ayat ini dibaca i’lam yang artinya ‘ketahuilah’, sebagai perintah buat dia untuk mengetahuinya.
(259) Kedua ayat ini adalah dalil yang agung yang nyata di dunia sebelum di akhirat tentang akan datangnya kebangkitan kem-bali dan pembalasan amal. Salah satunya adalah Allah جَلَّ جَلالُهُ perlihatkan kepada seseorang yang ragu akan kebangkitan -menurut pendapat yang benar- sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat yang mulia ini. Sedangkan lainnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ perlihatkan pada kekasihNya Ibrahim ‘alaihissalam, sebagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ perlihatkan dalil tauhid sebelumnya juga pada diri beliau. Orang tersebut melewati sebuah desa yang telah luluh lantah dan temboknya telah roboh menutupi atapnya, pendu-duknya telah meninggal dan bangunan-bangunannya telah hancur berantakan, lalu dia berkata dengan rasa ragu dan suatu yang tidak mungkin, اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا “Bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Artinya, hal tersebut sangatlah mustahil dengan kondisi desa yang seperti itu. Maksudnya, selain desa itu pun seperti itu, seperti apa yang terbesit di dalam hatinya pada waktu itu.
Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ menghendaki rahmat bagi orang tersebut dan bagi seluruh manusia di mana Allah جَلَّ جَلالُهُ mematikannya selama seratus tahun. Ketika itu dia bersama seekor keledai, lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ juga me-matikannya bersama orang itu, demikian juga makanan dan mi-numan, lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ mengawetkan makanan dan minumannya itu seperti keadaannya semula, dalam waktu yang panjang tersebut.
Setelah tahun demi tahun berlalu hingga seratus tahun, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ membangkitkannya seraya berfirman, قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ”Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Dia menjawab, “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Hal itu menurut sangkaan dirinya, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ”Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya.” Tampaknya tanya jawab itu melalui perantaraan salah seorang Nabi dari Nabi-Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَllah جَلَّ جَلالُهُ yang mulia.
Dan di antara kesempurnaan rahmat Allah جَلَّ جَلالُهُ kepadanya dan kepada seluruh manusia, adalah bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ memperlihatkan kepadanya tanda-tanda secara nyata, agar ia puas dengan hal ter-sebut. Dan setelah ia mengetahui bahwa ia adalah mayit yang telah dihidupkan kembali oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ, dikatakan kepadanya, فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah.” Artinya, tidak berubah dalam masa yang panjang ini. Hal itu adalah di antara tanda-tanda kekuasaan Allah جَلَّ جَلالُهُ, karena makanan dan minuman tersebut -khususnya yang disebutkan oleh ahli-ahli tafsir bahwa hal itu adalah berupa buah-buahan dan minuman perasan buah- tidak lama berubah. Ini semua telah dijaga oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ selama seratus tahun. Lalu dikatakan kepadanya, وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ “Dan lihatlah kepada keledaimu,” yang ternyata telah terpisah-pisah dan terpecah-pecah, dan telah menjadi tulang-belulang yang telah rapuh.
وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا “Dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,” maksudnya Kami mengangkat sebagiannya kepada sebagian yang lain, kemudian Kami menyambung sebagian pada sebagian yang lain, setelah terpisah-pisah dan terpecah-pecah, ثُمَّ نَكْسُوْهَا “kemudian Kami membalutnya” setelah menyatu kembali, لَحْمًا “dengan daging,” kemudian Kami mengembalikan kehidupan padanya.
فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ “Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ menghidupkan yang telah mati),” dengan penglihatan mata yang tidak mungkin ada keraguan, فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ “dia pun berkata, ‘Saya yakin bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ Mahakuasa atas segala sesuatu’.” Maka ia pun mengakui akan Kuasa Allah جَلَّ جَلالُهُ atas segala sesuatu, ke-mudian ini menjadi bukti bagi manusia, karena mereka telah me-ngetahui kematiannya, kematian keledainya, dan mereka mengeta-hui permasalahannya, kemudian mereka menyaksikan bukti yang agung ini. Dan inilah yang benar pada orang tersebut.
Adapun pendapat sebagian besar ahli tafsir, bahwasanya orang tersebut adalah seorang Mukmin, atau seorang Nabi dari Nabi-Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَllah جَلَّ جَلالُهُ, baik Uzair atau selainnya, dan bahwasanya Fir-manNya, اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا “Bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ menghidupkan kem-bali negeri ini setelah hancur?,” maksudnya, bagaimana desa ini bisa kembali ramai setelah hancur lebur seperti itu, dan bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ mematikannya agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ mengembalikan desa itu menjadi ramai dengan menciptakan-nya kembali, dan bahwa desa itu telah diramaikan kembali pada masa panjang itu dan manusia kembali membangunnya yang akhirnya kembali ramai padahal sebelumnya hancur berantakan, ini semua tidaklah ditunjukkan oleh lafazh (yang ada dalam rang-kaian kisah ini) namun malah meniadakannya, dan tidak juga ditunjukkan oleh maknanya. Tanda dan bukti nyata mana yang menunjukkan tentang kembalinya desa yang hancur lebur itu menjadi desa yang ramai lagi? Dan ini masih terus dapat disaksi-kan, di mana suatu desa hidup dan ramai sementara desa-desa lain hancur. Adapun ayat yang agung ini adalah tentang dihidupkannya kembali orang itu setelah kematiannya dan dihidupkannya kembali keledainya serta dibiarkannya makanan dan minumannya dan tidak membusuk dan tidak berubah. Kemudian FirmanNya, فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ “Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah جَلَّ جَلالُهُ meng-hidupkan yang telah mati).” Semua itu adalah sangat jelas tentang ketidaktahuannya, kecuali setelah dia menyaksikan sendiri kondisi itu secara nyata yang menunjukkan kesempurnaan KuasaNya.
Atau tidakkah kamu perhatikan kisah seperti cerita orang yang melewati suatu negeri yang bangunan-bangunannya telah roboh hingga menutupi reruntuhan atap-atapnya, sehingga negeri itu tidak lagi berpenduduk. Melihat keadaan demikian, dia berkata dalam hati, bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur’ dia berkata demikian bukan karena tidak percaya kemampuan Allah menghidupkan yang telah mati; dia hanya mempertanyakan cara Allah menghidupkannya. Untuk membuktikan kekuasaan-Nya, lalu Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian menghidupkan dan membangkitkannya kembali. Setelah mengalami kematian dan dibangkitkan kembali, dia (Allah) bertanya, berapa lama engkau tinggal di sini’ dia, pria itu, menjawab, aku tinggal di sini sehari atau setengah hari. Ia tidak tahu persis berapa lama ia di sana sebab tidak ada perubahan berarti yang ia rasakan atau lihat pa-da dirinya. Allah berfirman, tidak! engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tidak basi, tidak juga berkurang dari sebelumnya, tetapi lihatlah keledaimu yang telah mati seratus tahun yang lalu, menyisakan tulang belulang. Dan kami lakukan ini semua agar kami jadikan engkau tanda kekuasaan kami bagi manusia yang hidup setelah negeri itu mereka bangun kembali. Untuk mengetahui bagaimana cara Allah menghidupkan kembali yang telah mati, lihatlah tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunnya kembali, kemudian kami membalutnya dengan daging, maka hidup dan bangkitlah keledai itu seperti sedia kala. Maka ketika telah nyata baginya bukti kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali objek yang telah mati, dia pun berkata, saya mengetahui berdasar pandangan mata dan pengalaman setelah sebelumnya saya tahu berdasar argumen logika, bahwa Allah mahakuasa atas segala sesuatu. Dan bukti lain dari kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan adalah ketika ibrahim berkata, ya tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman dengan balik bertanya, belum percayakah engkau’ dia, nabi ibrahim, menjawab, tidak! aku percaya, tetapi aku minta diperlihatkan agar dengan hal itu keyakinanku bertambah sehingga hatiku semakin tenang dan mantap. Nabi ibrahim bukannya meragukan kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan; dia hanya ingin tahu prosesnya. Allah mengabulkan permintaan ibrahim. Dia berfirman, kalau begitu, ambillah empat ekor burung yang berbeda jenisnya; sembelihlah, lalu cincanglah olehmu, kemudian campurlah cincangannya dan letakkan di atas masingmasing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Cincangan-cincangan burung kembali menyatu, hidup seperti sediakala, dan terbang dengan cepat ke arah nabi ibrahim. Ketahuilah, Allah mahaperkasa, tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya, mahabijaksana dalam segala ucapan, perbuatan, ajaran dan ketetapan-Nya.
Al-Baqarah Ayat 259 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Baqarah Ayat 259, Makna Al-Baqarah Ayat 259, Terjemahan Tafsir Al-Baqarah Ayat 259, Al-Baqarah Ayat 259 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Baqarah Ayat 259
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227 | 228 | 229 | 230 | 231 | 232 | 233 | 234 | 235 | 236 | 237 | 238 | 239 | 240 | 241 | 242 | 243 | 244 | 245 | 246 | 247 | 248 | 249 | 250 | 251 | 252 | 253 | 254 | 255 | 256 | 257 | 258 | 259 | 260 | 261 | 262 | 263 | 264 | 265 | 266 | 267 | 268 | 269 | 270 | 271 | 272 | 273 | 274 | 275 | 276 | 277 | 278 | 279 | 280 | 281 | 282 | 283 | 284 | 285 | 286
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)